Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SATU
"Hasyim. Mau lanjut kuliah dimana?" panggil Hera sambil berlari mengejar Hasyim yang pulang jalan kaki. Mereka teman sekelas, mereka juga tetangga di Kota P Jalan Merpati Enam.
"Aku sudah daftar menjadi Pilot, doakan lulus ya!" jawab Hasyim sambil berjalan beriringan dengan Hera Kurniawan, sahabat sekaligus tetangganya.
"Aamiin. Gimana menurutmu ujian tadi, sulit gak?" tanyanya sambil melirik Hasyim yang fokus terus berjalan.
"Lumayan, ini hari terakhir kita ujian. Kamu mau liburan kemana?" tanya Hasyim setelah hampir tiba di rumah mereka. Jarak rumah Hasyim dan Hera hanya lima meter saja apalagi perumahan.
"Aku di rumah saja. Kemana lagi!" jawabnya sambil melambaikan tangan. "By tetangga." ucap Hera.
"Yoi." jawab Hasyim masuk di pintu pagar rumahnya.
Setibanya di rumah Hera menemui ibunya yang sedang bersantai menonton televisi. Dan ayahnya sedang bekerja di kantor yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Ibu, aku udah selesai ujian." ucap Hera manja sambil memeluk lengan ibunya kemudian mencium punggung tangan ibu Rosita khidmat.
"Sama ganti pakaian dulu baru makan nak." ucap ibu mengecup kening hera sayang.
"Baik bu." jawabnya lalu menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan menuju ruang makan. "Ibu masak apa?" tanya Hera penasaran sambil mengambil piring untuknya dan ibunya.
"Ibu masak sayur terong disantan dengan ikan goreng nak." jawab Ibu Rosita sambil membuka tutup nasi kemudian duduk disebelah Hera yang meletakkan piring didepan ibunya yang sudah dia isi nasi.
"Mantap masakan ibu." puji Hera kemudian mereka berdua makan dengan tenang. Usia makan Hera mencuci piringnya dan piring ibu Rosita. Setelah cuci piring dia kembali ke kamarnya, membuka ponselnya untuk mencari informasi bahwa dimana tempat kuliah yang bagus. "Kayaknya bagus kalau jadi perawat deh!" gumamnya pelan. Hera keluar dari kamar untuk menemui ibunya.
"Bu, Ibu dimana?" panggilnya. Kemudian ibu keluar dari kamar.
"Kenapa panggil² ibu?" tanya ibu Rosita kemudian duduk dikursi single sambil meminum air digelas yang biasa beliau sediakan di meja.
"Bu, kalau aku ambil jurusan perawat gimana? Boleh gak?" tanya Hera serius. "Aku sudah baca brosurnya bu, aku mau jurusan itu." ucapnya manja. Hera Kurniawan anak bungsu dari tiga bersaudara, dua kakaknya laki-laki. Kakak pertamanya bernama Nurdin Kurniawan, sampai sekarang masih jomblo, sedangkan kakak keduannya bernama Aldi Kurniawan yang berstatus duda dengan anak satu.
"Kalau ibu terserah kamu saja Hera, kalau mau ambil jurusan itu yang penting kuliah yang bener." ucap ibu Rosita yang tidak memberatkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan.
"Tapi kalau ayah gak setuju gimana bu?" tanyanya khawatir.
"Nanti ibu yang bilang ke ayah." jawab ibu singkat. "Ibu mau tidur dulu ya, ibu mengantuk." ucapnya sambil menguap. Hera hanya mengangguk kemudian dia kembali ke kamarnya setelah ibunya istirahat di kamar.
Di dala. Kamar Hera baring², dia merasa bahagia bisa selesai ujian tinggal menunggu waktu pengumuman.
"Hasyim mau liburan kemana ya?? Kayaknya seru kalau liburan." gumam Hera. "Nanti deh tanya Hasyim lagi. Oh, atau tanya Rika dan Rudi deh!" imbuhnya. Dia ingin liburan tapi gak ada yang mengajaknya. Nanti dia akan tanya pada gengnya. Gengnya bernama Merpati yang diketuai oleh Rudi, Hasyim, Hera dan Rika. Rudi yang jadi ketua karena dia yang paling tua diantara mereka berempat.
Sorenya Hera memberi pesan kepada gengnya untuk kumpul di taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Mereka berempat telah berkumpul di taman, sambil melihat orang berlari untuk olah raga sore berbeda dengan Hera And the Gank mereka asyik mengobrol di kursi taman.
