Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 32
Samudera yang baru tiba di meja makan, mengernyit melihat penampilan abangnya. Keluar kekehan dari bibirnya melihat Sagara pagi ini memakai turtleneck lengan panjang. Perasaan cuaca tidak dingin sama sekali. Dan lagi, abangnya itu jenis orang yang mudah gerah, meski cuaca tak terlalu panaspun, dia tetap menyalakan AC. Suatu keanehan jika pria itu mengenakan pakaian seperti ini.
"Mau liburan ke kutub, kenapa gak ngajak-ngajak," celetuk Samudera, menarik kursi lalu duduk di sebelah Gara.
"Berisik," desis Sagara. Tahu apa yang membuat Sam sampai meledek seperti itu.
"Tumben lo dandan kayak gini, Bang? Sumpah, gak cocok," Samudra tertawa cekikikan. "Gak gerah apa, pagi-pagi pakai turtleneck kayak gini?" ledeknya sambil menarik kerah kaos Sagara. "Busyet!" pekiknya saat melihat kissmark di leher sang abang. "Habis cipokan sama siapa lu Bang?"
Sagara memejamkan mata sesaat, telapak tangannya terkepal, mengumpati Samudera dalam hati karena mulutnya gak bisa direm. Padahal dia sudah meletakkan telunjuk di depan bibir, tapi adiknya itu tak bisa menahan apa yang akan keluar dari mulut.
"Cipokan?" Mama Embun langsung menghentikan makan, memperhatikan putra sulungnya yang tampak gugup.
"Lu ngapain di Surabaya, Bang, pulang-pulang, malah bawa bekas cipokan?"
Pengen sekali Sagara membungkam mulut Samudera. Kenapa masih diperjelas seperti itu sih. Mana sekarang, Mama Embun beranjak dari duduknya, berjalan kearahnya. Mampus!
"Apaan sih, Mah, pakai percaya sama Sam," Sagara memegangi kerah kaos saat Mama Embun mau memastikan tentang apa yang dikatakan Samudera. Namun apa yang dia lakukan, justru kian memantik rasa penasaran mamanya.
"Kalau emang gak ada, kenapa kamu takut? Sini Mama lihat."
Sagara tak bisa berkutik, membiarkan mamanya melihat kissmark di lehernya.
"Astaghfirullah Gara," Mama Embun sampai mengusap dada sambil geleng-geleng. "Kamu ke Surabaya, gak pulang dua malam, kerja atau ngapain?"
"Kerjalah, Mah. Tanya Papa kalau gak percaya, aku kirim laporan kok."
"Sama siapa kamu ngelakuin itu?" Mama Embun menatap penuh intimidasi sambil berkacak pinggang.
"Ngelakuin apa sih, Mah. Aku gak ngelakuin apa-apa," Sagara coba berkelit.
"Kamu fikir Mama bodoh hah!" Mama Embun mencubit lengan Sagara sampai putranya itu meringis kesakitan. Dia sudah suhu urusan seperti ini, gak bisa dikibulin anak muda.
"Gara udah dewasa, Mah."
"Ya itu benar sekali," Papa Nathan tiba-tiba ikut bicara. "Papa setuju, kamu sudah dewasa. Dan karena kamu sudah dewasa itu, kamu harus jadi orang yang bertanggung jawab, jangan kayak anak kecil yang sukanya main-main. Tunjukkan jika kamu memang sudah dewasa, bawa wanita itu kesini."
Sagara menghela nafas berat. Mana mungkin dia membawa istri orang kesini, bisa-bisa, mamanya kena serangan jantung.
"Bawa wanita itu kesini!" Mama Embun ikut-ikutan mendesak.
"Apaan sih, Mah, kami gak ngapa-ngapain," Sagara masih berusaha menyangkal. "Lagian bikin tanda seperti ini, gak harus tidur barengkan?"
"Berhenti main-main, Ga, kamu sudah dewasa," Papa Nathan mengingatkan, menatap Sagara dan meletakkan sendoknya. Ekspresi wajahnya sangat serius, membuat Sagara sampai kesulitan menelan ludah. "Bukan mau membandingkan, tapi gak ada salahnya kamu contoh adik kamu," dia beralih menatap Samudera. "Sam langsung bilang ke Mama Papa, ngajak melamar, gentleman, bukan main-main saja. Hati-hati, Ga, takutnya hal yang kamu anggap main-main itu, malah menghasilkan. Gak lucu kalau tiba-tiba ada wanita kesini, hamil, minta tanggung jawab. Berhenti main-main seperti itu, kalau kamu serius, kami pasti akan mendukung selama wanita itu wanita baik-baik. Mama dan Papa, siap untuk melamar wanita itu."
Sagara tersenyum getir. Kalau saja Anye single, gak usah diminta, dia akan langsung ngajak kedua orang tuanya melamar, sayangnya kondisi saat ini, tidak memungkinkan. Dia berharap, Anye segera bercerai, agak bisa segera dia halalkan.
"Tuh Bang, udah dikasih lampu hijau, gasken," Sam ikut ngomporin.
Selesai sarapan, Sagara kembali ke kamar karena hari ini, sama seperti Anye, dia cuti. Padahal kemarin masih bertemu, tapi hari ini, dia sudah merindukan Anye. Saat berdiri di depan cermin, tangannya mengusap kissmark di leher, diam-diam tersenyum, teringat malam panasnya dengan Anye.
Sagara mengambil ponsel yang tergeletak di atas bantal, jemarinya bergerak lincah mencari nomor seseorang lalu menghubunginya.
"Pagi, Pak Saga," sapa orang di seberang sana dengan penuh semangat.
"Pagi Pak Surya," Sagara tak kalah bersemangat.
"Pagi-pagi telepon, apa ada yang bisa saya bantu?" Pak Surya adalah pengacara perusahaan sekaligus keluarganya.
"Em... Apa Bapak bisa menangani kasus perceraian?"
"Hah! Pak Nathan dan Bu Embun mau bercerai?"
Sagara membuang nafas kasar, memijat pelan pelipisnya. "Bukan Mama Papa, tapi seseorang, kenalan saya. Bisa gak, Bapak bantu supaya dia bisa cepat bercerai dengan suaminya."
"Maaf sekali, Pak, saya tak biasa mengurusi soal perceraian."
Sagara seketika membuang nafas panjang, memijat pelipisnya.
"Tapi tenang saja, di biro hukum saya, ada yang ahli ngurusin soal perceraian."
Seketika Sagara bernafas lega.
"Sebenarnya mudah, asal kedua belah pihak sepakat untuk bercerai. Kalau pun tidak, jika ada alasan yang kuat, akan mudah sekali."
"Jika suami poligami, apa itu termasuk alasan yang kuat?"
"Jika suami poligami tanpa izin istri, tentu saja itu sudah menjadi alasan yang kuat."
Sagara mengulum senyum. Sepertinya, tak akan sulit bagi Anye mengakhiri rumah tangganya karena sang suami telah melakukan poligami tanpa izin. Dia jadi tak sabar ingin bertemu Anye untuk membahas soal ini.
"Siapa yang poligami, Bang?"
kita tunggu sepak teejang Anye selanjurnya..
😀😀😀❤❤❤❤