Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Emilia Terluka
Di hari pertama berjualan Emilia tak menyangka ia mampu menjual semua roti sampai habis. Dengan wajah nya yang cantik dan sifatnya yang sangat peramah membuatnya mudah menawarkan roti ke pelanggan.
Ia melihat jam tangan nya hampir menunjukkan pukul 6 sore. Ia berniat pulang ke toko karena rotinya sudah habis terjual semua. Tapi tiba-tiba dia bingung kemana arah jalan pulang. Diambilnya handphone dari tas nya untuk mengecek alamat lewat google map tapi sialnya handphone nya kehabisan batre karena seharian belum dicas.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengingat-ingat kembali jalan mana yang tadi ia lewati saat berjualan. Karena tadi ia berkeliling menjajakan roti nya, bukan nya ketemu alamatnya sekarang ia malah tersasar.
Tiittt tiiitttt tiiittt tittttt.
Bunyi klakson mobil terdengar tepat di belakang motor yang dikendarainya. Emilia pun menepi. Ia mengira itu seseorang yang ingin membeli rotinya. Ia pun turun menghampiri mobil tersebut untuk memberitahu bahwa rotinya sudah habis.
“Maaf, rotinya sudah habis. Kalau mau, besok anda bisa....” suara nya terhenti saat melihat dengan jelas siapa yang ada di mobil itu saat kaca mobil diturunkan.
“Jadi ini pekerjaan mu sekarang? Cih, baru kali ini aku ketemu dengan manusia bodoh sepertimu. Bisa-bisanya kau keluar dari perusahaanku hanya untuk berjualan roti. Bahkan aku rasa sebentar lagi paling kau akan dipecat juga dari pekerjaan ini.” Sindir Adam dengan pedas.
Emilia mengepalkan kedua tangan nya. Sungguh dia merasa terhina dengan perkataan Adam barusan. Tapi dia berusaha untuk tenang dan tidak terpancing dengan Adam.
“Maaf Tuan Adam yang terhormat, tapi bagiku pekerjaan ini lebih mulia dari pada bekerja sebagai karyawan perusahaan besar tapi terus menerus dilecehkan oleh bos nya yang tidak tau etika. Oh ya, satu lagi, sepertinya prediksi anda kali ini salah Tuan. Aku mampu mendapatkan pekerjaan meskipun hanya berjualan roti, tidak mengemis seperti yang anda harapkan. Permisi.” Balas Emilia tak kalah pedas lalu kembali ke tempat motornya.
Adam sangat geram mendengar kalimat yang keluar dari mulut Emilia barusan. Bisa-bisa nya wanita itu tetap bersikeras tidak mau bekerja di perusahaan nya dan malah mengatainya bos tidak tau etika.
“Jadi bagaimana selanjutnya Tuan?” tanya Ian yang melihat bos nya mulai emosi.
“Dia benar-benar keras kepala. Sangat berbeda dengan Emelda.” Hanya itu yang diucapkan Adam.
Sementara itu Emilia menghidupkan kembali motornya dan mulai melanjutkan perjalanan nya. Dia tidak mau ambil pusing terus meladeni Adam yang menurutnya selalu menyusahkannya.
“Tuan, lihat itu. Nona Emilia belok kesana. Kenapa dia belok kesana? Bukan nya itu jalan yang sepi? Apa jangan-jangan Nona Emilia nyasar, Tuan?” tanya Ian yang merasa aneh melihat Emilia berbelok ke arah yang seharusnya tidak ia lewati.
“Huh, sudah tidak tau jalan malah berlagak sombong. Tetap ikuti dia dari belakang. Ambil jarak, jangan sampai ketahuan kita sedang mengikutinya.” Titah Adam
“Baik, Tuan.”
Ian pun mulai menjalankan mobil nya kembali. Dengan mengambil jarak aman ia tetap terus membuntuti Emilia dari belakang. Firasat Ian kali ini sepertinya benar kalau Emilia salah mengambil jalan. Pasalnya jalan yang mereka lalui sangat sepi dan cukup gelap.