"Kalian mau lanjut dimana?" tanya Hera mengawali pembicaraan serius setelah bersenda gurau.
"Aku mau jadi Pilot tapi gagal." jawab Hasyim lesu. Berbeda dengan yang lain mereka semangat.
"Aku mau di Kurnia Jaya deh, mau ambil Kebidanan." jawab Rika senang sesuai dengan cita-citanya membantu orang melahirkan.
"Wah kita sama." sahut Hera senang. "Kamu Rudi?" tanyanya serius.
"Aku bingung, orang tua mau pulang kampung ke Kota B. Tapi kalau keinginan aku kuliah di Kunia Jaya jadi perawat." jawab Rudi lesu. Sebenarnya orang tuanya berencana pindah di Kota B, makanya Rudi disarankan untuk kuliah di Kota M. Jadi, pembahasan mereka belum kelar karena baru rencana itu pun belum dapat restu orang tua masing².
"Aku sih maunya di Kurnia Jaya tapi ambil jurusan perawat." Hera ingin menjadi perawat karena disaat neneknya sakit dia yang paling sedih, dia ingin bisa merawat keluarganya dengan baik, pikirnya.
Beberapa bulan berlalu, kini saatnya mereka disibukkan dengan mendaftar di universitas masing-masing.
"Rika, kamu jadi mendaftar di Kurnia Jaya kan?" tanya Hera ketika mereka sedang kumpul di taman. Kegiatan rutin mereka berkumpul di taman saat sore hari meski sebentar. Setelahnya mereka bisa pulang membantu orang tua di rumah khususnya perempuan.
"Jadi dong! Impianku sejak kecil itu Hera." Seru Rika semangat sambil mengunyah keripik yang dia bawa untukk dimakan bersama teman²nya.
"Aku tidak jadi ke Kota S, ibu tidak mengizinkan ku." jawab Hasyim sambil tersenyum masam. "Padahal itu cita-cita ku sejak kecil, aku ingin jadi Pilot. Pupus sudah harapanku." imbuhnya. Semua diam menyimak, mereka belum berani menyela karena sahabat mereka sedang sedih tapi seolah semua baik² saja.
"Beruntungnya kalian mendapatkan dukungan orang tua, jangan siakan kesempatan emas itu." saran Hasyim memberi semangat kepada sahabatnya. "Aku disuruh lanjut di Kota M, disana ada sepupu²ku." ucapnya menatap ketiga sahabatnya. "Kalian kenapa sih?" tanyanya heran.
"Kasihan kamu Hasyim, sabar ya!" ucap Hera antusias memberikan semangat. "Semoga kamu bisa meraih cita-cita mu di Kota M. Kita berjauhan dong!" ucap Hera sendu. Hera menyukai Hasyim lebih dari sahabat tetapi Hasyim hanya menganggapnya teman, sahabat dan tetangga.
"Iya Hasyim, gak nyangka ibu mu melarangmu meraih Cita-cita mu." sahut Rika simpati.
"Semangat Bro, semoga ini jalan terbaik buatmu!" ujar Rudi, mereka memberi support satu dengan yang lainnya. Hasyim hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan teman-temannya. Baginya orang tua lah tempat dia bernaung tapi ternyata orang tua juga yang menggagalkan impiannya sejak kecil. Maka sejak saat itu lah hidup Hasyim lempeng tanpa ada arah dan tujuan yang jelas.
"Nanti kita barengan ya Rika kalau ke kampus." ucap Hera mengalihkan pembicaraan. "Oya aku pulang duluan ya! Mau bantu ibu memasak." belum sempat Rika menjawab tetapi Hera sudah menyelanya, kemudian dia berlalu pulang segera.
"Hera kenapa ya?" tanya Rika heran. "Jadi kamu gimana Hasyim, mau lanjut di Kota M ambil jurusan apa?" tanyanya.
"Teknik." jawabnya yakin. "Bagus kayaknya di Universitas yang terkenal itu." jawabnya sambil berpikir. "Universitas Negeri Makassar." jawabnya lengkap.
"Bagus juga." jawab Rudi sambil menepuk pundak sahabat. "Semangat lah." imbuhnya.
"Aku juga pamit duluan ya Bro!" ucap Rika karena waktu sudah hampir maghrib.
"Okey." jawab Hasyim dan Rudi kompak.
cocok