NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31_Fahri

Hana, ibunya, menatapnya dari bangku penumpang dengan tatapan penuh tanya. Ia ingin mendengar jawaban dari Fahri, ingin memastikan perasaannya terhadap Tazkia.

"Benar begitu, Fahri?" tanya Hana dengan suara lembut, namun penuh harapan.

Fahri menggenggam erat kemudi, jantungnya berdebar lebih kencang. Ia tahu, sejak lama ia menyukai Ros. Namun, ia tidak yakin apakah Ros memiliki perasaan yang sama. Dan untuk saat ini, ia merasa lebih baik jika perasaan itu ia pendam sendiri. Ketimbang mengungkapkannya di saat yang tidak tepat, yang membuat ia khawatir Ros malah menolaknya mentah-mentah.

"Bukan begitu, Umi, Abi. Tapi Fahri memang merasa tidak cocok dan tidak tertarik saja dengan Tazkia. Jadi, Fahri rasa, Fahri tidak bisa lanjut ke tahapan selanjutnya," ujar Fahri dengan nada hati-hati.

Imran dan Hana saling bertukar pandang. Hana menghela napas pelan, ada sedikit kekecewaan di hatinya. Ia berharap Fahri bisa jatuh hati pada Tazkia, gadis yang cantik dan berlatar belakang pendidikan pesantren. Namun, tampaknya harapan itu harus pupus. Jika anaknya sudah berkata demikian, ia tidak bisa memaksakan keinginannya, toh baginya kebahagiaan Fahri adalah yang terpenting ketimbang keinginannya sendiri.

*****

Di tempat lain, di dalam kamar Tazkia yang bernuansa pastel, dua sahabat tengah mengobrol santai. Tazkia tengah berbaring di kasurnya, menatap langit-langit kamar dengan mata berbinar, sementara Ros duduk di kursi dengan buku di tangannya.

"Ros, aku tuh bener-bener enggak nyangka deh. Laki-laki yang bakalan dijodohin denganku itu ganteng banget! Tau gitu, aku langsung minta dinikahin aja tadi!" ujar Tazkia sambil terkekeh.

Ros tersenyum kecil, matanya masih membaca kata demi kata pada lembar buku di hadapannya.

"Eh, menurutmu, dia itu tertarik enggak sih sama aku?" tanya Tazkia sambil bangkit dari rebahannya.

Ros tersenyum, dan menutup bukunya, perhatiannya sepenuhnya ia pusatkan kepada Tazkia, "?enurutmu sendiri bagaimana?" tanyanya.

"Ihhh, kok kamu malah balik nanya sih! Ya aku mana tahu, orang tadi aku banyakan nunduknya," ujar Tazkia kesal, sahabatnya ini bukannya memberikan jawaban malah balik bertanya.

Ros tertawa pelan, "nah, sama. Aku juga banyakan nunduknya tadi, jadi enggak merhatiin dia."

Ros lanjut berkata, "tapi, kan biasanya kita ada feeling apakah seseorang itu suka dengan kita atau tidak. Kalau menurut feeling-mu, dia suka atau tidak?"

Tazkia terdiam, "aku sendiri bingung sih, soalnya ini aja hatiku masih belum stabil, soalnya enggak yangka Fahri itu seganteng itu."

Ros menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu berkata, "begini saja, kalau dia setuju buat lanjutin ta'arufnya, berarti dia tertarik sama kamu. Tapi kalau tidak, berarti bukan jodohmu."

Mata Tazkia sedikit meredup, "tapi aku rasa dia ada rasa ketertarikan sedikit sih. Buktinya dia bersedia buat ketemu dengan aku."

Ros tersenyum tipis, "ya, kita lihat saja nanti. Yang namanya ta'aruf tidak harus menikah, kan? Kalau tidak berjodoh, itu artinya Allah sudah menyiapkan yang lebih baik untukmu. Jangan berharap lebih kepada manusia, soalnya kalau kecewa sakitnya luar biasa."

Tazkia kembali tersenyum. "Iya ya, Ros. Lagi pula aku baru melihatnya sekali saja, bagaimana mungkin aku langsung berharap lebih darinya."

Ros hanya membalas dengan anggukan kecil.

*****

Keesokan harinya, Ros bersiap untuk pergi ke pesantren Darussalam. Ia ingin melihat sejauh mana para santriwati belajar menjahit. Namun, saat ia baru saja hendak berangkat, teleponnya berdering.

"Assalamualaikum," sapa Ros begitu mengangkat telepon.

"Wa'alaikumussalam," sahut Tazkia dengan suara yang terdengar muram.

Ros langsung menangkap ada sesuatu yang tidak beres. "Ada apa, Tazkia?"

"Kamu sibuk enggak? Aku mau curhat."

Ros terdiam sesaat. Sebenarnya, ia sudah ada rencana ke pesantren, tapi suara Tazkia terdengar begitu membutuhkan.

"Enggak kok. Mau curhat apa? Di mana?"

