NovelToon NovelToon
Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Venus Earthly Rose

"Apa yang Dipisahkan Tuhan takkan pernah bisa disatukan oleh manusia. Begitu pula kita, antara lonceng yang menggema, dan adzan yang berkumandang."
- Ayana Bakrie -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senin 11 Juli 2016

Tempat, kita berada di tempat yang berbeda, berada di ruang yang terpisah jarak ribuan kilometer jauhnya, menjalankan urusan kita masing-masing, mengurus kepentingan kita sendiri-sendiri. Tempatmu bukan tempatku. Aku selalu ingin tahu bagaimana harimu di sana, meskipun kamu selalu mengabariku setiap hari, mengirimkanku foto-foto dan video kegiatan yang sedang kamu lakukan, yang selalu membuatku merasa biru. Tempat kita jauh, tempat yang berbeda, yang entah kapan aku akan kembali bisa bersua denganmu. Tempat yang selalu terdengar menarik dan menyenangkan karena kamu. Namun, seperti yang kamu ucapkan saat itu, ku rasa aku mulai mengerti maksudnya, meskipun aku tak berada di tempat yang sama denganmu, namun kita masih berada di bawah langit yang sama. Langit yang kamu tatap sama denganku. 

Ku putuskan untuk mulai menulis puisi yang mengungkapkan apa yang ku rasakan untuk Andra di sini, catatan harianku. Aku tak bisa mengatakannya kepada siapapun. Aku juga takkan pernah mengatakan hal-hal semacam ini kepada Andra. Aku tak ingin ia tahu tentang perasaanku kepadanya. Cukup seperti ini saja, sudah jauh lebih dari cukup. Bisa mendengar kabarnya setiap hari, bisa berteman dengannya.

Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah di kelas sebelas, dimana di kelas sepuluh kemarin terjadi hal-hal di luar ekspektasi yang ku miliki. Aku masuk ke kelas sebelas MIPA empat. Di kelasku, aku sekelas dengan Steven lagi, dia bilang kali ini dia akan pensiun dari mencalonkan diri menjadi ketua kelas, dia agak sebal karena kejadian di kelas sepuluh kemarin. Aku sudah cukup mengenal semua anggota kelasku yang lain karena aku lumayan akrab dengan teman-teman seangkatanku. Namun tentu saja kami sekelas tetap menumbalkan Steven, dia tetap jadi ketua kelas di kelas kami yang baru. Tentu saja dengan penuh paksaan.

Sementara untuk pemilihan wakil ketua kelas, sekertaris dan bendahara, kami juga melakukan hal yang sama. Maaf, demokrasi tak berlaku di kelas kami dalam pemilihan pengurus kelas karena terlalu menyebalkan menjadi salah satunya. Jadi kami saling tunjuk satu sama lain sampai mereka terpilih jadi pengurus kelas. Misalnya saja, untuk posisi wakil ketua kelas dicalonkan tiga nama, maka akan dilakukan voting untuk ketiga nama tersebut, yang dapat suara terbanyak dia yang menang. Kami tak peduli si anak yang menang mau atau tidak menerima keputusan tersebut, karena tetap akan kami paksa. Dan aku, terpilih mejadi sekertaris setelah melalui hal yang sama. Dipaksa.

Kelasku yang baru berada di bagian yang berbeda dari kelas ku yang awal ketika masih kelas sepuluh. Kami pindah ke seberang. Kelas kami lebih dekat dengan aula sekarang. Karena aku di kelas MIPA empat, jadi kelasku berada di paling ujung, dekat bangunan kelas dua belas. Tenang, tak ada yang menarik di sana, hubungan kami baik-baik saja. Mereka tak menyebalkan seperti kelas dua belas yang lulus kemarin, meskipun aku tahu pasti masih ada beberapa siswi fansnya Afrizal yang menyimpan dendam kepadaku. Ruang kelasku berbeda dengan yang dulu, kelasku yang ini cat temboknya di dominasi warna putih keunguan. Entah mengapa terasa seperti masuk ke ruangan ala bangsawan Inggris zaman dulu, seperti yang selalu dideskripsikan komik-komik kerajaaan yang sering ku baca.

Kami sekelas berdiskusi apakah kami ingin mengganti suasana kelas kami atau tidak. Setelah kami diskusikan, ternyata suasana tempat ini membuat kami nyaman, jadi kami putuskan untuk menghiasnya sesuai dengan apa yang ada. Kami memutuskan untuk melukis bagian tembok belakang kelas yang kosong dengan lukisan bunga-bunga, dilengkapi dengan kolom absensi nama anggota-anggota kelas yang bisa dihapus. Jadi adik kelas kami nanti bisa menggunakannya lagi. Kami langsung kerja rodi menyelesaikannya sepulang sekolah tadi. Aku bahkan sampai rumah jam setengah delapan malam. Alhamdulillah kelas kami dipenuhi banyak anak yang jago melukis karena ketua ekskul melukis ada di kelasku, Eve namanya. Aku duduk sebangku dengannya. Tempat kami jadi terasa menyenangkan dan nyaman.

