Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Arvin tersenyum setelah membaca pesan dari Vita. Dia keluar dari kamarnya karena papanya sudah pulang ke rumah.
"Papa malam ini ada acara?" tanya Arvin. Dia duduk di dekat papanya yang sedang melepas jasnya.
"Ada apa?" tanya Arnav. Dia mengambil ponselnya dan melihat jadwalnya hari itu. "Ada undangan makan malam dari Imagine Films, biar Andre saja yang datang."
"Jangan!"
"Kenapa?" tanya Arnav pada putranya. Dia meletakkan ponselnya di atas meja karena tidak biasanya Arvin peduli dengan jadwal hariannya.
"Maksudku, hmm, aku ingin ikut Papa. Papa kan pernah mengajakku dalam acara makan malam resmi seperti ini tapi aku selalu menolak, kali ini aku ingin ikut. Aku ingin menurut apa kata Papa," kata Arvin. Dia tidak pandai mencari alasan seperti Vita, semoga papanya percaya dengan ucapannya.
Arnav tersenyum mendengar permintaan putranya. Sudah lama sekali putranya tidak pernah bicara lembut seperti ini. "Pasti ada maunya?
Iya, karena aku ingin Papa bertemu dengan Mama.
Arvin tidak mungkin mengatakan alasannya yang sebenarnya. Dia mencari alasan lain untuk meyakinkan papanya. "Sebagai gantinya aku ingin Papa melihat penampilan bandku di taman besok malam."
"Tapi Papa tidak ingin kamu ...."
Arvin memotong perkataan papanya. "Papa lihat dulu penampilanku baru nanti bisa menilai. Aku masih berumur 18 tahun, masih banyak waktu untuk menekuni bisnis. Beri aku waktu paling tidak selama 5 tahun untuk aku bersenang-senang dengan hobiku." Akhirnya Arvin bisa mengatakan keinginannya selama ini. Dia tidak ingin terus-terusan bertengkar dengan papanya. Kini saatnya dia menata kehidupan bahagianya dengan kedua orang tuanya yang akan dia satukan kembali.
Arnav tersenyum mendengar permintaan putranya. Kalimat itulah yang selama ini ingin Arnav dengar. Lebih baik dia mendengar secara langsung dari Arvin daripada Arvin sembunyi-sembunyi melakukan semuanya.
"Oke, Papa akan lihat penampilan kamu besok. Kalau kamu mau ikut, kamu siap-siap saja sekarang." Kemudian Arnav berdiri dan masuk ke dalam kamarnya.
Arnav semakin tersenyum. Dia kini masuk ke dalam kamarnya dan mengirim pesan pada Vita bahwa dia berhasil membujuk papanya pergi ke acara makan malam itu.
...***...
"Mama udah dandan, kenapa pakai masker?" Vita sangat kesal dengan mamanya karena mamanya kekeh memakai masker agar wajahnya tidak dikenali oleh papanya.
"Mama pilek dan sakit tenggorokan nanti virusnya menyebar. Sebagai penulis, Mama juga tidak mau identitas Mama tersebar. Bagaimana kalau nanti ada wartawan yang meliput."
"Idih, Mama sok terkenal. Jangan-jangan Mama punya gebetan ya jadi malu-malu," goda Vita.
"Nggak. Mama tidak pernah punya gebetan. Hidup Mama itu cuma buat kamu."
Vita memutar bola matanya lagi. "Atau jangan-jangan Mama takut bertemu Papa?"
"Papa kamu sudah tidak ada. Kita tidak mungkin bertemu."
Vita tersenyum kecil melihat mamanya yang mulai nervous. Beberapa saat kemudian taksi online itu berhenti di depan kantor Imagine Films. Mereka berdua turun dan berjalan menuju aula.
Vita mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Arvin bahwa dia sudah sampai.
Aku dan Papa baru berangkat karena tadi ada tamu di rumah. Nanti kabari lagi kamu ada ada dimana.
Vita terus mengikuti mamanya di belakang sambil sesekali melihat ponselnya. Dia sudah tidak sabar melihat reaksi kedua orang tuanya saat bertemu.
"Bu Gita, akhirnya kamu datang." Ulfa tersenyum menyambut kedatangan Gita. "Kenapa pakai masker?"
"Saya kena flu. Tenggorokan saya juga sakit. Maaf, nanti saya tidak bisa memberi sambutan," kata Gita memberi alasan.
"Tidak apa-apa. Kamu cukup naik ke panggung bersama saya, biar saya yang mewakilkan kamu. Kebetulan sekali teaser official juga sudah jadi. Para crew mengerjakan teaser itu dalam dua hari. Karena hari ini banyak tamu penting, kita luncurkan saja hari ini."
Gita hanya tersenyum kaku. Dia semakin bingung bagaimana jika nanti Arnav melihatnya.
Hingga acara dimulai Arnav dan Arvin belum juga datang. Vita mulai gelisah. Bagaimana jika rencananya gagal.
Beberapa saat kemudian ada satu pesan masuk yang membuatnya tersenyum.
Kamu dimana? Aku sudah sampai sama Papa.
^^^Aku berada di meja VIP nomor tiga. Kamu ke sini saja sekarang.^^^
Belum juga Arvin dan papanya datang, Gita berdiri dan mengikuti Ulfa naik ke atas panggung.
"Aduh, Kak Arvin dimana sih?" Vita mengedarkan pandangannya. Dia tersenyum saat melihat kedua orang yang dinantikannya.
"Papa dan Kak Arvin malah ngobrol di sana." Vita berdiri dan melangkahkan kakinya tapi tanpa sengaja dia menabrak waitress yang sedang membawa minuman dan tumpah di gaunnya. "Yah ..."
"Eh, maaf Nona. Saya tidak sengaja."
"Tidak apa-apa." Vita mengambil tisu lalu berjalan ke toilet untuk membersihkan gaunnya.
Sedangkan Arvin kini mencari letak meja VIP yang dimaksud Vita. "Papa, ayo ke sana." Arvin mengajak papanya menuju meja VIP. Dia melihat mamanya yang kini berdiri di atas panggung sambil duduk.
Arnav juga melihat ke atas panggung. Meskipun wajah itu tertutup masker tapi dia masih ingat betul sorot mata itu.
Gita? Apa itu memang Gita?
Arnav mengepalkan kedua tangannya. Dia berdiri mematung di tengah jalan.
"Om, jangan berdiri di sana. Saya tidak bisa melihat Mama."
Mendengar suara anak perempuan itu, Arnav menoleh. Tersadar dia masih berdiri di tengah jalan. "Iya, maaf." Dia tersenyum melihat gadis kecil yang masih seusia SD itu.
"Fani, kita kan mau buat kejutan untuk Mama. Jangan lewat sini," kata Ayah gadis itu.
"Iya, Ayah."
"Maaf. Putri saya ...."
Arnav meluruskan pandangannya. Dia menatap ayah dari gadis itu. Sudah lama sekali tidak bertemu tapi Arnav masih ingat dengan wajah pria penghancur rumah tangganya.
"Gibran!"
.
💗💗💗
Komen jangan lupa. 😁