Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜
Happy reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Rahasia Kita
Suasana panas yang sempat tercipta tapi berakhir lawak karena perut Arsen yang tidak bisa di ajak kompromi. Tuan muda yang hari ini mengetahui sejarah butik istrinya itu diam-diam masih tidak bisa mengurangi rasa bersalah dan kesalnya terhadap dirinya sendiri.
Ia selalu menilai negatif istrinya tapi kemudian penilaiannya selalu salah. Ia yakin Jenny menikahinya karena Harta. Faktanya Jenny bisa hidup berkecukupan tanpa menggunakan uangnya sepeserpun.
Sewaktu Event kantor ia menerka-nerka bahwa istrinya akan menerima cappucino float dari mantan kekasihnya. Faktanya Jenny menunggu cappucino float bawaan Arsen meskipun sudah meleleh.
Ia juga pernah berprasangka Jenny akan menjadikan kehadiran Andin sebagai alasan untuk pergi dan bercerai. Faktanya Jenny menundukkan Andin habis-habisan, Jenny malah menunjukkan taringnya pada wanita pirang itu agar menjauh dari kehidupan pernikahannya dengan Arsen, dan jelas-jelas mengatakan Arsen hanya miliknya.
Dan hari ini ia kembali berprasangka bahwa Jonathan pasti pernah masuk ke kamar ini. Faktanya Kamar itu dibangun untuk menghindari Jonathan.
"Gua bener-bener suami yang buruk." bisik Arsen dalam hati, melamun sendirian di sofa panjang itu. Sementara istrinya masih mandi, karena suara percikan air masih terdengar.
Klek...pintu toilet itu terbuka beberapa saat kemudian.
"Kamu mandi gih." Jenny keluar dengan piama becorak abstrak putih dengan dasar abu soft.
"Itu piama kamu udah aku siapin."
"Aku? Punya piama disini? Sejak kapan?"
"Aku udah prepare jauh-jauh hari, Sayang. Aku juga udah mikir suatu saat hari ini bakal kejadian, dan ternyata benar kan? Jadi yaa gitu. Hayo mandi sana, habis itu kita makan."
Dengan langkah gontai Arsen masuk ke toilet. Sementara Jenny mulai beraksi.
skip
Tidak lama setelahnya Arsen keluar, dan mencium bau gurih dan enak, sangat menggoda hidungnya.
"Oh udah selesai? Sini, aku udah masakin mie instan." melambai dengan semangat. Arsen pun mendekat, masih bingung dan meneliti sekeliling.
"Sayang, kamu disini punya dapur ya? Dibawah ya?".
"Ini dapur aku." jawab Jenny menunjukkan panci yang berisi masakannya.
"Iya, itu pancinya. Kompornya dimana?"
"Kamu abis napak tilas dari gua mana sih suamiku? Katro banget. Ini tuh namanya panci listrik, tinggal di colokin, kita udah bisa masak." jelas Jenny sedikit tidak sabar, Arsen hanya menyengir.
"Jangan bilang kamu juga belum pernah makan mie instan?", tanya Jenny dengan ragu, dan sesuai dugaannya Arsen menggeleng.
"Samyang?"
"Ramen?"
"Toppokki?"
"Bihun goreng?"
Semua yang ditanya Jenny sangat asing bagi Arsen dan jelas ia menggeleng.
"Woahh... bangun gedung pencakar langit bisa, tapi ga kenal mie instan? Hmm... aku bakal didik kamu untuk makan makanan enak sayang, aku pastiin ini lebih enak dari makanan restoran mewah manapun." sambil menyodorkan semangkuk mie instan yang masih mengepul asapnya.
Awalnya Arsen ragu memakannya karena baginya makanan instan bukanlah makanan. Sampai akhirnya, Huuusss... dia meniup sesendok, hap... sluurp.
Matanya melotot sempurna, mengundang senyum lebar diwajah Jenny, sambil mengangguk beberapa kali, seolah berkata, " Apa gua bilang? Kaget kan lu."
"Sayang, ini apa?", gelagapan Arsen masih melototi benda enak yang kembali disuapkannya ke mulutnya
"Mie instan."
"Sayang, masakin tiga bungkus lagi. Aku tiba-tiba jadi laper banget, kamu masih ada stok mie nya ngga? Kalo ngga biar aku lari sebentar ke minimarket." sibuk Arsen sambil terus melahap mie nya yang berasap.
