Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai posesif?
Begitu sampai di kamar Tuan Muda, Bella segera menutup pintu itu dengan pelan. Ia berbalik badan setelah selesai menutupnya.
Sedangkan Tuan Muda menghela nafas meresapi sepoi angin yang masuk melalui celah jendela yang terbuka. "Siapa yang mengizinkan kamu keluar, Bella?" tanya Tuan Muda dengan nada yang dingin dan datar. Tidak ada sedikit ekspresi yang melekat dalam dirinya kali ini.
Bella mengerutkan dahinya dan mendekat ke arah Tuan Muda. "Keluar? Maksud Anda, saya ke pasar tadi?" tanya Bella mencoba menerka-nerka apa yang dimaksud oleh Tuan Muda.
Tuan Muda terdiam sejenak, justru ia menggerakkan kursi rodanya menuju ke dekat balkon menatap hamparan laut yang terbentang cukup jauh dari pandangannya.
"Iya, ke pasar tadi pagi," ungkapnya kemudian. Pria berusia kepala tiga ini merasa tidak dihargai keberadaannya oleh Bella.
"Oh tadi, soalnya Bik Asih sibuk, Tuan. Dan hanya saya yang nganggur. Lagian maid lain juga pada sibuk, dan tidak ada salahnya saya yang pergi." Bella mengatakan secara gamblang tanpa ada yang ia tutupi sama sekali. Ia sesekali menatap manik mata Tuan Muda.
"Kamu ingat kan? Kamu disini bekerja. Tidak bisa lalu lalang masuk dan keluar tanpa izin saya. Ini adalah wilayah saya, kawasan saya, bahkan mansion yang kamu tempati ini adalah milik saya."
Bella mengangguk, "Hmm baik Tuan Muda, saya paham. Saya minta maaf. Lagian apa salahnya sih cuma mau berinteraksi juga. Lumayan lho Tuan sama jalan jalan, refreshing."
Bukannya setelah itu diam, tapi justru mulutBellal ini tidak bisa berhenti untuk menyangkal betapa indahnya pantai itu. Rugi jika tidak memanfaatkan keadaan sekitar.
"Majikannya saya atau kamu, hmm! Dibilangin malah nyangkal. Saya gak mau kejadian ini kembali terjadi, apalagi kamu jatuh seperti ini."
Bella pun tersenyum penuh makna, garis bibirnya melengkung ke atas menandakan dia sedang tersenyum. Matanya yang menyipit dan tatapannya seperti yang mengejek membuat Tuan Muda jengkel.
"Apa senyum senyum sendiri, hah!" seru Tuan Muda yang urat lehernya sampai terlihat. Emang hobi banget marah marah.
"Cieeee khawatir ya?" tanya Bella sembari menunjuk ke arah Tuan Muda. Jelas Tuan Muda yang mempunyai gengsi setinggi menara Eiffel pun tidak akan pernah mengakui dan tidak akan pernah merasa.
"Siapa yang khawatir! Saya tidak mau membuang uang saya buat kamu. Lihat tadi saja tagihan dokter Sheilla juga banyak," ucap Tuan Muda. Matanya menatap ke sembarang arah dan sama sekali tidak ingin menatap Bella.
Bella sangat paham kalau Tuan Muda ini hanyalah beralasan belaka. Tidak mungkin ia mengeluh uangnya berkurang, bahkan untuk membiayai hutang alm. suaminya Bella bernilai 900 juta tidak ada artinya bagi Tuan Muda.
"Masa sih?" tanya Bella yang mencoba mencairkan suasana dengan mencolek tangan Tuan Muda yang tumpu di kursi roda.
"Ckkk!! Apaan sih! Gak usah pegang-pegang saya! Gak sopan!" seru Tuan Muda kesal.
"Ciie marah mulu. Harusnya Tuan Muda tuh kaya Eden. Udah baik, sop... " Belum juga melanjutkan kata katanya itu, Tuan sudah ditatap tajam oleh Tuan Muda. Tatapannya menyiratkan kalau ia tidak akan mau dibandingkan oleh sekelasnya Eden.
Bella yang mendapatkan tatapan maut itu, ia pun meringis sampai giginya kering kerontang kaya musim kemarau 10 tahun.
"Hehehe maaf Tuan, ckkk gitu doang marah. Nanti cepat tua, lho," ucap Bella dan sekali lagi dia mencolek Tanga Tauke Muda.
