Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14. POV Ayres. TMPP
Mereka bertiga pun pergi dari rumah ku.
“Ayres! Ayo, kamu ganti baju lah. Sebentar lagi, mertua kamu akan datang.” Rangkul papa padaku.
“Iya pa,”
“Sony, persiapkan kudapan ringan untuk menyambut besan sebentar lagi. hahaha, Papa sangat bahagia hari ini. Ma, mari kita bersiap dulu.”
Mereka bergandengan dan berjalan menuju ke kamar mereka.
“Tuan muda, mari saya bantu untuk memilih baju untuk tuan.” Ucap Samantha padaku.
Aku berjalan mengikuti Samantha ke ruang para designer khusus pakaian kami di buat. Ku rasa semua wanita itu sama, tidak bisa menolak wajah tampan ku ini. Ya, setangguh apapun wanita, pasti akan lemah dan luluh di hadapan pria tampan.
“Silahkan tuan muda,”
“Tuan… selamat datang..” mereka berdiri dan menyambut ku.
“Hans, ambilkan saja aku setelan kemeja hitam buatan mu kemarin. Akan ku pakai hari ini lalu antarkan beberapa kaos ke kamar ku, ku sudah sangat bosan dengan yang ada.”
“Baik tuan muda. Em, tuan sebelum itu saya ucapkan selamat untuk tuan. Akhirnya tuan akan menikah.”
“Dari mana kamu tau?”
“Tuan, pelayan di sini selalu cepat menyebarkan kabar hihi,”
“Apa itu berarti para pelayan sering bergosip tentang majikannya?”
“Eeee em, oh ya tuan muda saya lupa mengambilkan kemeja itu. Sebentar ya tuan?” Ucap nya mengalihkan pembicaraan.
"Hemmm,"
Aku duduk dengan menunggu dia mengambilkan baju.
“Tuan muda, permisi.. Saya akan memperlihatkan rancangan setelan khusus anda di hari senin nanti. Ini tuan silahkan.”
Ku menerima sebuah handphone tablet dari desainer lain.
“Hmmm, bagian ini ku kurang suka. Ganti..” Jawabku lalu menyerahkan benda itu lagi.
“Baik tuan muda,”
Di saat yang sama, Hans datang dengan membawa apa yang ku mau.
“Bantu aku berganti itu.” Ucapku lalu berdiri.
“Baik tuan muda tampan. Aww..”Seperti biasa dia memperhatikan lentik jemarinya.
“Tuan, tuan muda.. anda emmm anda sangat sangat tampan… awwww… anda seperti pangeran… aww..”
“Hmm, tentu saja.”
“Kalau begitu, tuan apakah ada hal lain lagi dengan penampilan sempurna anda ini?”
“Menurutmu? Aksesoris apa yang harus ku pakai untuk memikat lebih dalam seorang gadis?”
“Awww, anda begini saja sudah sangat memikat semua orang tuan,”
“Benarkah? Hmm, tapi ku mau mengikatnya lagi ambilkan jam itu.”
“Ini tuan,”
“Oke, sempurna..”
“Tuan… Tuan…. Tuan…” Seseorang berlari memanggil dan mencari ku.
“Ihhh pelan kan suara mu Jay, ih kamu ini. Tuan terganggu.”
“Maaf tuan muda. Maaf tuan, Saya di minta memanggil anda. Tuan dan Nyonya Edvane sudah datang. Tuan besar meminta anda untuk ke ruang keluarga.”
“Benarkah? Oke..”
“Semoga Berjaya tuan muda,” Ucap para desainer itu.
“Haha kalian ini Berjaya apanya.. Sudah lah, silahkan kalian bekerja lagi,”
Ku berjalan diikuti oleh pelayan yang tadi. Ku sangat penasaran secantik apa wanita itu kalau dilihat secara langsung.
“Silahkan tuan muda,”
“Ayres! Kemari. Beri salam pada mertua kamu dulu.”
Ku lihat ada kedua orang tua wanita itu. Namun dimana wanita itu? Ku tak lihat wanita itu?
“Ayres? Kenapa? Sini kemari.” Ucap Mama padaku.
Aku pun mendekati kedua orang tua wanita itu dan memberi salam pada mereka.
“Selamat siang tuan. Selamat siang nyonya. Salam hormat ku pada kalian.” Ucapku mengucap salam pada mereka.
“Astaga, Ayres! Emm ini Ayres? Seline, sungguh aku mengira bahwa dia adalah seorang pangeran sekarang, hampir saja aku memberi hormat padanya, hihi.” Ucap nyonya Edvane padaku.
“Ya, tentu saja. aku ini sebenarnya adalah reinkarnasi seorang pangeran. Haha” Ucapku berbangga hati dalam hatiku.
“Terimakasih nyonya,” Respon ku dengan sopan.
“Tidak jangan memanggilku seperti itu. Panggil aku mama.”
Ku tersenyum, “Iya mama,” Jawabku dan memanggilnya seperti apa yang dia mau.
“Ayres! Panggil juga papa tuan Edvane.”
