Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melangkah Maju
"Jadi... Apa yang kau lakukan disini?" Pertanyaan Arya, untuk yang kedua kalinya memecah keheningan diantara keduanya.
Mulut Vina yang sebelumnya terbuka lebar, akibat terkejut dengan keberadaan sosok didepannya, tertutup secara perlahan disertai getaran halus.
"Kakak..." Vina memalingkan wajahnya, mencoba tidak menatap wajah orang yang ia sebut sebagai kakak tersebut.
Rintik hujan mulai turun, yang semakin lama mulai semakin deras, hingga suara hujan mengisi keheningan diantara keduanya. Arya berjongkok di depan Vina, gadis yang tidak lain adalah adik kandungnya tersebut.
"Apa terjadi sesuatu?..." Tanya Arya dengan nada lembut.
Vina diam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya pelan, namun masih menolak menatap wajah kakaknya. Arya disisi lain hanya menghela nafas pelan melihat jawaban adiknya tersebut, dia melemparkan kaleng minumnya yang telah kosong ke tempat sampah.
"Ayo...!" Arya menggenggam pergelangan tangan Vina dan menariknya lembut, namun Vina berontak dan melepaskan genggaman Arya.
Arya menatap adiknya malas, gadis itu terlihat masih memalingkan wajahnya, terlihat sangat enggan bertatap muka dengan Arya.
"Kau mau tidur di halte ini kah?... Kecuali jika kau punya opsi lain, maka ikutlah denganku!..." Arya membuka payungnya, masih sembari menatap adiknya malas.
Rahang Vina bergetar, mencoba sekuat tenaga menahan tangisannya, "Kenapa..."
Suara Vina sangat pelan, namun karena suasana di halte tersebut yang sangat sepi, dan hanya diisi oleh rintik hujan membuat Arya dapat mendengarnya dengan sangat jelas.
Arya menghela nafas panjang dan memegang bahu adiknya, "Bukankah selalu kukatakan bahwa aku akan selalu disisimu?!..."
Tubuh Vina bergetar mendengar kata-kata itu keluar dari mulut kakaknya, dia menggigit bibirnya sendiri, air mata mulai mengalir di pipinya. Vina akhirnya memberanikan diri tuk memeluk kakaknya, setelah sekian lama.
Arya hanya menghela nafas pelan, dia menepuk punggung dan kepala adiknya itu, mencoba menenangkannya sekaligus membuatnya senyaman mungkin.
"Tenang saja... Kakak akan selalu disisimu!..." Arya dapat merasakan sesuatu yang hangat di pundaknya.
"... Kuharap kau menahan ingusmu dari bajuku, karena ini merupakan baju kesukaan ku!" Ucap Arya bercanda namun dengan nada serius, membuat Vina memukul punggung kakaknya itu sendiri.
"Oi!... Itu sakit lho!"
Setelah beberapa saat menangis di pelukan kakaknya, setelah beberapa saat, Vina perlahan melepaskan pelukan kakaknya, seraya menghapus sisa air mata di pipinya.
"Sudah baikan?..." Tanya Arya dengan nada bicara yang kembali terdengar lembut.
Vina mencoba tersenyum, seraya mengangguk pelan menanggapi pertanyaan kakaknya itu.
"Kalau begitu... Ayo pulang!" Arya membalikkan badannya, menggenggam tangan adiknya itu dan bersiap kembali berjalan.
Namun Vina hanya berdiri di tempatnya, dan tidak bergerak sama sekali, membuat Arya kembali menoleh malas. "Kenapa lagi?..."
Vina menggigit bibirnya sendiri, "Mm... Apa kakak tidak masalah menampungku? Tidak, maksudku-..."
Vina terlihat gelagapan ketika mata keduanya bertemu, sedang disisi lain Arya hanya menatapnya santai seraya mengayunkan payungnya ringan.
"Hah... Tenanglah, penghasilanku lebih dari cukup tuk menghidupi dua orang rakus!..." Balasan dari Arya sontak membuat muka Vina memerah, dan memukul lengan kakaknya sendiri sekali lagi.
Arya hanya tersenyum kecil menanggapi hal itu, "Sudah tidak ada pertanyaan lain? Kalau begitu ayo pulang..."
Arya dan Vina akhirnya berjalan pulang bersama, menembus derasnya hujan seraya berpegangan tangan satu sama lain.
