NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 22 — Willingly

“Tapi apa?” tanya Faza penasaran. Ia takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada Vanya.

Melirik Albert yang sepertinya juga penasaran dan tampak cemas, Ashana memilih mengajak Faza berbicara empat mata di ruangannya saja.

“Sebaiknya kita bicarakan hal ini di ruanganku saja, ayo.” Ashana menuntun Faza ke ruangannya.

Mempersilahkan pria itu untuk duduk sementara ia pergi mengganti pakaiannya kembali.

“Jadi? Apakah ada hal serius yang terjadi?” tanya Faza begitu Ashana sudah duduk di kursinya.

Menggeleng pelan, Ashana lalu berkata, “Lukanya tidak terlalu serius, ada lecet di bagian tangan dan kaki. Hanya bagian betis saja yang mengalami luka cukup dalam. Tapi jangan khawatir, aku sudah menjahitnya.”

Faza tampak kaget mendengar penjelasan Ashana. “Apa? Dijahit? Apakah lukanya separah itu? Apa ada cedera serius?”

“Tidak ada, aku sudah melakukan pemeriksaan dalam tadi, tapi tidak ada. Kau tidak perlu khawatir,” kata Ashana dengan senyum lega.

“Adikku kecelakaan tapi kau memintaku jangan khawatir?!” sentak Faza merasa kesal.

“Semuanya sudah baik-baik saja, Faza.” Ashana mencoba untuk tetap tenang. Pria di hadapannya sekarang sedang shock dan cemas, wajar baginya untuk merespon dengan agak kasar.

“Aku hanya tidak mau sakit kepalamu semakin parah, sekarang pun kepalamu pasti masih terasa berdenyut kan?” tebak Ashana yang langsung diangguki oleh pria itu.

Sebenarnya, Faza merasa sedikit tersentuh dengan perhatian yang Ashana tunjukkan. Tetapi, bukan lantas kebencian menguap begitu saja.

“Aku tahu kau khawatir terhadap keselamatan Vanya, aku mengerti itu. Tapi, kau juga jangan abai terhadap kesehatanmu sendiri,” kata Ashana lagi.

Entah mengapa Faza jadi sedikit terbiasa dan mulai menyukai setiap omelan perempuan itu. Saat Ashana tidak keras kepala dan suka membantah dirinya, tentu saja.

Ashana benar bahwa Faza seharusnya tidak perlu khawatir dan mulai memerhatikan kesehatan dirinya sendiri.

Faza akhirnya menganggukkan kepala tanda mengerti, "Hmm, baiklah, aku mengerti.”

“Maaf, karena khawatir aku jadi berkata kasar padamu,” katanya merasa bersalah.

Ashana memakluminya. “Tidak apa-apa, aku mengerti.”

“Terima kasih juga karena kau sudah membantuku, Ashana.”

Perempuan itu tersenyum lalu mulai berdiri dari kursinya, “Istirahatlah di sofa, aku akan mengambil obat Vanya. Setelah ia sadar, kita akan membawanya pulang.”

Faza hanya mengangguk sebagai bukti persetujuannya. Ia sudah terlalu lelah malam ini, apapun yang Ashana katakan, ia akan memilih menyetujuinya saja.

Satu hal yang Faza ketahui sekarang, meskipun Ashana membencinya, tapi ia tak akan mengabaikan orang yang membutuhkan bantuannya. Karena, Ashana adalah dokter yang hebat, menurutnya.

“Ehm … Ashana,” panggil Faza sesaat Ashana akan membuka pintu ruangannya.

Ashana menoleh, “Ya? Kau butuh sesuatu?”

“Tidak, aku hanya ingin bilang, masukkan tagihan pengobatan itu ke rekeningku,” ujar Faza seraya merebahkan dirinya di sofa.

“Ya, baiklah,” sahut Ashana mengiyakan. “Aku juga akan meminta asistenmu untuk pulang.”

“Hmm, sebaiknya dia disuruh pulang saja, aku tidak mau melihatnya di sini terlalu lama,” gumam Faza mulai memejamkan mata.

***

Setelah fajar menyapa pagi, Faza dan Ashana akhirnya membawa Vanya pulang. Kondisinya sudah lebih baik, ia mungkin masih agak shock dengan kejadian malam itu, tetapi Ashana yakin gadis itu sudah membaik dan akan lekas pulih dalam beberapa hari.

Secara khusus, Faza sudah memerintahkan seorang pelayan untuk merapikan kamar adiknya dan menjaga gadis itu dengan baik.

Faza membaringkan Vanya dengan sangat hati-hati seolah gadis itu adalah porselen yang rentan sekali pecah jika diperlakukan kasar sedikit saja.

“Terima kasih, Kak,” ucap Vanya dengan agak kikuk. Ia yakin sekali kakaknya tengah marah saat ini karena tahu apa yang sudah dilakukannya hingga menyebabkan ia seperti ini.

“Tolong jangan salahkan Albert, Kak. Dia tidak bersalah, akulah yang keras kepala mendatanginya malam-malam.”

Faza bergeming, sejujurnya ia masih marah pada adiknya itu karena sudah melakukan hal konyol lagi padahal gadis itu sudah berjanji untuk tidak melakukan kekonyolan apapun lagi.

Tapi, Faza juga tak bisa menyalahkan Vanya sepenuhnya, sebagaimana ia tahu bahwa penyebab adiknya sampai seperti itu adalah karena dirinya. Karena keegoisan dirinya.

