Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 : PIJAT TRADISIONAL
“Sumpah kalau bukan kakak ipar aku lempar ke jalanan!” gerutu Debora mengusap keningnya yang terantuk sandaran jok depan.
Gadis itu menegakkan tubuh, matanya seketika membeliak lebar ketika melihat barisan pria kekar yang menghalangi kendaraannya.
“Siapa mereka? Jangan-jangan rentenir? Kamu punya hutang ya? Beban banget sih jadi orang!” cecar Debora tiada henti.
Cengkeraman tangan Rihard pada setir mobil menguat, dalam diamnya rahang lelaki itu mengeras disertai kilat tajam dari manik matanya.
“Kamu jangan keluar! Di sini saja! Biar aku selesaikan urusanku. Ingat! Jangan keluar atau kamu akan menjadi jaminan mereka!” tegas Richard menakut-nakuti adik iparnya.
“Dih! Jangan bawa-bawa aku atau keluargaku, sialan!” umpat Debora sarkasme.
“Hemm!” balas Richard lalu keluar dari mobil dan menghampiri para lelaki itu.
Debora memilih memainkan ponsel untuk membuka media sosialnya. Acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi dengan kakak iparnya. Ya, gadis itu sedari awal tidak setuju kakaknya menikah dengan pelayan bar itu.
...\=\=\=000\=\=\= ...
Richard berdiri tegap, menatap nyalang satu per satu yang ada di hadapannya, serentak para lelaki itu membungkuk hormat.
“Mau apa lagi kalian?” geram Richard penuh penekanan. Ia sangat mengenal orang-orang suruhan kakeknya itu.
“Tuan Muda, akhirnya kami menemukan Anda. Kami ke sini untuk menjemput Tuan Muda!” sahut salah satunya dengan sopan.
“Cih! Setelah membuangku selama lima tahun lalu seenak jidat mau menyuruhku kembali? Sampaikan pada tuanmu, aku tidak akan pernah kembali!” tegas Richard mengepalkan kedua tangannya. Dadanya bergemuruh, mengingat jelas bagaimana sang kakek menendangnya dari rumah tanpa uang sepeser pun.
“Maaf, Tuan Muda. Tetapi, saat ini Tuan Besar sedang sakit keras. Selain tidak ada yang mengurus perusahaan, Tuan Besar juga ingin meminta maaf sebelum ajal menjemput,” papar pengawal itu lagi.
DEG!
Kedua lutut Richard terasa lemas, tulang-tulangnya seolah terlepas dari raganya. Sebenci apa pun Richard dengan kakeknya, ia tidak ingin kehilangannya. Lelaki tua yang membesarkannya dulu. Orang tuanya sudah meninggal, tepatnya saat ia berusia dua tahun.
Richard bergeming, di satu sisi, ia ingin segera kembali dan bertemu kakeknya di negara K. Tetapi, ia juga tidak bisa pergi begitu saja.
“Minta Delon menghubungiku! Aku akan memikirkannya!” titah Richard meminta tangan kanan sang kakek menghubunginya.
“Baik, Tuan Muda. Akan kami sampaikan!”
“Satu lagi. Jangan pernah menampakkan diri kalian seperti ini. Atau kalian akan tahu akibatnya!” ancam Richard tidak main-main.
Setelah mendapat sahutan serentak, Richard kembali masuk ke mobil mertuanya. Menutup pintu dengan kasar hingga membuat Debora terlonjak.
“Pelan-pelan bisa nggak? Kalau rusak kamu mampu ganti?” teriak Debora.
Richard tak menjawab, suasana hatinya masih memburuk. Kabar yang ia terima tiba-tiba, membuat pikirannya gelisah. Mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang, malas jika harus mendengar teriakan yang menyakiti telinganya.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Sore harinya, Richard harus berkutat dengan setumpuk pekerjaan rumah. Mencuci mobil, menyiram tanaman dan membereskan kamar yang ditinggali bersama sang istri. Karena ia tahu betul, Velyn tidak suka kamarnya berantakan dan kotor.
Selesai dengan pekerjaannya, Richard membersihkan diri. Kemudian melenggang ke kamar ayah mertuanya. Pria itu mengetuk dengan perlahan hingga pintu terbuka.
“Ada apa?” tanya Sabrina ketus ketika berhadapan dengan menantunya.
“Saya ingin memeriksa kondisi papa, Ma. Permisi,” ucapnya tetap masuk walaupun belum dipersilakan.
Sabrina mendelik, “Heh! Enggak sopan kamu ya!” pekiknya berbalik dan segera menghampiri Richard. Wanita itu berusaha menghalangi Richard yang hendak melanjutkan pijat terapinya.