Emilia yang tidak tau arah jalan, tetap melajukan sepeda motornya. Ia sebenarnya juga mulai merasa salah jalan tapi pikirnya mungkin di depan akan ada belokan lagi.
Tak lama terdengar suara knalpot motor yang sangat berisik dari arah belakang. Ada 2 orang pria bertubuh besar dan bertato menaiki motor itu.
“Bos, ada perempuan yang naik motor sendirian di depan. Itu yang bawa box roti.” Kata seorang pria yang membawa motor.
“Dekati dia. Lumayan juga. Tidak dapat uang jualan nya, dapat tubuhnya juga lumayan.” Sahut pria dibelakang nya.
Motor itu pun melintas tepat di depan Emilia. Emilia mendadak mengerem motornya hingga membuatnya hampir terjungkal.
Siapa mereka? Sepertinya mereka adalah preman. Bagaimana ini? Apa aku harus kabur saja? Tapi bagaimana caranya? Emilia terlihat panik. Apalagi dilihatnya para preman itu turun dari motor dan mendekatinya.
“Hai cantik, mau kemana malam-malam begini?” tanya bos preman itu. Matanya berbinar melihat gadis cantik di hadapannya itu.
“Jualan roti ya, Cantik? Yang lain tidak dijual?” tambah anak buah preman yang mulai menggoda Emilia.
“Minggir sana! Aku tidak ada urusan sama kalian. Biarkan aku lewat.” Kata Emilia setengah berteriak.
“Wooo wooo wooo galak sekali dia bos.”
“Ha ha ha aku suka dengan yang galak-galak.”
Emilia semakin jijik mendengar perkataan dua preman itu. Ia hendak menjalankan motornya lagi tapi dengan cepat salah satu dari mereka menahan tangan nya. Emilia refleks menghindar. Ia segera turun dari motornya dan berlari dengan kencang.
Sayang nya ia tak mampu berlari menjauh karna salah satu preman itu berhasil mengejarnya dan menarik tangan nya. Emilia pun berbalik lalu dengan cepat menendang alat vital preman itu dengan sangat keras hingga cekalan tangan nya terlepas.
“Aarrgghhhh....” teriak preman itu kesakitan.
“Rasakan itu. Aku tidak sudi kau sentuh. Aku lebih baik mati daripada harus kau sentuh.” Ketus Emilia.
Tak jauh dari sana Ian dan Adam masih melihat apa yang terjadi dengan Emilia.
“Tuan, preman itu mengganggu Nona Emilia. Apa sebaiknya kita turun saja Tuan dan membantu Nona Emilia?” tanya Ian yang sangat cemas melihat keadaan di depan nya.
“Tunggu sebentar. Aku yakin wanita itu tidak mudah dikalahkan. Tuh lihat saja, dia berhasil menendang salah satu preman itu.” Jawab Adam dengan enteng nya.
“Tuan, tapi preman satu lagi mulai mengejar Nona Emilia, Tuan. Saya rasa Nona Emilia akan kewalahan untuk.....”
Belum selesai Ian bicara, Adam langsung membuka pintu mobil dengan terburu-buru lalu keluar berlari ke arah Emilia. Adam melihat bos preman itu mengeluarkan sebilah pisau. Ia langsung panik takut akan terjadi hal buruk menimpa Emilia. Ian pun tak ingin ketinggalan, ia ikut berlari keluar membantu Emilia.
Sementara itu Emilia saat ini sudah kembali dipegang tangan nya oleh si bos preman. Ia berusaha menendang bos preman itu tapi gagal. Tangan nya dipelintir dengan kuat hingga membuat Emilia menjerit kesakitan.
“Berteriak lah Cantik, aku sangat senang mendengar teriakan mu yang begitu menggoda ku.” Ucap pria itu tepat di balik telinga Emilia.
“Lepaskan aku! Kau sangat menjijikkan!”
