NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:119.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Three Musketeers

"Tidak! Jangan! Bang Zyan!!!"

Tina, Agam dan Febri langsung bersembunyi ketika Barly menuju pintu keluar. Pria itu menarik tangan Nisa lalu membawanya menuju mobil. Dengan kasar dia mendorong Nisa masuk ke dalam mobil. Setelahnya pria itu menjalankan kendaraan roda empat tersebut. Setelah Barly pergi, Tina, Agam dan Febri bergegas masuk ke dalam bangunan.

Setalah mengikat Zyan, ke delapan pria itu mengambil jirigen yang sudah diisi bensin dan siap menyiramkannya ke tubuh Zyan dan Hana. Belum sempat mereka melakukan itu, terdengar teriakan Tina, Agam dan Febri. Ketiga mantan murid Zyan itu serentak menyerbu masuk sambil berteriak kencang. Tina melompat sambil melayangkan tendangan ke pria yang memegang jirigen. Seketika jirigen di tangannya terpental.

Pertarungan kembali terjadi. Tina yang memang menguasai bela diri, dengan berani melawan para pria itu. Begitu pula dengan Agam. Berbekal pengalamannya berlatih boxing pada temannya, pemuda itu ikut bertarung. Sementara Febri membawa sebilah kayu, dia melindungi diri dengan bilah kayu tersebut dan mengarahkannya ke sembarang arah. Di antara dua temannya, Febri memang yang paling lemah. Dia sama sekali tidak bisa bertarung. Pemuda itu berusaha mendekati Zyan dan Hana untuk melepaskan ikatan mereka.

Sambil berusaha melepaskan ikatan tali di kedua tangannya, Zyan terus memperhatikan kedua mantan muridnya yang masih berjibaku dengan ke delapan pria suruhan Barly. Dalam hatinya dia mengagumi keberanian dan kemampuan keduanya dalam bertarung. Namun Tina dan Agam akhirnya tidak bisa mengimbangi lawan-lawannya yang terlalu banyak. Tubuh Tina dan Agam terhempas ketika sebuah tendangan mengenai tubuh mereka.

Melihat itu, Zyan yang sudah berhasil melepaskan ikatan tali di tangannya hendak bangun dan membantu dua muridnya, namun pergerakannya kalah cepat. Hana lebih dulu membebaskan diri dari ikatan. Wanita itu menerjang salah satu pria yang hendak memukul Tina dengan balok. Kini ke delapan pria itu melawan Hana. Agam, Tina dan Febri terbengong melihat tubuh Hana yang meliuk menghindari serangan lalu balas memukul mereka.

Febri segera menyadarkan diri, dia bergegas menuju Zyan. Lagi-lagi dia dibuat terbengong ketika melihat tali yang mengikat tangan Zyan sudah terlepas. Perhatian Febri teralihkan ketika mendengar suara orang terjatuh. Berturut-turut ke delapan pria itu dibuat terkapar di lantai. Senyum tipis mengembang di wajah Zyan melihat kemampuan Hana. Pria itu dengan santai bangun dari duduknya lalu mendekati delapan pria yang sudah tak berdaya.

"Tolong ikat mereka semua," ujar Zyan pada tiga muridnya.

Tanpa menunggu perintah dua kali, Agam, Tina dan Febri segera mencari tali lalu mengikat tubuh mereka. Namun salah satu dari mereka berhasil mendorong tubuh Febri lalu kabur dari sana. Agam berusaha mengejar tapi Zyan menahannya.

"Biarkan saja. Biar dia mengadu pada atasannya."

Usai mengatakan itu, Zyan mengambil ponselnya lalu menghubungi Putra.

"Datang ke lokasi yang kukirimkan. Ada paket yang harus dikirim."

"Oke."

Sambil menunggu Putra datang, Zyan mengajak Hana bicara. Sebelumnya dia memerintahkan tiga muridnya untuk menjaga anak buah Barly. Zyan dan Hana berjalan sedikit menjauh dari mereka bertiga. Ada hal serius yang hendak mereka bicarakan.