“Ma, kalau papa tidak diterapi dan hanya mengandalkan obat-obatan medis, proses sembuhnya akan lebih lama. Tolong, percayalah. Ini demi kesembuhan papa,” pinta Richard duduk di ujung tempat tidur, melakukan pijat tradisional pada titik syaraf di telapak kaki Rendra.
“Aaa! Pelan-pelan, bodoh!” pekik Rendra menekan pinggangnya yang terasa terimpit beban berat.
“Maaf, Pa. Tapi jika pijat terapi ini dilakukan secara rutin, dalam waktu seminggu ke depan, Papa bisa merasakan perubahannya,” ucap Richard tak menghentikan gerakan memijatnya.
Hampir setengah jam Richard melakukan keahliannya. Meski terus terlontar umpatan dari ayah mertuanya, ia tak peduli. Tujuannya hanyalah, ingin membantu penyembuhan orang-orang di sekitarnya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki sejak lima tahun terakhir.
Sejak diusir dari kediaman sang kakek, Richard memilih keluar negeri untuk memulai hidup baru. Tiba di Negara A, Richard justru mengalami perampokan. Ia dikeroyok hingga mengalami luka yang cukup parah.
Richard ditolong oleh seorang lelaki tua. Selama enam bulan menjalani pijat tradisional, ia bisa sembuh tanpa harus dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu, Richard mendalami teknik pijat tradisional yang diturunkan oleh penolongnya tersebut. Malam harinya, ia bekerja sebagai pelayan bar.
“Richard!” Teriakan Velyn menggema sepulang dari kerja.
Buru-buru ia menyelesaikan, lalu menghampiri sang istri di yang baru pulang bekerja.
“Hai, baru pulang?” tanya Richard membawakan tas kerja sang istri.
“Matamu di mana? Emang kamu pikir aku roh? Udah tahu berdiri di sini masih aja nanya!” sahut Velyn dengan ketus mengibaskan rambut panjangnya.
Richard menghela napas panjang, “Untung cantik!” selorohnya bersuara lirih mengikuti istrinya ke kamar.
“Mau mandi sekarang?” tawar Richard setelah meletakkan tas kerja sang istri.
“Hemm ... aku mau berendam. Siapin air hangat dengan aroma terapi seperti biasa,” tutur perempuan itu sembar membuka sepatunya.
Tanpa bertanya lagi, Richard segera bergegas ke kamar mandi. Menyiapkan air hangat seperti keinginan istrinya di dalam bath up.
“Airnya sudah siap,” tutur Richard keluar dari kamar mandi dan menghampiri istrinya yang sudah mengenakan bathrobe.
“Hemm!” Velyn hanya berdehem menjawabnya. Sejak pertama menikah, ia memang sangat membenci pria yang menjadi suaminya itu. Lebih tepatnya, suami pengganti.
Richard tetap sabar menghadapi kebencian istrinya, meski kejadian tak terduga itu, bukan salah Richard sepenuhnya.
Malam itu, Velyn tengah mengadakan bridal shower di sebuah bar. Acara pernikahannya dengan Gerald—kekasihnya, akan digelar satu minggu lagi.
Akan tetapi, pagi harinya Velyn mendapati dirinya tidur di ranjang yang sama dengan Richard tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuh mereka. Karena skandal itulah, Gerald membatalkan pernikahan. Richard pun bersedia menggantikan pengantin pria sebagai bentuk tanggung jawabnya, karena telah merenggut mahkota perempuan itu.
...\=\=\=\=000\=\=\=\= ...
“Berbaringlah seperti biasa, aku akan memijatmu agar lelahmu bisa hilang,” tawar Richard setelah istrinya keluar dari kamar mandi dalam kondisi yang segar. Ia tengah menggerakkan lehernya karena sangat kelelahan.
Velyn memicingkan mata, meski begitu ia langsung tengkurap di atas ranjang. Tak dapat dipungkiri, suaminya itu memang ahli dalam memijat. Ia sering terbuai sampai ketiduran, lelahnya juga hilang seketika.
“Sepertinya aku harus menyelidiki kejadian malam itu,” gumam Richard dalam hati.
Suara bel rumah menggema, menarik atensi lelaki itu. Ia bergegas turun dari kamar dan membuka pintu utama. Matanya membeliak ketika seorang pria seumuran dengannya berdiri tegap di sana, membungkuk sejenak memberikan hormat.
Buru-buru Richard menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada yang melihat. Kemudian menutup pintu dengan sangat pelan.
“Delon! Apa yang kamu lakukan di sini?” serunya menarik lelaki itu keluar dari teras rumah mertuanya.
Bersambung~
Jan lupa like komennya, Ya, Best 💋💋
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon