"Anda yakin Mrs. Aquielo?"
"Jangan asal mengubah nama ku seenakmu, aku masih seorang Rainer asal kau tahu saja."
"Ya untuk sekarang kau mang masih seorang Rainer, tapi sebentar lagi kau akan segera mengganti nama belakangmu itu dengan nama keluargaku."
"Seperti aku mau saja dengan dirimu."
"Oh apa kau lupa yang aku katakan dipesawat kemarin Ms. Rainer."
Viona hanya dapat terdiam tentu ia tidak lupa dengan ancaman pria gila ini kemarin. Dan sialnya kalau semua yang dikatakan nya benar adanya maka tidak ada jalan lain lagi bagi Viona untuk menolak semua keinginan pria itu.
Itu buruk....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panda Merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Manusia memang tidak tahu akan dibawa kemana alur kehidupan yang akan mereka jalani dan mereka hanya bisa pasrah dan menerima takdir yang sudah ditentukan untuknya.
Seperti Viona sekarang, dia sebenarnya tidak ingin jadi anak Broken Home, tapi dia juga tidak punya kuasa untuk mengubah itu semua, sehingga mau tidak mau Viona harus menjalani itu semua dengan sabar.
Saat sudah terlarut dalam lamunan tiba-tiba dering ponselnya menarik kesadaran Viona dari pikirannya. Viona pun segera masuk kekamarnya ingin meriksa siapa yang memanggilnya selarut ini.
Bola mata Viona langsung berbinar bahagia saat mendapati ponsel lamanya lah yang berdering dengan nama Ibunya sebagai pemanggil tertera dilayar benda pipih tersebut. Tanpa membuang waktu Viona segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo Bu...!" seru Viona.
"Viona... Kau masih bangun selarut ini, seharusnya disana sekarang sudah pukul dua malam!" seru Ibunya terdengar terkejut diseberang sana.
"Ya itu karena Aku dan kak Audrey baru saja pulang dari pesta yang diadakan oleh rekan bisnis Papa." Jelas Viona.
"Jeremy sialan. Putriku bahkan baru tiba disana kurang dari empat puluh delapan jam dan dia sudah menyuruh kau menghadiri pesta semacam itu dibanding menyuruh mu beristirahat!" Gerutu Sarah.
"Aku tidak apa-apa Bu, setelah siang tadi aku tidur cukup lama." Jawab Viona berusaha menenangkan.
"Tetap saja kau telah menghabiskan belasan jam dipesawat dan tidur beberapa jam saja tidak akan cukup." Seperti biasanya Sarah dan omelannya memang tidak pernah terpisahkan.
"Aku senang Ibu masih memperhatikan diriku seperti ini!" seru Viona senang.
"Memangnya ada alasan aku tidak memperhatikan putriku, aku memang menyuruh dirimu untuk ikut bersama Papa mu tapi bukan berarti aku sudah tidak peduli lagi. Bagiku kau tetap putri kesayangan ku yang berharga, tak apa aku disini kesepian tanpamu asalkan kau disana dapat hidup dengan layak." Jawab Sarah dengan suara yang bergetar tampak sedang menahan tangis.
"Bu..." Ucap Viona tak terasa air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya saat mendengar suara bergetar Sarah, ia tahu pasti kini ibunya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kau hiduplah dengan baik disana. Sekarang Papa mu sudah banyak uang tidak seperti dulu lagi, pinta lah barang-barang mewah darinya karena itu memang hak mu sebagai anaknya dan kalau dia membuat kau begadang lagi jangan segan-segan untuk memukul kepala penuh ubannya itu!" ucap Sarah panjang lebar membuat Viona senyum geli.
Tunggu,,, dari mana Ibunya tahu kalau sekarang kepala Papa_nya sudah penuh dengan uban sedangkan terakhir mereka bertemu delapan tahun yang lalu dan rambut dikepala Papanya masih banyak yang hitam.
Dan sejak saat itu Ibunya mengatakan kalau mereka tidak pernah sekalipun berhubungan lagi.