"Nanti aja aku ceritanya ya. Kamu datang aja ke Kafe Berkah. Aku otw ke sana."

"Oke."

*****

Di Kafe Berkah, Tazkia menatap Ros dengan mata berkaca-kaca. "Ros, tau enggak? Fahri enggak mau lanjut ta'arufnya."

Ros menatap sahabatnya dengan tenang. "Ya, tidak apa-apa, kan? Toh, kamu belum ada perasaan apa-apa, kan, selain rasa kagum akan paras tampannya?"

"Tapi, Ros, setelah aku telusuri lebih jauh, dia itu bener-bener laki-laki idamanku! Dia sholeh, berpendidikan tinggi, dan pebisnis."

"Kamu tahu dia sholeh dari mana?" tanya Ros.

"Dia itu, da'i, sering mengisi kajian dan tausiah."

Ros menghela napas pelan. "Kesholehan seseorang tidak bisa kita nilai hanya dari ilmunya dan seringnya mengisi kajian, Tazkia. Lagi pula, kalau dia tidak tertarik padamu, maka dia akan tersiksa jika dipaksa melanjutkan ta'aruf ini. Lebih baik kamu ikhlas saja. Masih banyak pria lain yang lebih baik untukmu."

Tazkia terdiam, lalu mengangguk. "Iya ya, Ros. Mungkin memang bukan jodohku."

*****

Sepulang dari kafe, Ros mampir ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan dapur. Ia tengah memilih-milih sayuran ketika seseorang menyapanya.

"Assalamualaikum."

Ros menoleh. "Wa'alaikumussalam." Ia tersenyum kecil. "MasyaAllah, Ustadz Fahri, saya kira siapa tadi."

Fahri tersenyum kikuk. "Mbak Ros sedang berbelanja ya?"

"Iya, tadi sehabis dari Kafe Berkah, jadi mampir ke sini."

"Oh, dari Kafe Berkah? Kebetulan, kafe itu milik keluarga saya," ujar Fahri.

"MasyaAllah, pantesan suasananya nyaman dan para pegawainya sopan."

Fahri sedikit tersipu. "Mbak Ros bisa saja."

Mereka kembali memilih sayuran. "Oh ya, Mbak Ros dulu sekolah di Bright Future International School (BFIS), kan?" tanya Fahri tiba-tiba.

Ros menatapnya sekilas. "Iya, memang kenapa?"

Fahri tersenyum. "Saya juga dari sana. Saya kira-kira dulu satu angkatan. Dulu saya sering melihat Mbak Ros di barisan."

Ros tersenyum kecil. "Ya, saya juga sering melihat Ustadz di barisan."

Fahri membelalakkan mata. "Mbak Ros menyadari kehadiran saya?"

Ros mengangguk. "Tentu saja."

Fahri tersenyum lebar, hatinya berbunga-bunga. Ros menyadari kehadirannya sejak dulu! Ia pun tanpa sadar mengikuti langkah Ros.

"Ustadz mengikuti saya?" tanya Ros.

Fahri tersipu. "Tidak, saya juga memilih buah."

Ros tertawa kecil. "Kalau begitu, saya duluan ya, Ustadz."

"Assalamualaikum," ujar Ros.

"Wa'alaikumussalam," sahut Fahri, masih dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

Author : Untuk novel ini sepertinya akan berhenti di sini dulu, silahkan mampir ke novel baru Pernikahan Rahasia Siswa SMA❤️🤗

1
Susi Akbarini
ya ampun sebenarnya Ros jga tahu Fahri...
tqpi kenapa ia cuek gtu..
apa yg membuatnya begitu..
atau emang orangnya gak mau gr..

klo gtu..
fahri harus swgera nembak.

biar Ros tau kalo fahri suka ama Ros..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
laahhhh..
Fahri harusnya sat set cari no wa Ros..
bisa tanya Adam kan..
kenapa Ros punya firasat gak enak..
aoa dia jga ada rasa ama Fahri ...

klao iya..
kenapa kesannya dia cuek seolah gak ibgat mereka pernah temenan saat SMA..

Adam..
Adam..
kok gak muncul2..
kangen ini..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhh..

Adam amna Adam.

kok gak munvil..
kangen ini..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
ngaku aj Fahri klao Ros cinta pertama dan terakhirmu..
biar abi dan umimu pergi melamar Ros...
❤❤❤❤❤❤
0v¥
thor udah lama ngak up up
Susi Akbarini
jeng3..
klao sampai ketahuan gmna ya..
aoa mereka akan langsung dinikahkan?

apakah adam tidak kecewa saat tau santi gak perewan???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahh..

fahri bisa salah paham.

pasti ros yg dikira mau dijodohkan ama dia..
pasti fahri langsung terima..

atau ris yg akhirnya sadar ada rasa ke fahri saat tau fahri mau dijodihka ama sahabatnya...

penasarannn....
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kak...

kok lama gak up..
kangen ama adam dan santi...
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!