Takkk... Jenny membuka pintu kulkas disampingnya, terpampang lah rak pintu kulkas itu dipenuhi bermacam ragam mie instan, ada buah, roti, susu, camilan, telur, kopi kalengan, dan ada bir juga. Arsen mengacungkan jempolnya, dan semangat 45 kembali melahap mie nya.
"Kakek Askara, aku ngga marah lagi. Aku akan terus mencintai keturunanmu yang satu ini, terima kasih sudah memberikan dia kepadaku." batin Jenny, sungguh hatinya panas dan berdebar melihat sisi lain dari suaminya ini.
Di kantor ia terlihat seperti bos yang kaku, tapi di rumah ia benar-benar seperti bayi polos dan tulus. Ia yakin sudah mencintai suaminya ini sepenuhnya, cintanya sudah habis ia tumpahkan kepada Arsen. Melihat Arsen yang terlihat begitu bahagia karena hal sederhana yang ditunjukkannya membuat hati Jenny meleleh, tanpa disadarinya semua hal tentang Jonathan terlupakan satu per satu.
🌼🌼🌼
Arsen duduk melantai dan bersandar pada badan sofa.
"Aduuuh...", lenguhnya sesekali. Jenny hanya tersenyum dan sesekali melirik ke arah suami katro nya yang kekenyangan itu. Bagaimana tidak, Arsen menghabiskan 4 bungkus mie instan dengan 4 telur, siapapun juga akan muntah.
"Kamu gerak gih, biar begah nya berkurang." saran Jenny yang sedang membersikan peralatan makan mereka.
Akhirnya suaminya itu jadi cleaning servis dadakan. Ia menyapu dan mengepel seluruh tempat di lantai dua, dengan tujuan menghilangkan rasa kekenyangannya.
"Sayang, aku pergi ke bawah dulu ya, mau cek stok buat dipajang lusa nanti. Aku ada di ruanganku kalo kamu butuh sesuatu." seru Jenny sembari menuruni tangga, dan Arsen pun tersenyum mengangguk masih dengan pel putar yang ia pegang.
Sejenak Jenny berpikir, bagaimana bisa tuan muda sekelas Arsen tahu bagaimana caranya bersih-bersih? Tapi tidak ia utarakan. Ia cukup diam dan mengagumi.
Nona CEO pun mulai mengecek box satu persatu, dengan ipad yang menyala disampingnya, daftar panjang tertera yang sudah dipersiapkan Chikita sebagai pemegang jabatan stok opname. Sembari mengecek box-box besar itu masih terekam jelas bagaimana kejadian tidak menyenangkan yang terjadi siang ini, dan berujung 'ketahuan' oleh Arsen.
"Gimana caranya dia tahu kalo aku ada di butik? Kenapa dia sampai kepikiran kesini ya? Orang kantor juga ngga ada yang tahu." lirihnya berkacak pinggang.
Drrt... Drrtt... Drrt... ponselnya bergetar panjang, 'Jojo' dilayar. Sambil celingak-celinguk keluar ruangan ia memastikan keadaan sedang kondusif. Ia memastikan suami posesif sekaligus overthinking nya tidak berada didekatnya. Terdengar bunyi berisik dari lantai dua, dan gema air, sepertinya Arsen masih cosplay jadi cleaning servis.
"Aman." batin Jenny.
📞Jenny : Halo...
📞Jojo : Jeje, kamu dimana? Kamu ngga kenapa-napa kan? Kamu baik-baik aja kan Je?
📞Jenny: Iya Jo, aku baik. Ada apa? Ada masalah?
Beberapa detik Jojo tidak menjawab, hening.
📞 : Jo? Halo?
📞 : Kamu ada dimana sekarang?
📞: Aku di Venus, ada apa memangnya?
📞: Kebetulan banget Je. Aku udah didepan, aku masuk ya.
tuutt... telepon terputus.
📞 Jenny : Jjo... Jojo...
Jenny panik dan beberapa detik kemudian terdengar sandi pintu yang ditekan, dan klek... pintu terbuka.
Visual dari pria tampan, tinggi, dan berkulit sedikit tan muncul tepat di pintu, meski jaraknya agak jauh dari kantor Jenny, sangat jelas terlihat itu adalah pria baik berhati hangat yang tidak lagi mendebarkan hatinya, karena kehadiran pria yan sedang mengepel dilantai dua itu.