Andra tadi mengabariku tentang bagaimana harinya di sekolah. Dia bilang kelasnya tetap seperti sebelumnya. Dia juga mantap mencalonkan diri menjadi ketua OSIS. Dia sudah mulai berkampanye tadi. Lawannya ada tiga orang dan dia sama sekali tak takut meskipun dia tahu tiga orang ini semuanya mantan anggota OSIS sebelumnya bahkan ada yang merupakan calon petahana. Tadi mereka debat di lapangan terbuka. Andra mengirimkanku fotonya juga tadi. Dia menggunakan seragam sekolah dengan kemeja warna putih, dan celana berwarna merah maroon, senada dengan dasi yang ia gunakan. Dia bilang videonya tidak ada karena kameramen yang ia tunjuk lupa memencet tombol rekam. Aku tertawa mendengarnya, aku bisa membayangkan ekpresi wajahnya saat berdebat dan sebalnya saat tahu temannya lupa memencet tombol rekam. Ternyata Andra punya sisi yang ceroboh seperti itu, meskipun bukan dia yang salah.

Tempat Andra berdebat sangat luas dan cantik. Lapangannya seperti lapangan stadion sepak bola, dan ia bilang lapangan itu memang sering digunakan untuk kegiatan sepak bola. Lapangan itu letaknya lebih rendah dari tempat duduk dari semen yang disusun di anak tangga mengelilingi lapangan. Ada beberapa pohon di dalam pot di anak tangga-anak tangga tersebut. Jadi, tempat duduk yang letaknya paling dekat dengan lapangan posisinya paling rendah, di anak tangga di atasnya, ada tempat duduk yang letaknya lebih tinggi, begitu seterusnya sampai sepuluh anak tangga. Di belakangnya, aku bisa melihat bangunan-bangunan megah yang kata Andra merupakan ruang-ruang kelas. Tempat orang kaya bersekolah memang beda, ya. Aku kagum melihatnya.

Andra bilang dia punya misi untuk membuat sekolahnya menjadi tempat yang tidak rasis. Bukan dari perlakuan guru-gurunya, namun dari perlakuan para siswa-siswinya. Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak ekspatriat atau pengusaha kaya dan ada yang juga anak duta dari negara lain. Beberapa dari mereka biasanya rasis ke siswa-siswi yang memang orang Indonesia. Andra bilang dia dan beberapa temannya pernah menjadi korban rasis anak-anak dari Korea. Andra itu cindo, dan dia memang tidak bisa berbahasa mandarin, jadi anak-anak Korea itu mengejek mereka, saat ditanya baik-baik apa maksud mereka berbicara seperti itu, anak-anak Korea itu malah tertawa dan berbicara satu sama lain menggunakan bahasa mereka. Dia sangat marah akan hal itu, maka dari itu dia memutuskan untuk menjadi ketua OSIS agar dia bisa membuat peraturan yang melarang tindakan rasis. Dia bilang mereka ini tamu di negara Indonesia namun malah memperlakukan orang Indonesia seperti itu padahal Andra tak pernah bertingkah rasis terhadap mereka. Dia bilang satu peraturan yang akan ia terapkan, dilarang menggunakan bahasa negara asal dan wajib menggunakan Bahasa Indonesia bagi yang bisa dan menggunakan Bahasa Inggris bagi yang tidak bisa berbahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Dia juga akan membuat peraturan yang melarang perlakuan rasis. Dia bilang dia sudah bersekolah di sana sejak SMP. Dan dia sering melihat perlakuan rasis di sana, sudah cukup baginya untuk menegur secara baik-baik, saatnya ia maju menjadi ketua OSIS, dia tak peduli jika dicap sebagai diktator, dia hanya ingin semua siswa-siswi mendapat perlakuan sama dari teman-temannya dan merubah tempat itu menjadi lebih baik.

Iya, dia berada di tempatnya, sangat jauh dari tempatku berada. Kami melakukan urusan kami masing-masing. Sibuk dengan permasalahan kami sendiri. Namun kami berada di bawah langit yang sama. Dan dengan dia yang masih bertukar kabar denganku membuktikan jika bertemu dengannya saat itu bukan mimpi, tetapi nyata. Kami berada di tempat yang berbeda namun di bawah langit yang sama. Dan hanya aku yang jatuh cinta. Ku harap cinta ini segera habis dan aku bisa berteman dengannya tanpa ada rasa cinta. 

1
nurul hidayati
ceritanya bagus... cuma direct speech nya aj yg agak banyakin.... biar berasa real aj. good 👍🏻👍🏻
Venus Earthly Rose: oke kak, makasih masukannya 🫶🏻🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!