Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Ada apa, Mas?" tanya Aylin setengah berbisik.
"Kamu itu bodoh atau gimana sih? Mereka akan menginap di sini, cepat pindahkan barang-barangmu ke kamarku! Jangan sampai mereka tahu kalau kita tidur di kamar yang berbeda!" perintah Alvian kesal.
"Lalu besok setelah Mama dan Papa pulang aku harus pindah lagi? Lain kali kalau mereka datang lagi, aku harus pindah lagi? Kenapa tidak Mas Alvian saja yang memindahkan barang-barang Mas Alvian ke kamarku? Aku masih mau membantu Mama beres-beres," tolak Aylin cepat.
"Sudahlah, kalau begitu, bawa barang-barang kamu yang penting-penting saja ke kamar aku! Lalu kunci saja kamarmu agar mereka tak curiga! Malam ini kamu harus tidur di kamarku!" permintaan Alvian kali ini tak bisa ditolak lagi.
"Baiklah," jawab Aylin mencoba tetap sabar dan berlalu pergi.
Aylin memindahkan barang yang sekiranya penting ke kamar Alvian, namun ia masih belum mengantuk dan tidak ingin berada di dalam kamar dengan suaminya dalam keadaan canggung.
"Eh, kamu mau kemana?" tanya Alvian.
"Aku mau menemani Papa dan Mama," jawab Aylin polos.
"Kamu ini tidak tahu bahasa isyarat ya? Mereka menyuruh kita untuk segera istirahat agar..."
"Agar apa?" tanya Aylin penasaran sebab suaminya menggantungkan ucapannya barusan.
"Emmhh ... Agar..."
Alvian merasa gugup sendiri, ia sangat paham dengan kedua orang tuanya yang begitu menginginkan cucu.
Tapi Alvian juga tidak akan mau membicarakan hal itu dengan istrinya yang sama sekali tidak ingin ia sentuh.
"Ada apa, Mas? Jangan membuat orang penasaran dong," sergah Aylin tak sabar.
"Aku lelah sekali, tolong pijat aku," kilah Alvian mengalihkan pembicaraan.
"Apa?" pekik Aylin kaget.
"Kenapa? Kamu tidak mau?" sergah Alvian memicingkan matanya.
Bukannya Aylin tidak mau, namun selama ini ia hanya pernah memijat kedua orang tuanya dan belum pernah menyentuh orang lain.
"Ayo cepat, anggap saja itu sebagai imbalan karena aku sudah mau menemui teman-temanmu tadi!" ucap Alvian memaksa, ia merasa gemas melihat istrinya yang terlihat syok.
"Baiklah," jawab Aylin pasrah, meski jantungnya berdebar kencang.
Alvian segera tengkurap di atas ranjang, membiarkan istrinya mulai menyentuh bahunya.
"Ya Tuhan, ternyata tangannya enak juga jika dipakai untuk memijat. Pasti menyenangkan kalau setiap malam seperti ini, setiap pagi aku pasti bangun dalam keadaan segar," bibir Alvian tersenyum tipis.
Di sisi lain Aylin juga berpikir, tidak ada salahnya ia melayani suaminya seperti memijat dan juga memasak.
Toh semua itu adalah ladang pahala baginya, soal bagaimana sikap Alvian yang sering menyakitinya Aylin memasrahkan semuanya pada yang maha kuasa.
"Tekanan segini cukup?" tanya Aylin memastikan.
"Hem, lanjutkan, jangan berhenti sebelum aku bilang sudah," jawab Alvian.
**
**
Seperti sudah mendapat panggilan dari surga, setiap di sepertiga malam Aylin akan terbangun.
Ia cukup kaget ketika membuka mata wajah suaminya sudah berada tepat di depan mata.
"Masyaallah, Mas Alvian dalam keadaan tidur terlihat sangat tampan. Pasti rasanya bahagia jika Mas Alvian bisa berubah. Bersikap baik padaku dan benar-benar menganggapku sebagai seorang istri," batin Aylin.
Aylin seketika teringat, jika semalam ia kelelahan karena memijat suaminya yang sudah tidur lebih dulu.
Ia yang juga merasa ngantuk tanpa sadar tertidur di samping Alvian.
Aylin merasa bersyukur, suaminya tidak menyadari itu. Karena jika suaminya tahu, ia pasti akan kena marah.
Aylin segera ke kamar mandi, setelah selesai shalat ia membaca Alquran untuk menunggu waktu shalat subuh.
Dia memang sudah hafal isi Alquran, tapi Aylin lebih suka membacanya karena merasa lebih meresap ke dalam lubuk hatinya.
Ketika adzan subuh terdengar, Alvian masih tertidur lelap.
Aylin mencoba membangunkan dengan memanggil nama, tapi Alvian sama sekali tak bergerak.
Akhirnya Aylin shalat subuh seorang diri.
Setelah selesai shalat subuh Aylin mengganti pakaiannya dan kembali membangunkan sang suami, yang kali ini dengan suara yang lebih keras.
"Mas, kenapa tidak shalat? Jangan melalaikan perintah Allah, karena kita adalah umat muslim," bujuk Aylin.
"Ah... Aku masih gantuk," tolak Alvian, menutup telinganya menggunakan bantal.
"Mas, kalau sudah terbiasa kita akan mudah untuk mengerjakan shalat. Ayo bangun, Mas," bujuk Aylin lagi.
"Astaga, kamu bawel sekali, Aylin!" sergah Alvian, ia memaksakan diri untuk bangun dan melangkah ke kamar mandi dalam keadaan mata setengah terpejam.
Aylin tersenyum senang, sebenarnya jika telaten dan sabar suaminya secara perlahan masih bisa diubah.
Walaupun suaminya itu masih harus menggerutu terlebih dulu.
Aylin sendiri langsung menuju ke dapur, hari ini ia ingin memasak masakan kesukaan Papa mertuanya.
Karena suaminya suka daging, ia akan memasakkan rendang.
Tiba-tiba Mama Veny datang, menyapa Aylin dengan begitu lembut.
"Jam segini kok sudah ke dapur?"
"Iya, Ma. Biar bisa santai saat berangkat kerja nanti,"@ jawab Aylin sopan.
"Mau masak apa ini?" tanya Mama Veny penasaran.
"Masak Capcay untuk Papa dan rendang untuk Mas Alvian, Mama mau di masakkan apa?" tawar Aylin.
"Kalau Mama sih apa saja suka. Ayo Mama bantu masak," jawab Mama Veny diiringi tawa kecil.
"Eh, tidak usah Ma. Sebaiknya Mama duduk saja di ruang tamu sambil menonton televisi. Jam segini biasanya ada acara dakwah, biar Aylin buatkan minum dan cemilan," tolak Aylin lembut.
"Kamu ini, memang anak yang baik sekali. Tapi Mama mau bantu kamu sambil ngobrol saja, sejak tidak ada kamu, Mama kesepian di rumah," ucap Mama Veny menatap sendu.
"Baiklah, Ma. Kalau begitu Aylin mau goreng risoles dulu, kemarin beli yang mentahan jadi tinggal goreng saja," ujar Aylin.
"Iya, Mama akan membersihkan daging dan merebusnya dulu," jawab Mama Veny.
Inilah alasan yang membuat Aylin harus bertahan, ia tak tega melukai kedua mertuanya yang begitu baik.
Maka dari itu dihadapan mereka ia tidak akan mengeluh apapun. Apa yang dirasakannya akan ia pendam sendiri.
Apapun yang terjadi dalam rumah tangganya, Aylin ingin terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang.
**********
**********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