"Kamu pasti Candy," ujar Zyan.

"Dan kamu adalah Zyan. The legend from Bais."

Hanya tawa kecil saja yang terdengar dari mulut Zyan. Candy alias Hana adalah junior Zyan. Dia baru mendengar soal kehebatan Zyan dan belum pernah bertemu langsung dengannya.

"Ceritakan semua yang kamu ketahui tentang kasus Amma."

"Amma adalah salah satu orang yang menentang dibukanya kasino. Selain Amma, masih ada empat orang lagi. Mereka adalah tokoh masyarakat, ketua LSM, anggota DPR dan pemuka agama di Desa lain. Sama seperti Amma, mereka juga disingkirkan satu per satu. Anggota DPR dijebak dan ditangkap KPK atas kasus gratifikasi. Ketua LSM dibunuh bersama keluarganya. Pembunuhan mereka disamarkan dengan kasus perampokan. Lalu tokoh masyarakat diculik dan diancam hingga dia tidak berani lagi menentang pembukaan kasino. Kemudian pemuka agama dibunuh dengan menyamarkan sebagai kecelakaan di jalan raya. Dan terakhir Amma. Kamu tahu sendiri kasus yang menimpa Amma. Tapi masalah Amma tidak sesederhana yang terlihat. Dia dibunuh karena ada masalah lain. Aku curiga ini berkaitan dengan tanah yang dimilikinya."

"Aku akan menyelidikinya. Apa kamu tahu siapa orang di belakang Marwan? Tidak mungkin dia melakukannya seorang diri. Pasti ada orang penting di belakangnya."

"Itu sudah pasti, tapi sejauh ini aku belum tahu siapa mereka."

"Aku harus datang ke kasino dan melihat langsung keadaan di sana."

"Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja. Aku akan membantumu sebisaku."

"Apa kamu dan Nisa janji bertemu? Apa yang mau kamu bicarakan dengannya?"

Mendengar nama Nisa, Hana langsung teringat pada wanita itu. Tujuannya bertemu Nisa untuk membicarakan perihal Asma. Namun belum sempat terjadi, Barly sudah lebih muncul dengan anak buahnya.

"Aku punya kabar terbaru soal Asma. Aku merekam pembicaraanku dengan Asma dan mau kuberikan pada Nisa supaya dia tidak membenci Asma. Ada alasan dibalik kebohongan Asma."

Secara singkat Hana menceritakan apa yang dikatakan Asma padanya. Dia juga sudah mendapatkan foto Ihsan. Hana berencana mencari keberadaan Ihsan agar Asma bisa menceritakan hal yang sebenarnya dan membongkar kebusukan Barly.

"Apa rekaman itu diambil Barly?"

"Iya. Tapi aku masih menyimpan yang asli. Aku tahu kalau beberapa hari ini ada yang mengikutiku. Ponsel yang diambil juga ponsel baru, tidak ada apa-apa di dalamnya."

"Baguslah. Apa kamu bisa menempatkan orang untuk menjaga Asma? Hidup Asma dan Ihsan berada dalam bahaya. Mereka pasti tidak akan dibiarkan hidup."

"Aku juga berpikir begitu. Aku akan meminta Putra menyiapkan orang untuk mengawasi kediaman Asma."

"Berikan foto Ihsan padaku. Aku akan meminta Armin untuk melacaknya."

"Nanti kukirimkan. Oh ya, apa aku boleh meminta sesuatu?"

"Apa?"

"Apa kamu bisa menghapus tompelmu? Itu sangat mengganggu pemandangan."

"Hahaha.."

Tawa Zyan lepas begitu saja. Hana nampak terpana melihat wajah Zyan yang terlihat jauh lebih tampan ketika sedang tertawa. Sejak awal mengetahui sepak terjang Zyan, wanita itu sudah mengaguminya. Dan sekarang setelah bertemu langsung, rasa kagumnya semakin bertambah dan mungkin sebuah rasa mulai tumbuh di hatinya.