Pria itu hanya tersenyum tipis pada akhirnya, mengusap kepala Vanya dengan lembut lalu pergi dari sana. Ia perlu bersiap untuk pergi bekerja.

“Kakak, maaf ….”

Hanya itu yang bisa Vanya katakan, entah berapa kali ia sudah mengecewakan sang kakak.

Sesaat Faza keluar, Ashana datang dengan membawakan bubur ayam beserta obat yang harus diminum Vanya.

Melihat Ashana masuk ke kamarnya, Vanya pun berusaha memasang senyum terbaiknya.

“Pagi, bagaimana perasaanmu?” sapa Ashana dengan ramah. “Kita sarapan dulu, ya. Setelah itu, kau harus minum obat.”

Vanya menerima semangkuk bubur ayam itu dan mulai melahapnya. “Aku dengar Kak Ashana yang menjahit lukaku semalam.”

“Aku senang kau mengetahuinya,” ucapnya sambil tersenyum lembut.

Setelah memastikan Vanya memakan bubur ayam dan juga obatnya, Ashana pamit untuk undur diri. Mengingat kepribadian Vanya dan rasa benci yang dimilikinya, Ashana yakin bahwa gadis itu mungkin tidak ingin ia berlama-lama di kamarnya.

Namun, baru saja Ashana hendak berjalan ke pintu, tangannya sudah dicekal oleh Vanya.

“Te-terima kasih Kak,” ucap gadis itu agak gugup.

Ashana tersenyum lalu mengangguk, Istirahatlah agar kau cepat pulih.”

***

Saat jam menunjukkan pukul tujuh, Albert sudah sampai di kediaman Nawasena untuk mengatur segala jadwal atasannya dan menemani Faza melakukan beberapa kunjungan.

Sementara Faza masih bersiap, Albert ingin menggunakan kesempatan itu untuk menjenguk Vanya. Hanya saja, ia tahu batasannya dan tahu bahwa ia tak boleh melanggar batasan itu.

Apalagi dengan kejadian semalam, Albert ragu bahwa Faza akan membiarkannya menjenguk Vanya meski hanya sedetik.

Tepat saat ia mencuri pandang ke arah kamar Vanya, secara tak sengaja Albert berpapasan dengan Ashana yang tampaknya akan pergi bekerja.

Ia lihat Ashana berjalan ke arahnya, dengan sopan Albert tersenyum dan sedikit menundukkan kepala.

“Pagi, kau sudah datang sepagi ini? Faza masih mencari dasi yang cocok dengan kemejanya di atas, pria itu terlalu perfeksionis soal pakaian,” kata Ashana terang-terangan.

Albert mengulas senyumnya, "Saya akan menunggu di sini, Nyonya.”

“Kau sudah sarapan? Bagaimana jika kita minum kopi dulu sambil menunggunya? Biar aku buatkan kau kopi.”

“Tidak perlu, Nyonya. Tidak perlu repot,” ujar Albert sungkan.

“Memangnya kenapa? Sudahlah, tidak apa-apa, hanya secangkir kopi.”

Albert menggeleng cepat, “Jangan, Nyonya. Saya takut Tuan akan marah jika tahu Anda membuatkan kopi untuk saya,” jelas Albert dengan tegas menolak.

Meskipun tak sepenuhnya yakin, tapi Albert mengenal sifat Faza yang pencemburu, walau atasannya itu tak pernah mengatakannya.

“Baiklah kalau begitu, biar kusuruh pelayan saja yang membuatnya, ya.”

Ashana lalu memanggil seorang pelayan dan memintanya untuk membuat dua cangkir kopi. Ashana mulai bersikap layaknya nyonya rumah.

“Terima kasih, Nyonya.” Albert lalu kembali duduk dengan canggung dan semakin merasa canggung saat Ashana juga ikut duduk di hadapannya.

“Sebenarnya, aku punya pertanyaan untukmu. Tapi jika kau tidak keberatan, Albert. Benar itu namamu, kan?”

Pria itu mengulas senyum ramah, “Betul, Nyonya.”

Ashana tersenyum, “Apakah kau memiliki hubungan dengan Vanya?”

Albert terbelalak, tak pernah menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu dari istri atasannya sendiri.

1
EsTehPanas SENJA
3 bulan itu bisa ketinggalan banyak gosip lho ses... percaya deh ses 😌😶
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
〈⎳Mama Mia
sukurrrrr
〈⎳Mama Mia
enak amat punya teman km ginj
〈⎳Mama Mia
sapa lagi tuh
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenangan dengan orang-orang yg kita cintai tidak mudah untuk dilupakan begitu saja walaupun sudah puluhan tahun terlewati
EsTehPanas SENJA
nah nah nah .... apa? masih cinta? 😳😧
EsTehPanas SENJA
hmmmm bapake ashana penyebabnya... 😳
〈⎳Mama Mia
sopo maneh sehhh
〈⎳Mama Mia
Si Asih tenar banget yakk /Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia
wooo bpk nya ternyata biangnya
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
huf menggantung banget 🥴
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
no comment bab inii 😳
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Kenapa sama nel, punyaku peran Mbok Asih juga sama 🤣🤣
EsTehPanas SENJA
hmmm iya yah... tapi bukan berarti langsung di tentang 🤔🤔🤔
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kau masih mencintainya Faza gitu ajaa nggak paham🙄
HK: Kudu disembur dulu kayaknya
total 1 replies
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang salah paham 😫😫
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kenapa tidak k nyaa bedaa font 🥴
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Huh atau hah? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!