seorang gadis yang berusia 19 tahun terpaksa menjadi pengantin pengganti demi membalas Budi. tumbuh tanpa kedua orang tua dan sering di tindas oleh tante dan juga anak tantenya. membuat Aara tumbuh menjadi gadis yang tahan banting dan tangguh.
Author mau kasih tau ya. di Novel ini. ada dua cerita di dalamnya. Satu berada di ke 118 bab dengan Judul PELANGI SETELAH HUJAN. (genrenya pernikahan kilat) kisah (Bima & Ayuna)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8 iii
"Nanti saja mbak."
"Pergi sekarang, beli untuk mbak juga, mbak sudah lapar soalnya." Ujar Elina memberikan Aara uang.
"Tidak usah mbak, aku masih memiliki uang"
"Pakai ini saja, pergi lah, pakai mobil mbak saja"
"Baik lah mbak"
Aara langsung berangkat menggunakan mobil Elina. Aara memang bisa menyetir mobil,. karena Elina yang mengajarinya.
Terkadang Elina tidak sempat untuk mengambil anaknya di sekolah, Elina terpaksa meminta tolong pada Aara.
,,,
Aara sudah siap membeli beberapa makanan untuk dia dan juga Elina, saat ingin keluar dari restoran, seseorang tiba-tiba menabrak Aara.
Bruk!
Makanan yang baru saja Aara beli, terjatuh dan berserakan di lantai.
" Apa kau tidak punya mata" Kata Aggam lalu menepis nepis Jasnya bekas tabrakan Aara.
"Maaf" Kata Aara lalu melihat makanannya yang sudah beserakanm
"Aara.." Panggil Ray (suami Elina) Ray juga kebetulan berada di restoran tersebut bertemu client nya.
"Kak Ray"
"Ada apa Aara" lembut Ray bertanya pada Aara.
"Aara tidak sengaja bertabrakan dengan tuan ini.." Jawab Aara menunjuk Aggam yang masih berdiri di tempatnya.
"Maafkan adik saya tuan," Kata Ray pada Aggam. Ray juga mengetahui siapa Aggam.
Aggam hanya mengangguk pelan kemudian kembali melangkah masuk ke dalam. Aggam dan Aara seperti tidak saling mengenal antara satu sama lain. Padahal kenyataannya mereka itu suami istri.
"Kau tidak apa apa Aara.." Tanya Ray.
"Tidak kak, tapi makanan mbak Elina sudah tumpah semua itu" Sedih Aara
"Ya sudah, Aara tunggu di sini sebentar kakak pergi beli lagi." Kata Ray
"Baik lah kak Ray. Terima kasih." Ray tersenyum dan mengangguk. Kembali membeli makanan yang masih baru.
Sore hari.
Aara terlambat pulang ke villa. Karena di jalan dia terjebak macet bersama angkot yang dia tumpangi
,,,
Saat masuk ke dalam villa Aggam, ternyata ia sudah menunggunya di ruang tengah, Aggam melihat arloji di tangannya lalu melangkah menghampiri Aara yang baru pulang dari bekerja.
"Aku berkata terserah kau saja ingin bekerja atau tidak aku tidak peduli, tapi jika aku pulang kau harus berada di villa menyiapkan kebutuhanku, kau tau kan di sini kau juga bekerja" Kata Aggam lalu mencengkram keras lengan Aara.
Aara menahan sakit pada lengannya. "Maaf" Kata Aara.
"Bodoh" Aggam mendorong tubuh Aara sehingga Aara terjatuh "Kau jangan sesuka hati di sini, karena Di sini itu ada peraturan nya" Aggam mencekik Aara yang berada di lantai. Bola mata Aara berkaca kaca. Sekuat apa pun dia mencoba menahan air matanya di depan manusia kejam seperti Aggam, tetap saja ia tidak bisa.
"Sa, kit" kata Aara terbata bata dengan bersamaan air matanya tumpah di kedua bola mata indahnya.
Bukannya iba Aggam semangkin mengeratkan tangannya di leher Aara "Jangan sampai aku benar-benar menjual mu pada lintah darat jika aku sudah muak melihatmu." Kata Aggam tidak hanya mengancam pada Aara.
Aara tetap diam membiarkan Aggam menyakitinya. Melihat Aara hanya diam. Aggam melepaskan tangannya dari leher Aara yang tertutupi jilbab dan cadarnya.
"Pergi!!" Sentak Aggam menyuruh Aara pergi dari hadapannya.
Aara berdiri lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia membersihkan tubuh lalu melaksanakan solat fardhu Maghrib, ia sama sekali tidak memperdulikan fisik nya yang sangat sakit dan lemah akibat kekerasan dari Aggam tanpa jeda semenjak mereka menikah, Aggam pasti akan menyiksanya. Tapi hati Aara jauh lebih sakit di banding fisiknya. Apa lagi mengingatkan Aggam sebagai suami, bukannya melindungi, malah ingin menjualnya pada lintah darat.
Setelah selesai solat Aara mengangkat kedua tangannya mengarahkan ke kiblat.
"Ya sang penguasa... Pemberi ujian, pemberi ampunan, jika dengan ujianmu ini, engkau akan meridhoi ku, dalam kesabaran ku, maka aku ridho dengan ketentuanmu, engkau lapang kan lah dadaku menerima semua bentuk ujian darimu, tidak ada cinta sebesar, dan sempurna seperti cintamu kepada hamba hamba mu, ampuni lah kami yang selalu lalai dan melupakan kenikmatan yang telah engkau berikan Ya Allah..."
"Hamba tau, segala sesuatu yang terjadi telah engkau tetapkan, hamba tau engkau memberikan hamba ujian, Karena engkau ingin memberikan Hamba hadiah kejutan.. Maka itu, ku serahkan semuanya untuk engkau jaga dan engkau atur."