Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 23
Hari ini Safira sedikit merasa lega karena ada yang membantunya untuk mengurus si kembar tiga, sesuai ucapan Abizar, tadi pagi Anisa datang pagi-pagi sekali.
"Nisa, bisa tolong bantu Qirani merapihkan bajunya? Sepertinya tadi belum rapih saat pakai sendiri" ujar Safira, karena ia tengah menyiapkan bekal untuk anak-anaknya itu.
"Baik bu" jawab Anisa.
"Coba sini, mbak Nisa liat dulu baju belakangnya ade manis" bujuk Anisa pada Qirani.
"Masukin yang ininya susah mbak" tunjuk Qirani ke belakang baju yang masih sedikit berantakan.
Beruntung anak-anak bisa langsung cepat menerima Anisa untuk menjadi pengasuhnya di siang hari, karena saat sore hari ia akan pulang ke rumahnya dan akan kembali pagi hari. Sebelumnya Safira sudah menyuruhnya untuk tinggal di rumah Safira agar ia tak perlu bolak balik pulang pergi ke rumahnya, tapi Anisa menolaknya karena ia masih harus membantu ibunya di rumah dan Safira pun mengijinkan.
"Abang Day dan Abang Rai udah rapih?" tanya Anisa pada Dayyan dan Raiyan.
"Udah mbak" jawab keduanya bersamaan. Sebenarnya ia sendiri masih suka ketukar nama, antara Dayyan dan Raiyan karena wajah mereka yang sangat mirip. Tapi setelah Safira menyuruhnya untuk memperhatikan tanda lahir yang ada di pelipis Dayyan barulah ia paham dan dapat membedakan keduanya.
"Anak-anak, kalian sudah siap? kalau sudah ayo kita sarapan sama-sama" ajak Safira.
"Udah ma" jawab ke tiga anak itu.
"Nis, tolong kamu masukin box tempat makan mereka ke tas itu ya, biar air minum mereka bawa masing-masing" ucap Safira menunjukan paper bag yang ada di sebelah tempat duduk yang kosong.
"Baik bu" jawab Anisa.
Saat Anisa akan pergi dari ruangan itu Safira memanggilnya.
"Kamu mau kemana Nisa? Ayo kita sarapan dulu sama-sama" ajak Safira.
"Maaf bu, tapi itu gak sopan" ucap Anisa pelan.
"Gak sopan kenapa? Udah ayo sini duduk sama-sama" ujar Safira dengan nada memaksa.
Anisa pun melangkah menuju meja makan itu dan ikut sarapan di sana, mereka sarapan dengan tenang tanpa ada kehebohan dari anak-anak.
"Anak-anak kalem ya bu, makannya pada tenang" ucap Anisa yang sudah selesai dengan makannya.
"Mungkin karena ada orang baru, jadi mereka tenang. Tunggu sampai mereka benar-benar merasa nyaman sama kamu, mereka akan menunjukan sifat aslinya masing-masing" jawab Safira sambil ikut memperhatikan ketiga anaknya.
Hari ini Safira akan mengantar ketiga anaknya untuk menemui kepala sekolah di sana, dan baru akan kembali saat anak-anaknya mulai masuk kelas dan akan di tunggui oleh Anisa.
"Wah, anak-anak ibu cantik dan tampan-tampan ya" puji wali kelas anaknya yang bernama Rani.
"Terimakasih bu Rani, mohon batuannya untuk mengajarkan anak-anak saya" ucap Safira sopan.
"Sama-sama bu, itu akan adalah tugas dan tanggung jawab kami selama di sini, saya harap anak-anak ibu akan betah sekolah di sini dan banyak mendapat teman barunya" ujar bu Rani.
"Mudah-mudahan saja ya bu" jawab Safira.
Setelah selesai berbincang sedikit dengan bu Rani, Safira pun pamit undur diri. Tak lupa ia pun berpamitan pada anak-anaknya.
"Mama pergi kerja dulu ya, kalian baik-baik di sini dan jangan nakal ya, nurut perintah ibu guru. Dan nanti pulang ke rumah sama mbak Anisa ya" ucap Safira pada anak-anak sebelum meninggalkan mereka pergi.
