NovelToon NovelToon
Tawanan Pesantren

Tawanan Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / Spiritual / Cintamanis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?

Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?

Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 8 - Kafilah Cinta

~💠💠💠~

Matahari pagi bersinar cerah, tapi bagi Miska, hari ini terasa lebih suram dari biasanya.

Di depan rumah, sebuah mobil sudah dipanaskan oleh sopir keluarga, dan siap untuk mengantar mereka ke pondok pesantren. Koper besar berwarna hitam milik Miska pun sudah dimasukkan ke dalam bagasi.

Sementara itu di ruang tamu, Miska berdiri dengan wajah datar, mengenakan kaos lengan panjang dan celana longgar yang masih jauh dari kata "syar'i" menurut standar keluarganya.

Tidak lama kemudian, Umi Farida muncul dari dapur sambil membawa bekal kecil untuk perjalanan. "Miska, yuk, sudah siap?," tanyanya dengan suara yang lembut.

Miska pun hanya mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa.

Adapun Abi Rasyid, ia meraih ponselnya dari meja, lalu menatap putrinya dengan mata penuh harapan. "Ayo, Nak. Kita berangkat."

Tanpa menjawab, Miska pun melangkah keluar rumah dan langsung menuju mobil tanpa berpamitan dengan siapa pun.

Di dalam mobil, perjalanan terasa begitu panjang. Miska duduk di kursi belakang dan sibuk memainkan ponselnya tanpa peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

Tangannya dengan cepat menggulir layar sambil membaca chat terakhir dari teman-temannya.

"Mis, lo udah jalan? Hati-hati yaaa. Jangan lupa kabarin kalau udah sampai."

"Jangan nangis di hari pertama. Jaga nama baik geng kita di sana. HAHAHA."

Miska mendengus kecil, lalu mengetik balasan.

"Dasar norak. Oke, bakal gua kabarin," balas Miska.

Namun, saat ia hendak mengirim pesan lewat voice note, tiba-tiba suara Abi Rasyid terdengar dari depan.

"Miska."

Miska mengangkat wajahnya lalu menurunkan ponselnya. "Apa?."

"Sudah siap?"

Miska menatap ayahnya melalui kaca spion dalam mobil lalu menjawab, "Siap atau nggak, aku tetap harus ke sana, kan?," jawabnya datar.

Umi Farida pun menoleh ke belakang dan menatap Miska dengan sorot mata yang penuh kelembutan. "Nak, ini bukan hukuman. Ini kesempatan buat kamu belajar lebih banyak, mengenal agama lebih dalam, dan…"

"Dan jadi anak yang lebih baik, kan?," potongnya cepat sambil mendengus.

"Bukan cuma lebih baik, tapi lebih tenang, lebih bahagia," tambah Abi Rasyid.

"Bahagia? Umi dan Abi pikir aku bakal bahagia di sana?," balas Miska seraya tersenyum sinis.

"Mungkin nggak sekarang. Tapi siapa tahu nanti?," timpal Umi Farida sambil tetap tersenyum.

Lalu, Miska kembali fokus pada ponselnya dan mengabaikan pembicaraan itu. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan berat yang ia sendiri tidak bisa jelaskan.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di gerbang pondok pesantren.

Bangunan besar dengan pagar tinggi berdiri kokoh di hadapan mereka. Di dalamnya, terlihat beberapa santri berjalan dengan gamis dan jilbab panjang. Beberapa santri laki-laki juga tampak berkelompok dengan mengenakan peci putih.

Miska menelan ludahnya dengan susah payah lalu bergumam, "Welcome to hell."

Abi Rasyid dan Umi Farida turun lebih dulu. Lalu, Umi Farida membuka pintu belakang dan mengajak Miska, "Ayo, Nak. Kita masuk."

Dalam beberapa detik, Miska hanya diam dan menatap gerbang besar itu. Kemudian, dengan langkah berat, ia akhirnya turun dari mobil, dan menjejakkan kaki ke dunia baru yang tidak pernah ia inginkan.

**

Langkah Miska terasa berat saat melewati gerbang pondok pesantren. Bangunan besar dengan pagar tinggi itu seakan menelannya bulat-bulat.

Udara di sini terasa berbeda menurutnya Terlalu tenang, terlalu rapi, terlalu… asing.

Saat memutar pandangan ke sekitar halaman luas, ia melihat para santri perempuan berseragam gamis longgar dan jilbab lebar sedang berjalan dengan langkah santai.

Beberapa dari mereka bercengkerama dengan wajah yang berseri, seolah tidak ada beban dalam hidup mereka.

Meski pemandangan disana akan membuat takjub semua orang yang melihat, tapi baginya, tempat ini bukan surga seperti yang digambarkan orang tuanya. Ini lebih seperti penjara.

Kemudian, Abi Rasyid dan Umi Farida berjalan di sampingnya dengan membawa koper dan tasnya menuju sebuah gedung administrasi.

Saat tiba, mereka langsung disambut oleh seorang ustazah berusia sekitar empat puluhan, dengan wajah teduh dan senyum yang ramah.

"Assalamu’alaikum, Pak Rasyid, Bu Farida. Ini ananda Miska, ya?," sapanya dengan lembut dan sopan.