Sebuah mobil berhenti di depan bangunan kosong tempat di mana Zyan berada. Putra masuk ke dalamnya. Tanpa mengatakan apapun, dia segera membawa ketujuh pria ke mobil yang dibawanya. Agam, Tina, Febri dan Zyan langsung membantu. Setelah ketujuh orang itu dimasukkan ke dalam mobil, Putra segera meninggalkan tempat tersebut.

"Mereka mau dibawa kemana, Pak?" tanya Febri.

"Ke tempat pengiriman paket."

"Hah? Mau dipaket kemana, Pak?"

"Ke Pluto," jawab Agam sambil terkekeh.

"Terima kasih ya, kalian bertiga hebat. Sudah seperti three Musketeers."

"Kalau three Musketeers cowok semua, Pak. Ini kan ada ceweknya," protes Febri.

"Mana ada cewek? Si Agus kan cowok," celetuk Agam yang langsung mendapat tendangan dari Tina.

"Sudah.. sudah.. sekarang lebih baik kalian pulang ke pondok."

"Tapi Kak Nisa gimana?" tanya Tina.

"Dia akan baik-baik saja. Barly tidak akan melukainya."

"Bapak mau ke pondok juga?"

"Iya."

"Kalau gitu saya ikut Bapak aja. Saya ngga mau dibonceng si Agus, jantungan," pinta Febri.

"Ayo."

"Saya gimana pak?" tanya Agam.

"Kamu sama Agus."

"Ogah."

"Ya udah lari aja," jawab Tina santai sambil berjalan menuju motornya. Mau tidak mau Agam mengikuti temannya itu. Tidak mungkin dia berlari sampai ke pondok.

***

Setelah mempercayakan Zyan dan Hana pada anak buahnya, Barly membawa Nisa kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, pria itu menarik dengan kasar tangan Nisa. Dia memegang erat tangan istrinya dan tak memberinya kesempatan untuk melepaskan diri. Begitu sampai di kamar, barulah pria itu melepaskan pegangannya. Nisa yang sedari tadi sudah dikuasai emosi, tidak bisa menahan diri lagi. Begitu terlepas dari Barly, dia langsung memberikan tamparan keras pada suaminya.

PLAK!!

"Kamu menamparku?" geram Barly seraya menatap nyalang pada istrinya.

"Kamu memang layak mendapatkan itu, bahkan lebih. Dasar biadab!! Apa di matamu nyawa manusia tidak berharga sama sekali?!"

"Kenapa? Kamu marah karena Zyan? Dia itu pantas mati!!"

"Kamu yang seharusnya mati!! Kamu tidak layak hidup. Dasar bajingan!!"

Ini pertama kalinya Nisa mengeluarkan kata-kata kasar pada seseorang. Dan itu ditujukan pada pria yang saat ini masih menyandang status sebagai suaminya.

"Aku ini suamimu!!"

"Kalau kamu memang suamiku, kamu tidak akan membunuh Amma!! Dia ayahku, berarti dia ayahmu juga!!"

Rona keterkejutan nampak di wajah Barly. Ternyata Nisa sudah tahu kalau dirinya adalah dalang dibalik semua peristiwa yang terjadi di pondok belakangan ini, termasuk tentang Amma.

"Harusnya aku mendengarkan Amma untuk tidak menikahi laki-laki brengsek sepertimu!"

Nisa kembali melayangkan tangannya, hendak menampar lagi suaminya. Namun kali ini pergerakannya kalah cepat. Barly menahan tangan Nisa dengan sebelah tangannya dan tangan yang satunya digunakan untuk menampar Nisa.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

Tiga buah tamparan keras mendarat di kedua pipi Nisa sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah. Kesal mendapat tamparan dari Barly, Nisa meludahi wajah suaminya. Kali ini sebuah bogeman mendarat di wajah Nisa. Wanita itu jatuh terjerembab di atas kasur. Area pipi dan matanya langsung berwarna ungu kebiruan, bekas hajaran Barly.