“Ha ha ha jangan seperti itu, Cantik. Kau tau, pria menjijikkan ini mampu memuaskanmu.”
“Cuih, dalam mimpimu!” kata Emilia seraya meludah ke arah pria tersebut.
Pria tersebut semakin geram saat Emilia meludahnya. Ia menyapu wajah nya yang terkena ludah. Nafsu nya semakin membara saja karna perbuatan Emilia.
Tak kehabisan akal Emilia menginjak kaki preman itu dengan kuat. Lalu menyikut perut nya tak kalah kuat. Tangan nya yang dipelintir ke belakang tadi sudah lepas, Emilia berencana akan kembali berlari.
Diperlakukan seperti itu membuat preman itu marah. Dia kembali menarik tangan Emilia yang hendak lari lalu tangan satunya mengayunkan pisau tepat ke arah perut Emilia.
Jlebbbb.
Sebuah tusukan berhasil tertancap di perut Emilia. Emilia terkejut saat merasa perih yang luar biasa di perutnya. Apalagi saat preman itu kembali menarik pisau nya. Darah bercucuran keluar membasahi baju nya. Ia tak menyangka preman itu berani bertindak sampai sejauh itu.
“Emiliaaaaaa" teriak Adam saat melihat Emilia mulai kehilangan keseimbangan nya.
Adam segera menyambut tubuh yang hampir jatuh itu dan meletakkan nya di pangkuan nya.
Ian sendiri dengan cepat langsung menghajar preman yang menusuk Emilia tanpa ampun. Ian yang memang jago bela diri tidak kewalahan sedikitpun menghadapi preman itu. Bahkan saat preman yang tadi Emilia tendang mulai bangun dan hendak kabur, Ian dengan cepat menghajar nya juga. Memberi pukulan bertubi-tubi tanpa ampun.
Dengan tangan gemetar Adam menyentuh perut Emilia, darah segar membasahi telapak tangannya.
“Bangun...bangun Emelda. Aku mohon bertahanlah, aku akan segera membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku lagi, Emelda. Aku mohon, jangan tinggalkan aku lagi.” Pinta Adam dengan airmata yang mulai mengalir.
Ia terus menepuk pipi Emilia dengan pelan agar wanita di depannya itu tetap sadar.
Emilia yang merasa sangat lemah dan sakit di bagian perutnya perlahan membuka mata. Ia menatap pria yang tengah memangkunya lalu berkata, “A-ku bukan Emelda. A-aku Emilia.” Setelah itu ia pun tidak sadarkan diri.
Adam seperti orang linglung yang baru kembali dari sadarnya. Dia bahkan menganggap bahwa wanita yang dipangkunya itu adalah Emelda.
Adam dengan cepat menggendong Emilia yang sudah semakin melemah. Ia menoleh sekilas ke arah Ian.
“Pastikan mereka membusuk di penjara.” Ucap Adam kepada Ian.
Adam pun segera membawanya masuk ke mobil. Emilia dibaringkan nya di kursi belakang sementara dia sendiri yang mengemudikan mobilnya.
“Bertahanlah Emilia, ku mohon bertahanlah. Sebentar lagi kita akan segera sampai.”
Sepanjang jalan Adam terus menerus mengkhawatirkan Emilia yang sedari tadi sudah tidak sadarkan diri. Ada penyesalan di hatinya, kenapa dia tidak bertindak cepat menolong Emilia tadi.
Tanpa mempedulikan lalu lintas di sekitarnya, Adam mengendarai mobil dengan sangat cepat. Beberapa kali ia diklakson oleh pengendara jalan yang lain karna ia membawa kendaraan dengan ugal-ugalan. Tapi semua itu tidak dipedulikannya. Yang terpenting baginya adalah tiba di rumah sakit dengan cepat agar Emilia bisa segera mendapatkan pertolongan medis.
***
Akankah Emilia selamat?
Atau Adam harus merasa kehilangan untuk kedua kalinya?
Baca terus kisah mereka selanjutnya ya 🤗
nana naannananaa