Mereka saling berpandangan dari jarak itu, Jenny yang jiwanya menghilang setengah berusaha menguasai kembali dirinya, bahkan ponselnya pun masih menempel ditelinganya. Ingin rasanya ia menyeret dan mencekik Jonathan sekarang, pasalnya pria ini muncul disaat yang sangat salah.
"Tumben kamu masih disini?".
"Oh.. kerjaan aku numpuk, banyak stok yang harus aku cek."
"Kamu ngga papa kan?"
"Aku ngga papa Jo, emang ada apa sih? Kamu ada perlu apa? Se-urgent apa sih?"
Jonathan mendekat, sangat dekat dengan Jenny bahkan lengan mereka menempel saking dekatnya, entah karena sudah terbiasa begitu, Jojo malah santai saja, dan bingungnya lagi Jenny juga tidak protes, malah ia juga kepo apa yang ingin ditunjukkan Jonathan.
"Coba kamu liat ini...."
deg... dibatin Jenny.
"Aku baru aja liat postingan ini. Ini kamu kan? Semua wajah disini udah di blur, suaranya juga diganti, aku yakin banget ini kamu, dan aku hafal mati semua properti di butik ini. Iya kan? Jujur Je..." paksa Jonathan.
"I-iya Jo", jawab Jenny ragu.
"Kenapa Je? Kenapa ngga ada yang lapor ke aku? Terlepas dari semuanya, kenapa Venus juga berusaha kamu jauhkan dari aku? Kenapa Nanda ngga cari aku? Aku bener-bener udah ngga dihitung lagi?".
"Bu-bukan gitu Jo. Aku ngga mau ngerepotin kamu lagi. Situasi kita juga lagi ngga baik, jadi rasanya ngga tahu malu banget kalo aku minta tolong kamu."
"Aku ngga keberatan Jenina!!! ", bentak Jojo.
"Aku dengan senang hati dimanfaatin sama kamu, kalo cuman dengan cara itu aku bisa jagain kamu, aku ngga keberatan sama sekali. Tega banget kamu!", seru Jonathan matanya mulai berkaca-kaca.
mas Jo berkaca-kaca gess😭
"Masalahnya udah selesai Jo. Aku udah pecahin masalahnya. Semisal ada tuntutan atau apapun lagi, aku udah siapin banyak bukti. Kamu udah ajarin aku selama ini, dengan semuanya itu diam diam aku juga belajar gimana cara nge lindungin diri sendiri. Aku ngga papa, Venus baik-baik aja. Intinya semua udah beres." jelas Jenny menenangkan.
"Kamu beneran ngga papa?"
"Ngga Jonathan, lebay banget. Aku cerdas kali, diajarin sekali juga kedua kali langsung paham. Ada aja yang viralin." dumel Jenny, mengundang senyum dari pria yang tadi hampir menangis.
"Iya deh iya si paling cerdas. Kamu udah makan? Kok pakai piama? Kamu tidur disini? Ngga pulang gitu? Tumben?", tanya Jonathan semangat tanpa jeda.
"Pertanyaan anda terlalu banyak pak Jo."
deg...
Jantung Jenny berdebar tak karuan, suami protectivenya yang dia lupakan beberapa detik karena merasa lucu dengan wajah Jonathan yang hampir menangis tadi, Arsen yang menuruni tangga dengan perlahan. Bahwasanya tadi ketika Jonathan membentak Jenny, Arsen sudah tergopoh-gopoh melewati lorong panjang yang dibersihkannya, dan berhenti ditengah-tengah anak tangga, ketika melihat siapa dengan siapa yang ditemuinya.
Darahnya berdesir hebat melihat istrinya berada didekat pria lain, terlebih itu Jonathan, jarak mereka yang dekat itu sungguh menyebalkan. Suasana hati yang tidak jauh berbeda dengan Jonathan, melihat Arsen yang juga memakai piama senada, hatinya patah merasa dirinya hanyalah kecoa terbang yang akan diinjak diantara mereka berdua.
"Mereka tidur bersama? Disini? Di Venus?", batin Jonathan.
"Oh baguslah. Rupanya anda sudah memastikan semuanya ya pak Arsen." sapa Jonathan dengan senyum remeh.
Jenny mengangkat kedua alisnya pertanda ia bingung.
"Bagaimana rasanya?", tantang Jonathan.
.
.
.
Tbc ... 💜