Ku melihat kearah nya dan memanggilnya juga dengan sebutan, “Papa..”
“Hahaha, terimakasih.”
“Mari duduk lagi, kita diskusikan tentang pertunangan ini.”
Kami semua pun duduk, aku masih melirik ke arah pintu masuk. Aku masih mengira bahwa wanita itu masih atau sedang berada di toilet.
“Emmm, Ayres? Kamu mencari siapa?” Tanya mama mertua ku.
“Ayres? Fokus lah.” Kode mama padaku juga.
“Ah tidak ma, emm tapi dimana nona Rachel berada?” tanya ku coba dengan pelan.
Selanjutnya, mereka semua pun tertawa, aku yang tak mau tampak konyol pun ikut tertawa juga.
“Hahaha,”
“Hahaha,”
“Aduh, Ayres. Kamu ini tak sabaran sekali, Besok kamu akan bertemu dengan Rachel. Besok kamu dan seluruh keluarga akan mengantar kamu melamar sekaligus bertunangan dengan dia.”
Aku tertegun mendengarnya, Ya, lebih cepat lebih baik. Ku sangat penasaran dengan wanita unik ini. Aku pun tersenyum pada mereka semua.
“Sabarlah Ayres! Papa tau kamu sangat ingin bertemu kan? Haha, Ketika kalian bertemu besok papa rasa kalian akan saling jatuh cinta. Haha” tambah papa padaku.
“Baik pa,”
Sesudah obrolan itu, kami lanjut mengobrolkan mengenai apa saja rangkaian acaranya. Selain itu, kami juga sempat mengobrolkan masa kecil masing-masing yang tentu saja berakhir menceritakan masa kecilku dan wanita itu.
“Aduh duh, masa kecilnya Ayres itu jeng benar-benar bikin lelah. Dia itu aktif sekali, sampai saya terkadang lelah lihatnya. Saya aja lelah apalagi babysitter nya udah pingsan itu.”
“Haha, tidak apa jeng. Rachel malah kebalikannya. Dia waktu kecil lebih suka menyendiri di atas pohon. Semua pelayan sering cari dia, eh Taunya dia tidur di atas pohon”
“Hahaha, Rachel ini suka hal yang menantang rupanya. Kalau begitu cocok lah sama Ayres ini.” Jawab lagi Mama padaku.
“Haha, Sungguh menarik wanita itu.” ucapku dalam hati.
Tak terasa sudah hampir 3 jam kami bercengkrama, memutari rumah dan lainnya. Mereka pun pamit dan aku seperti biasa memberikan salam hormat ku pada calon mertua ku itu.
“Sampai besok. Kami pamit dulu.”
“Iya tentu saja. Hati-hati jeng.”
Mereka pun pergi, aku juga pamit pada kedua orang tua ku untuk kembali ke kamar ku untuk beristirahat.
“Ayres! Mama tak mau tau. Pokoknya hari ini kamu harus di rumah saja. jangan keluyuran. Mama tak tau kemana kamu keluyuran tiap malam. Tapi mama yakin, kamu tak mungkin melakukan hal yang salah. Mama mohon pada mu untuk sehari ini saja di rumah saja oke?”
“Iya ma,”
“Baiklah, silahkan kamu kembali ke kamar mu. Mama akan menyiapkan seluruh barang bawaan kita untuk besok. Ya kan pa?”
“Ya, benar. Mama kamu benar Ayres. Papa juga berharap kamu melakukan itu.”
“Iyaa..”
Aku pun berjalan dan kembali ke kamar ku. Baru saja ku buka pintu kamar, ku kaget melihat Ryan tertidur di sofa. Aku pun mendekatinya dan menjahilinya dengan menggelitiki wajahnya dengan bulu hewan yang ku ambil dari vas.
Ku menggelitiki lagi dia, “Kebakaran… kebakaran..” teriakku iseng.
Dia membelalakkan matanya lalu bangun dan duduk beberapa detik setelah itu dia pun baru panik.
“Haaa mana api … api … Tuan .. tuan muda? Haa tuan ayo kita keluar tuan… kebakaran.. bahaya di sini..” Dia panik dan menarik lengan ku.
“Tidak, aku tak mau keluar. Di sini hangat. Kamu saja yang keluar.”
“Tidak tuan, ayo keluar jangan begini. Tidak tuan.. saya mohon mari sebelum api nya menjalar.”
Ku tak tahan lagi menahan tawa, “Hmm,, Hahahaha…kamu belum sepenuhnya sadar Ryan. Sana lebih baik kamu cuci wajahmu, ahahah..”
“Tuan… dimana ada kebakaran?" Dia masih panik dengan wajah nya yang sendu.
“Tidak, tidak ada kebakaran. Ahaha kamu ini, Salah sediri kamu enak tidur di sini.”
“Maaf tuan, saya habisnya bingung akan berbuat hal apa jadi saya mengantuk dan memutuskan untuk tidur di sini menunggu tuan untuk memberitahu info penting ini.”
“Oh begitu, info apa sih? Sepenting apa?”
Bersambung …