----->><<-----
Arya menutup payungnya dan meletakkannya di rak, sebelum melepas alas kakinya dan memasuki kost-annya. Vina disisi lain melihat sekeliling kost tempat kakaknya itu tinggal, walau tidak bisa disebut besar, paling tidak tempat itu memiliki perabotan yang lengkap serta terasa nyaman tuk ditinggali.
"Masih ada satu kamar kosong di lantai dua, kau bisa pakai itu! Aku akan memasak makanan, kamar mandi ada dibawah jika kau ingin membasuh tubuhmu terlebih dahulu!..." Ucap Arya sembari berjalan menuju dapur.
Vina terlihat masih memperhatikan sekelilingnya ketika Arya mengatakan hal itu, gadis itupun naik ke lantai dua. Dia melihat dan pintu kamar tempat kakaknya tidur, dan melihat pintu kamar lainnya yang ditunjukkan oleh Arya.
Kamar itu tidaklah terlalu besar, namun memiliki perabotan yang cukup lengkap. Setelah menata bajunya, gadis itu turun tuk membasuh tubuhnya, Vina menemukan Arya masih sibuk memasak di dapur.
Meskipun sedikit dingin, Vina merasa segar kembali setelah membasuh tubuhnya, seraya mengusap rambutnya dengan handuk, mata Vina menyisir seluruh ruangan utama kost-an itu, hanya tuk menemukan kakaknya tengah duduk di sofa seraya memainkan laptop di pangkuannya.
"Sayur dan lauk ada di meja makan, nasinya ada di penanak... Aku tidak tau kau lapar atau tidak, tapi sebaiknya isi perutmu terlebih dahulu walaupun sedikit!..." Ucap Arya setelah mendengar Vina keluar dari kamar mandi, masih dengan memperhatikan layar laptop nya.
Vina tidak menolak perintah kakaknya, dia juga sebenarnya cukup kelaparan setelah seharian berjalan dan belum makan apa-apa. Setelah menyelesaikan makannya, Vina tak lupa mencuci piringnya di wastafel sebelum menghampiri kakaknya yang masih sibuk sendiri itu.
"Kakak, sebenarnya pekerjaan apa yang kakak tekuni?..." Tanya Vina penasaran seraya mengintip layar laptop pemuda itu.
"Heh?..." Vina melotot tak percaya melihat apa yang baru saja ia lihat.
"Ah... Hm... Dilihat dari sorot matamu, kau kelihatannya mengetahui apa yang sedang aku lakukan!.." Ucap Arya santai sembari berpangku tangan melihat sorot mata adiknya tersebut.
"Kakak bermain Etheria Realms?!..." Ucap Vina dengan wajah sedikit terkejut.
"Hm... Apa-apaan dengan keterkejutan mu itu?... Kenapa aku merasa kau baru saja berpikir, bahwa aku adalah orang yang mustahil memainkan game ini..." Arya menatap kesal kearah adiknya.
"Tidak... Bukan begitu maksudku kakak!..." Vina menggelengkan kepalanya keras, merasa bahwa kemampuan kakaknya itu tuk membaca isi pikirannya sepertinya belum menurun sedikitpun, meskipun keduanya telah lama tidak bertemu.
"Kakak... Apa kau bekerja pada sebuah perusahaan?" Arya tentu mengerti maksud dari kata bekerja, pada pertanyaan adiknya itu.
"Tidak... Aku hanya menjual barang-barang sebagai Alchemist, begitulah caraku mendapatkan uang!..." Arya mengangkat bahu, seraya meletakkan laptopnya di meja seraya meminum kopi hangatnya.
"Kau kelihatannya sangat mengenal game ini... Pernah memainkannya?..." Tanya Arya santai, tanpa memperdulikan raut wajah tidak percaya adiknya tersebut.
"Eh... Yah... Pernah sih, tapi aku sudah menghapus akun lamaku..." Vina menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ah... Kakak, apa aku bisa membantumu mencari uang, tenang saja aku punya Virtual Box ku sendiri kok!..."
"Hm...? Kenapa aku merasa kau begitu meremehkan penghasilanku sebagai Alchemist ya?!..." Arya menatap tidak senang, membuat adiknya itu sedikit gugup dibuatnya.
"Tidak, tidak... Itu pasti cuman perasaan kakak saja!... Sungguh! Oh, ayolah kakak, teganya kau berpikir buruk tentang adikmu yang manis ini!..."
"...! Aku tentu tidak akan melupakan, bahwa kau juga bisa menjadi selicik ibu!..." Arya mengusap wajahnya dan menghela nafas panjang.