"Dari mana Ibu tahu kalau sekarang kepala Papa sudah penuh dengan uban?" Tanya Viona bingung, sontak pertanyaan Viona itu membuat Sarah gelagapan, secara tidak sengaja dia sudah memberitahu Viona kalau sebenarnya ia masih berhubungan dengan mantan suaminya itu.
"Ibu hanya menebak karna mengingat usianya yang sudah lebih dari setengah abad, sudah pasti kepalanya ditumbuhi banyak uban. Sudah dulu ya, lagi pula kau juga harus tidur sekarang.Ibu mencintai mu selamat malam." Jawab Sarah terdengar gugup, semakin menunjukan kalau sebenarnya sekarang dia sedang berbohong.
Setelah panggilan itu terputus Viona pun membaringkan tubuhnya ditempat tidur berusaha untuk terlelap.
Seperti kata Ibunya Viona bahkan baru mendarat dinegara asalnya ini kurang dari empat puluh delapan jam tapi ia sudah sangat merindukan wanita itu_Ibunya.
Perlahan kantuk mulai menyerang dan Viona pun tertidur dengan tangan masih menggenggam erat ponselnya.
***
Viona terbangun disaat jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, ia tidak menyangka akan terbangun sepagi ini mengingat betapa larut malamnya ia tertidur kemarin.
Karena sudah tidak mengantuk lagi Viona memilih untuk membersihkan dirinya dikamar mandi lalu turun untuk sarapan karena perutnya yang sudah meminta jatah.
Saat sampai diruang makan ia melihat Papanya yang sedang menikmati secangkir kopi hitam nya dengan setelan jas rapi yang membalut tubuhnya tampak sudah siap untuk bekerja.
"Kau sudah bangun, awal sekali padahal semalam katanya kalian baru pulang saat pukul dua dini hari!" seru Jeremy sambil tersenyum.
"Ya aku sudah tidak mengantuk lagi sekarang aku lapar," jawab Viona jujur.
"Ah baiklah silahkan nikmati sarapan mu princes," bersamaan dengan itu para pelayan langsung menyediakan makanan dihadapan Viona yang langsung dilahap oleh wanita itu dengan semangat.
"Pelan-pelan princes tidak akan ada yang berani merebut makanan mu juga!" seru Jeremy sambil terkekeh geli melihat tingkah putri bungsu nya itu.
Meski tidak menyahut Viona mulai memakan makanan nya dengan pelan seperti yang dikatakan Jeremy.
"Bagaimana pestanya tadi malam?" tanya Jeremy memecah keheningan, dan Viona pun sudah tampak menyelesaikan makanan nya.
"Luar biasa," jawab Viona singkat sambil meminum susu putih yang ada didepannya.
"Kakak memperkenalkan ku pada banyak orang dari yang muda setengah baya sampai kakek-kakek dan nenek-nenek, katanya mereka semua kenalan Papa." Jelas Viona.
Lalu ia terdiam saat mengingat apa yang dilakukan kakak nya ditoilet hotel tadi malam, apa papa nya akan marah kalau mengetahui soal hal itu? Dan memberitahukan hal tersebut bukanlah hal yang akan Viona lakukan sekarang, ya biarlah itu menjadi rahasianya sediri lagipula sekarang kakaknya kan sudah dewasa.
"Kau senang?" tanya Jeremy lagi menyadarkan Viona dari lamunan nya lalu ia hanya mengangguk singkat. "Maksud Papa kau senang berada disini bersama Papa dan Kakak mu Audrey?" tanya Jeremy lagi.
"Ya aku senang, memangnya kenapa?" tanya Viona bingung.
"Tidak apa-apa Papa juga senang mendengarnya kalau kau bahagia berada disini." Tukas Jeremy lalu kembali menikmati kopi nya sambil sesekali memperhatikan tab ditangannya.
"Papa tampak sangat sibuk sekarang!" seru Viona sambil menatap wajah serius Jeremy.
"Ya sepertinya beberapa hari kedepan papa tidak bisa menemanimu sarapan lagi."
Viona hanya mengangguk ia mengerti kalau sekarang papanya benar-benar orang yang sangat sibuk.