Tidak sampai di sana, kini Barly sudah berada di atas Nisa. Kembali dia memberikan tamparan ke wajah cantik istrinya. Dengan sekuat tenaga Nisa mendorong Barly hingga terjatuh dari kasur. Wanita itu berusaha kabur dari kamar namun Barly berhasil menendang punggungnya dan membuatnya terjatuh ke lantai. Seperti kesetanan, dia menendangi tubuh Nisa beberapa kali. Sebisa mungkin Nisa melindungi area tubuhnya dengan kedua tangannya.

Puas menendangi Nisa, Barly kembali mendekati istrinya. Lalu dengan sebelah tangan, dia mencekik leher Nisa. Matanya terlihat penuh amarah ketika memandangi wanita yang sebenarnya masih dicintainya itu. Kedua tangan Nisa memegangi tangan Barly, berusaha melepaskan cekikan di lehernya. Wanita itu sudah mulai kesulitan bernafas. Barly melepaskan cekikannya ketika nafas sang istri mulai tersengal.

"Jangan menguji kesabaranku, Nisa. Aku bisa saja membunuhmu!"

Setelah mengatakan itu, Barly segera meninggalkan kamar. Pria itu mengunci pintu kamar dari luar. Tidak hanya itu, pintu keluar rumah juga dikunci olehnya. Jangan sampai Nisa keluar dari rumah dan membuat keonaran. Sepeninggal Barly, pelan-pelan Nisa bangun dari posisinya. Terdengar suara batuknya beberapa kali. Cekikan Barly meninggalkan rasa sakit di area lehernya.

Dengan langkah terseok Nisa berjalan menuju lemari tempat dirinya memasang kamera. Diambilnya kamera tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tasnya. Nisa membuka pintu lemari lalu memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Dia akan meninggalkan kediaman Barly saat ini juga. Sekarang dia sudah memiliki bukti penting untuk banding cerainya.

Setelah mengepak semua barangnya, Nisa mengambil kunci dari dalam tasnya. Tanpa sepengetahuan Barly, diam-diam Nisa menduplikat kunci kamar dan rumah ini. Dia memang sudah menduga kalau Barly akan mengurungnya di rumah. Sebelum pergi, dia mengambil dulu kamera dan alat penyadap dari ruang kerja Barly. Kemudian dengan langkah terseok dia keluar dari rumah. Wanita itu memesan taksi online untuk membawanya pergi.

Nisa tidak langsung kembali ke pondok. Lebih dulu dia pergi ke rumah sakit untuk melakukan visum. Dia perlu surat visum untuk membuktikan penganiayaan Barly padanya. Usai divisum, wanita itu meminta supir taksi mengantarkan kopernya ke pondok pesantren Ulul Ilmi. Sementara dirinya menggunakan taksi lain untuk pergi ke tempat lain.

Selama dalam perjalanan, Nisa menyalin rekaman dari kamera ke ponselnya. Zyan memang sudah menyiapkan alat transfer untuknya. Dalam rekaman tersebut terlihat jelas bagaimana Barly menyiksa dirinya. Wanita itu tersenyum tipis, pembalasannya pada Barly akan dimulai sejak hari ini. Dia tidak akan membiarkan suami yang sekarang akan menjadi mantan, hidup tenang. Begitu pula dengan Marwan. Nisa tahu kalau dibalik aksi Barly, ada Marwan yang mendukungnya.

Taksi yang ditumpangi Nisa berhenti di depan Balai Kota. Wanita itu segera keluar dari mobil. Dia meminta supir taksi untuk menunggunya. Ketika melangkah masuk, pandangan semua orang langsung tertuju padanya. Nisa sama sekali tidak menyembunyikan wajahnya yang babak belur. Dia justru ingin semua orang melihatnya. Terdengar suara kasak-kusuk ketika wanita itu melintas.