"Hah... Lupakan, aku tidak akan menolak jika kau memaksa!..." Arya mengambil kembali laptopnya, dan Vina dengan senyum sumringah duduk didekat kakaknya.
"Hm... Hm... Ah... Ngomong ngomong seperti apa penampilan kakak?"
Arya tidak menjawab dan hanya menunjukkan data peta Benua Vaeloria, dari Etheria Realms. "Karena Aku sedang menuju kota perbatasan, maka kau bisa memulai di kota ini!"
Arya menunjuk sebuah kota yang berjarak satu desa dari kota perbatasan, "Aku akan menjemputmu disana, tapi mungkin akan memakan waktu beberapa hari, jadi bersabarlah dan naikan levelmu dulu!"
"Aku tidak merubah banyak penampilanku, kau pasti langsung mengenaliku!..." Arya berdiri dan menutup laptop miliknya.
"Jika tidak ada pertanyaan lain lagi, maka aku akan kembali ke game, aku tidak suka membuat orang lain menunggu!..." Arya berjalan kembali ke kamarnya di lantai dua.
Sedang disisi lain Vina terlihat termenung, melihat kakaknya yang begitu serius saat membicarakan mengenai game tersebut. Vina menggelengkan kepalanya, dan menepuk pipinya, dia tidak ingin mengecewakan kakaknya dan berniat gantian melindungi kakaknya itu di dalam Etheria Realms.
Vina berlari kecil menuju lantai dua kamarnya, dia membuka kopernya lagi dan mengambil satu perangkat lengkap Virtual Box didalamnya. Gadis itu memangku helm tersebut, tangannya mengepal erat, dan dia menggigit bibirnya sendiri terlihat menahan luapan emosi.
Setelah menghela nafas panjang Vina hanya menggeleng kepala pelan, berusaha melupakan masa lalunya dan kembali melangkah kedepan. Vina memasang semua perangkat itu disisi tempat tidurnya, dia melakukan beberapa pengecekan sebelum akhirnya berbaring dan bersiap login kembali.
Perasaan yang telah lama ia lupakan mulai terasa kembali ketika Vina memakai Virtual Box.
'Selamat datang di Etheria Realms'
'Dari pencarian yang kami lakukan, anda terdeteksi belum memiliki akun sama sekali didalam game kami!'
'Apakah anda ingin mendaftarkan diri?'
"Ya, aku ingin mendaftar lagi!"
'Pilihan dikonfirmasi!'
'Melakukan Scan'
'Scan selesai! Silakan masukan nama pemain anda!'
Sebuah Keyword dan panel kolom teks, muncul melayang dihadapan Vina. Gadis itu memegangi dagunya terlihat berpikir keras, sebelum akhirnya mulai mengetik.
'Nama dikonfirmasi!'
'Apakah anda ingin menggunakan opsi mengubah penampilan karakter?'
"Ya!"
Seketika, deretan panel menu serta hologram yang menampilkan penampilan Vina muncul dihadapannya. Vina kembali memegangi dagunya melihat karakter yang akan ia pakai, dia teringat dengan wujud karakter lamanya dan menggelengkan kepalanya pelan.
Vina sebelumnya bermain sebagai seorang Elf wanita dengan nama Liliel, namun kali ini Vina tidak ingin menjadi orang yang sama. Dia kali ini akan bermain sebagai manusia normal, dengan penampilan seorang gadis remaja biasa dengan rambut berwarna abu-abu dan pupil ungu.
'Penampilan Dikonfirmasi!'
'Anda dapat memilih kota pertama anda, atau membiarkan sistem menentukan kota pertama anda!?'
"Kirim aku ke Chernora City!"
'Pilihan dikonfirmasi!'
'Mengirim pemain ke Chernora City dalam 10 detik!'
'Selamat menikmati petualangan anda!'
Pandangan Vina memburam, dia menutup matanya hingga beberapa saat kemudian, Vina dapat merasakan semua indera nya kembali bekerja. Ketika Vina membuka kembali matanya, pemandangan kota ala abad pertengahan yang tidak asing lagi baginya kembali menyambutnya.
Vina atau akan dikenal sebagai Kira di Etheria Realms, menghela nafas pelan, dan menatap ke depan. Dia mulai melangkah maju di dunia baru yang familiar tersebut, kali ini bukan sebagai gadis Elf Liliel, melainkan sebagai Kira.