"Iya ma, kami akan nurut sama bu guru" jawab Dayyan mewakili adik-adiknya.
Safira pun berpamitan pada bu Rani dan pergi dari ruangan itu. Saat sudah di taman, Safira menghampiri Anisa yang tengah duduk di salah satu bangku yang terpisah dengan ibu-ibu yang juga mengantar anak mereka.
"Nisa, saya pergi dulu ya, kalau ada apa-apa telpon saya. Saya kerja di bangunan restoran itu" tunjuk Safira pada sebuah bangunan yang berada di sebrang sekolahan TK HARAPAN BUNDA.
"Baik bu" jawab Anisa lagi.
Setelah mendapatkan jawaban dari Anisa, Safira pun melangkahkan kakinya keluar gerbang dan berjalan menuju zebra cross yang berada di perempatan jalan sana.
Sejujurnya Safira merasa takut untuk menyebrang sendiri, ia pun dengan sengaja menunggu orang lain untuk menyebrang bersama.
Tanpa ia ketahui ada seseorang dari dalam mobil yang tengah memperhatikan tingkah Safira yang bolak balik ingin menyebrang tapi takut, laki-laki yang pernah hampir menabraknya, dengan tidak sengaja laki-laki itu melihat Safira yang baru saja keluar dari gerbang sekolah TK.
"Apa yang di lakukan wanita itu?" tanyanya dalam hati.
Lucu sekali ia bertemu dengan wanita yang menarik perhatiannya saat pertama kali bertemu, dan sekarang ia melihatnya lagi baru saja keluar dari gedung sekolah TK.
"Apa wanita itu sudah menikah dan mempunyai anak?" bertanya sendiri "Sepertinya aku harus menyelidikinya terlebih dahulu" sambung laki-laki itu lagi sebelum ia menginjak pedal gas karena lampu lalulintas sudah menunjukan warna hijau.
***
Saat ini Safira tengah memeriksa barang-barang yang akan masuk ke gudang penyimpanan restoran itu, Safira sangat fokus dan teliti untuk mengecek semuanya hingga ia tak menyadari bahwa Abizar sudah berada di sampingnya.
"Sibuk banget bu?" ucap Abizar yang sudah menunggu lama Safira untuk menyadari keberadaannya.
"Hmmm" Safira hanya berdehem menjawab pertanyaan Abizar.
Abizar yang merasa heran dengan sikap Safira akhirnya menepuk pelan pundak Safira.
"Apa sih, gak sopa-" ucapan Safira terhenti saat menoleh ke belakang dan mendapati Abizar yang tengah bersedekap dada.
"Lho, Abang. Kapan datang?" tanya Safira heran.
"Udah dari lima belas menit yang lalu" jawab Abizar acuh, ia merasa kesal sendiri dengan sikap Safira.
"Cie, Abang marah ya? Jangan marah-marah bang, nanti cepat tua lho" ucap Safira menggoda Abizar.
Abizar menatap Safira tanpa berkedip "Ya tuhan, wajah oval, mata bulat, bulu mata lentik, hidung kecil dan bibir kecil yang ranum. Sungguh cantik wanita di hadapan ku ini" batin Abizar.
"Abang!!!" panggil Safira tepat di hadapan wajahnya yang tengah mendongkak menatap wajah Abizar yang tinggi di hadapannya.
"Hmmm, ya? Apa?" tanya Abizar saat kesadarannya kembali.
"Aih, Abang malah ngelamun. Ngelamun'in apa sih jam segini?" tanya Safira iseng.
"Ngelamun'in kamu" jawaban refleks membuat Abizar menutup mulut. Sungguh malu ia mengatakan hal seperti itu di luar kesadarannya.
"Cie, cie, si bos lagi kasmaran" ucap para pekerja lelaki yang tengah mengangkut barang yang akan mereka olah ke gudang.
"Apa sih, kalian ini. Udah sana terusin ngangkutnya. Hati-hati nanti ada yang rusak, dan kalian harus menggantinya lho" ucap Abizar mengancam para bawahannya.
Abizar memang terkenal ramah kepada anak buahnya, saling menggoda adalah hal yang biasa mereka lakukan saat diluar jam kerja dan mereka akan kembali profesional layaknya atasan dan bawahan saat sedang bekerja.