Langkah Nisa langsung menuju ruangan Marwan. Dua orang anak buah Marwan dan sekretaris Marwan mencoba menghalangi Nisa. Namun wanita itu bergeming. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Nisa berhasil melumpuhkan dua orang anak buah Marwan yang menghalangi jalannya. Zyan memang sudah mengajarkan ilmu beladiri padanya sejak pria itu tinggal di pondok. Dan keahlian beladirinya baru diperlihatkan sekarang olehnya.

Melihat dua orang anak buah atasannya dibuat tidak berdaya oleh Nisa, nyali sang sekretaris pun ciut. Mau tidak mau dia membiarkan Nisa masuk ke dalam ruangan. Padahal di dalam, Marwan sedang melakukan pertemuan dengan beberapa stafnya dan juga anggota DPR.

BRAK!!

Dengan kasar Nisa membuka pintu ruangan, mengejutkan semua yang ada di dalam. Mata semua orang langsung tertuju pada Nisa, termasuk Marwan.

"Nisa! Ada apa denganmu?"

"Aku datang ke sini hanya untuk mengatakan kalau aku akan menceraikan Barly."

"Tapi kenapa? Apa alasannya?"

"Apa anda tidak melihat memar di wajahku? Ini semua perbuatan Barly! Bahkan aku mendapat memar di bagian tubuhku yang lain. Dia sudah melakukan KDRT padaku!"

Semua yang mendengar penuturan Nisa tentu saja dibuat terkejut. Setahu mereka Barly adalah pria yang ramah dan lembah lembut. Mereka juga tahu kalau pria itu sangat mencintai istrinya. Nisa mengambil ponselnya lalu mengirimkan rekaman pemukulan dirinya pada Marwan.

"Katakan pada Barly untuk tidak macam-macam atau aku akan mengirimkan rekaman ini ke media."

Setelah mengatakan itu, Nisa keluar dari ruangan. Wajah Marwan nampak merah padam. Dia mengambil ponsel lalu menghubungi anaknya.

***

Kalau ada penghargaan, kayanya Barly cocok dapet The Best Vilain😂

1
yumna
bisma bukan lawan ucpan zayn🤭🤭🤭
yumna
kapten ya ampun jaksa mau d jadiin cleaning servis bwat km....🤭🤭🤭🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagus 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
keren nih pelajarannya 👍
dewi rofiqoh
Zyan.. Zyan... Si bisma gedek 😂😂😂
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Trio macaaan. Maju trz pantang mundur kalian luar biasa
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Gpp Om. Km ga akan rugi bekerja sama dengan Zyan dari pd dengan BarBar
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Revinaaa, km ga malu ya, menyatakn melayani di Ranjang
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Bang Zyan. AkhirNya km muncul juga
🥰Siti Hindun
lanjut Mak..
Rahma Inayah
Zayn org nya GK bisa basa basi langsung to do point aja ..bla...bla..selesai...semoga kasus Amma segera di buka kembali dan hrs ada keadilan utk amma
Faziana
Inilah aksi Zyan yg sebenarnya tegas dan berani menghadapi resiko dengan perhitungan yg matang. Keren juniornya Zyan 3 serangkai pantang menyerah belajarnya walopun masih kinyis2 😁
Carlina Carlina
luaaarrr biasaa team. zyan bekerja keras👍👍dan denangan tanpa dosaau bakar itu bukti,dasar manusia lucnut 😡😡habis lah kauu d tangan agen terhebat zyan dan team nya
choowie
hahahah....Zyan sudah memprediksi semua ini akan terjadi
choowie
setidaknya terima dulu laporannya atuh pak
Harri Purnomo Servis Kamera
Zyan sangar, tegas, sat set
choowie
presiden nya siapa nih...kayaknya harus ada perombakan besar para kabinet nya🤭
choowie
jijik🤢🤮
choowie
wooowww
choowie
namanya hampir sama Mak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!