"Wa’alaikumussalam, Ustazah. Iya, ini putri kami," jawab Abi Rasyid seraya mengangguk.

Sementara itu Miska hanya menunduk dan enggan menatap siapa pun.

"Alhamdulillah. Selamat datang, Miska. Semoga betah di sini, ya," balas bu Ustadzah tadi.

Tapi Miska hanya tersenyum kecut dan jelas tidak berniat menjawab.

Melihat sikap kurang baik Miska, Umi Farida pun mengelus punggungnya pelan, mencoba memberikan ketenangan bagi putrinya seakan mengerti perasaannya. "Nak, ayo, kita masuk dulu ke dalam."

Dengan langkah setengah terseret, Miska hanya mengikuti orang tuanya masuk ke ruangan administrasi.

Di dalam ruangan itu, suhunya terasa dingin karena AC yang menyala. Beberapa santri baru lainnya juga sedang mengurus pendaftaran mereka, ditemani keluarga masing-masing.

Setelah proses administrasi selesai, seorang santri senior datang menghampiri mereka.

"Assalamu’alaikum, Umi, Abi. Saya Nadira, kakak pendamping santri baru. Saya akan menemani Miska ke asrama dan mengenalkan lingkungan di sini," ucap santri senior tersebut.

Miska pun mengangkat wajahnya dan menatap Nadira dengan malas. Kakak kelasnya itu terlihat begitu bersahaja dengan gamis biru tua dan jilbab syar’i yang menjuntai sampai perut.

"Silakan, Kak Nadira. Tolong bimbing anak kami," kata Abi Rasyid sambil tersenyum.

Nadira pun mengangguk ramah dan menjawab, "InsyaAllah. Ayo, Miska, aku antar ke asramamu."

Miska pun menoleh ke Umi Farida dan Abi Rasyid lalu bertanya, "Udah selesai? Kalian mau pulang sekarang?." Suara Miska kali ini lebih terdengar sebagai harapan daripada pertanyaan.

Umi Farida pun tersenyum sedih, lalu mengusap pipi putrinya. "Umi dan Abi nggak akan pergi sebelum yakin kamu sudah nyaman di sini."

"Gak perlu. Aku udah gede. Bisa sendiri," jawab Miska sambil menghela napas.

"Kami cuma ingin kamu bahagia, Nak," kata Abi Rasyid seraya menatap putrinya dalam-dalam.

"Kalau aku bahagia, aku gak akan ada di sini," jawab Miska ketus.

Suasana pun menjadi canggung sejenak, tapi Nadira dengan tenang berkata, "Yuk, Miska. Aku tunjukin kamarmu."

Miska akhirnya menyerah dan mengikuti Nadira keluar ruangan, meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berdiri di tempat.

"Abi... Apa Miska akan baik-baik saja?," tanya Umi Farida khawatir.

"Insyaallah..."

BERSAMBUNG...

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Cieee Rehan 🤭
Aurora: Terasa kembali ke masa puber deh 😅
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
setuju,tunjukkan keahlianmu Miska 😃
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kereeeen 👍👍
Aurora: Terang aja, dia kan gaul nya ama banyak cowo 😅
total 1 replies
mbok Darmi
wah ancaman itu yg ditunggu miska jgn anggap remeh miska semakin kamu menekan dia akan semakin berani dan memberontak kamu salah pilih lawan ustadz dayat, julukan ustadz kelakuan biadab
mbok Darmi
wah ancaman itubyg ditunggu miska jgn anggap remeh miska semakin kamu menekan dia akan semakin berani dan memberontak kamu salah pilih lawan ustadz dayat, julukan ustadz kelakuan biadab
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Coba saja 🤪
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
belum tau siapa Miska 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh 😣
Aurora: Maafkan, hanya cerita fiksi 🙏😁
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Karena kamu biang masalah Miska 🥺
Aurora: Wkwkwkwk 😅🤭
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
keren nih Miska 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
nah loh
mbok Darmi
sekarang tugas miska cari siapa yg menghamili novi, bisa dipastikan pasti santri yg ada di pondok, bila sudah diketemukan tugas kamu cukup bilang ustadzah siti ngga perlu kamu tangani sendiri
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ternyata bukan Hana 🤭
Aurora: Hehehe...
total 1 replies
mbok Darmi
la berarti yg hamil zoya dong dia ingin lempar batu sembunyi tangan dia yg murahan knp miska yg mau di jadikan korban, cek kamar zoya pasti ada test pack dgn hasil garis 2 itu yg mau buat jebak miska tapi sayang keburu konangan sama rehan, makanya zoya jgn cari perkara sama miska yg ada senjata makan tuan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hana ya 🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh gawat nih 😣
mbok Darmi
pondok pesantren bukannya mendidik untuk lebih baik dalam berucap dan bersikap ini malah menebarkan fitnah, udah dari pada saling tuduh sekarang test USG kehamilan kalian bertiga terus lanjut test keperawanan mau ngga biar ada bukti akurat siapa yg bohong dan siapa yg sdh bolong
Aurora: Wkwkwkwk... Bolong, bisa ak kakak ini 🤣🤣
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata kalian 😌
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bagus 👍👍👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Fitnah tuh 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!