"BELLA!!!!! JANGAN SENTUH SAYA!!!!"
"Whahaha kaburrr... " ucap Bella yang tiba-tiba pergi dari hadapan Tuan Mudanya. Ia mau istirahat untuk menyembuhkan lukanya.
Tuan Muda sendiri di kamar tersenyum dengan perasaan jengkelnya. "Ckkk gila orang stress," ucapnya lirih.
Belum juga selesai emosinya dengan Bella, ini si Eden justru masuk. Asisten pribadinya yang kerap kali mendapatkan kacang dari Tuan Muda ini tidak gentar untuk selalu berada di samping Tauke Muda nya.
"Apalagi?! Bell.... Eden." Tauke Muda yang hampir marah karena ia tidak tahu jika yang datang adalah Eden, asistennya.
"Tuan Muda... " ucap Eden masih belum selesai dengan apa yang akan ia sampaikan tapi sudah dipotong mentah-mentah oleh Tuan Muda.
"Keluar! Ulangi lagi kalau masuk! Bisa profesional gak!" seru Tuan Muda. Hobinya marah marah mulu sih, Tuan?
Eden pun menundukkan kepala dan mengulangi kesalahan yang ia perbuat. Ia mengetuk pintu sesuai dengan SOP haha.
Tok
Tok
Tok
"Masuk!" seru Tuan Muda dari dalam. Berasa ditraining lagi si Eden ini. Eden lantas masuk dan menghadap ke Tuan Muda. Tidak lupa ia memberikan salam hormat dengan menundukkan kepalanya pada Tauke.
"Mohon maaf menggangu waktu Tuan Muda. Kedatangan saya kemari tidak lain tidak bukan dikarenakan urgensi dari perusahaan kita yang mengalami penurunan performa."
Tuan Muda sebenarnya sudah tidak mau lagi untuk membicarakan perusahaannya lagi. Hal itu disebabkan karena Tuan Muda merasa dia tidak lagi bisa eksis seperti dulu karena kondisinya yang sekarang ini ia alami.
"Eden, kamu gak tahu saya lumpuh?" tanya Tuan Muda dengan nada sinis.
Eden mengangguk, "Saya tahu Tuan Muda, tapi hanya Tuan yang bisa menjalankan perusahaan Metro Group ini."
"Saya lumpuh, Eden. Saya sudah kehilangan harapan untuk hidup dan bangkit kembali."
"Tapi Tuan Muda, jika produk kita jadi primadona, maka hal itu akan memengaruhi pasar internasional dan kita akan menjadi top penjualan dunia jika memang memungkinkan. Apakah Tuan menyia-nyiakan kesempatan ini?" tanya Eden menyakinkan Tuan Muda.
"Serahkan kepada Tuan Besar, Eden," ucap Tuan Muda mutlak. Ia bertekad memang tidak akan mau mengurus perusahaan miliknya itu.
"Tuan Besar melimpahkan kepada Anda, Tuan. Siapa lagi pewaris Metro Group kecuali Anda, Tauke. Saya mohon Tuan. Kalau perusahaan ini bangkrut bagaimana saya akan bekerja juga. Bagaimana juga saya bayar cicilan mobil BMW saya," ucap Eden memelas.
"Ckk saya tidak bisa, Eden."
"Baik! Jika Tauke tidak bisa, paling tidak saya harus meminta persetujuan Anda untuk mengangkat model yang lain untuk mendongkrak pemasaran produk kita, Tuan."
"Carilah sesukamu."
"Kita perlu cari wanita Asia yang populer, Tuan Muda." Eden mulai memberikan pilihan tentang model yang akan dipilih oleh Tuan Muda.
"Silakan pilih yang mana, Tuan." Tuan Muda mulai memilih tapi tidak ada yang cocok. "Ckk cari yang punya ciri khas, Eden. Benar-benar tulen wanita Asia dengan kecantikan alami, dan pastikan dia juga pakai produk kita setiap hari."
Pikiran Eden tiba-tiba terlintas wanita Asia yang memiliki kecantikan alami adalah si Bella. "Bagaimana jika Nona Bella saja, Tuan?" tanya Eden seolah ia menemukan rangkaian puzzle yang selama ini ia cari.
Tuan Muda langsung menatap Eden dengan sinis. "Apa maksud kamu?Bella jadi model? Gak! Gak bisa, iklan kita agak fulgar. Bella tidak boleh menjadi modelnya."