NovelToon NovelToon
The Master Of The System

The Master Of The System

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.

Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.

Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.

Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.

Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?

Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Kesepakatan

Kyra berdiri diam di depan pintu masuk toko barunya yang baru saja dibukanya pagi ini.

Sebuah papan kecil bertuliskan kata "open" terpajang di depan pintu kaca toko, setelah Kyra memasangnya disana.

"Hmmm..., sudah terpasang sekarang, tinggal meletakkan papan nama toko...", kata Kyra sambil menepukkan kedua telapak tangannya.

Kyra tersenyum senang sembari menatap ke arah toko barunya.

Rencananya, dia akan memakai nama DARIS untuk nama tokonya, dan hari ini dia telah memesan pembuatan papan nama yang akan diletakkan di dekat pintu masuk toko.

"Hmmm..., lelah juga, sehabis bersih-bersih toko...", kata Kyra.

Kyra memukul pundaknya dengan kepalan tangannya seperti gerakan pijatan.

Sejenak dia teringat akan kata-kata kakek tua yang memberinya saran padanya, untuk menamai toko barunya dengan nama DARIS, yang menurutnya sangat cocok dengan penamaan toko milik Kyra ini.

Kyra kembali menghela nafas lega seraya menengadahkan kepalanya ke atas sedangkan salah satu tangannya berada di atas wajahnya.

"Kapan kakek itu datang lagi ke toko ? Bukankah dia telah berjanji pada Saeed akan kembali kesini ?!" kata Kyra sambil memperhatikan bagian depan toko miliknya.

"Selamat pagi... !" sapa suara seseorang dari arah belakang Kyra.

Kyra segera menolehkan pandangannya ke arah suara itu lalu memutar tubuhnya, menghadap lurus.

"Anda ?!" kata Kyra dengan ekspresi ceria.

"Apa kabar ?" sapa kakek tua seraya tertawa terkekeh.

"Baik, dan apa kabar anda juga ?" sahut Kyra sembari tersenyum senang.

"Maaf, aku datang pagi-pagi, kupikir akan lebih baik jika datang lebih cepat daripada menundanya, karena aku berpikir lebih baik segera menyelesaikan persoalanku", kata kakek tua.

"Ya...", sahut Kyra seraya tersenyum manis.

Kyra segera membukakan pintu toko untuk kakek tua.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam toko secara bergantian masuk.

Tampak Saeed telah berdiri agak jauh dari pintu masuk seraya tersenyum.

"Selamat datang kembali... !" sambutnya.

"Apa kabar ?" sapa kakek tua sembari menjabat erat tangan Saeed.

"Boleh saya mengenal nama anda ?" tanya Saeed.

"Oh, iya, aku hampir lupa memperkenalkan diriku kepada kalian, perkenalkan namaku Aashiq", sahut kakek tua dengan senyumannya yang ramah.

"Nama yang sungguh luar biasa maknanya, pak Aashiq, dan bagaimana dengan kabarmu setelah datang dari toko ini, sudahkah anda pikirkan lagi saran dariku", kata Saeed.

"Sudah, aku sudah memutuskannya untuk menerima saran darimu, setelah sekembalinya aku dari toko ini, aku telah memikirkannya matang-matang saranmu itu", sahut kakek Aashiq.

"Kalau begitu kita akan laksanakan segera rencana itu, dan silahkan duduk sebelum kita membahasnya lagi", kata Saeed.

Saeed menuntun kakek Aashiq ke kursi makan cafe mini, mempersilahkan kepada kakek tua itu, untuk duduk dengan santai.

"Tenangkan dulu pikiran anda kemudian kita bicarakan lagi rencana untuk membantu anda membagi harta waris kepada putra-putra anda, pak Aashiq", lanjut Saeed.

"Terimakasih...", sahut kakek Aashiq dengan senyuman ramahnya.

Tampak sorot mata kakek Aashiq sangat sendu ketika memandang ke arah Saeed, sepertinya beban pikirannya masih ada dan menyebabkannya harus berpikir serius.

Guratan-guratan kesedihan masih melekat di wajahnya, garis-garis usianya yang semakin menua terlihat sangat jelas pada muka kakek Aashiq kini.

Saeed kembali dari cafe mini yang ada di ruangan toko sembari membawa secangkir minuman panas, untuk dihidangkan kepada kakek Aashiq.

"Silahkan dinikmati minumannya sebelum kita memulai pembicaraan diantara kita !" kata Saeed.

Saeed meletakkan secangkir minuman buatannya ke atas meja makan lalu duduk di depan kakek Aashiq sembari menautkan jari-jemari tangannya erat-erat.

"Aku sudah memutuskan akan menerima tawaranmu, meski awalnya aku agak ragu-ragu tapi mengingat waktuku tidak banyak lagi maka aku datang kesini", kata kakek Aashiq.

"Tidak perlu terlalu cepat mengambil keputusan, saya hanya menyarankan saja agar anda lebih mempercepat mengambil tawaran yang saya ajukan kepada anda", sahut Saeed.

"Aku sudah memikirkannya dengan matang, dan aku yakin bisa melakukannya meski awalnya agak berat untuk itu", kata kakek Aashiq.

"Yakinlah dan percayalah ! Semua yang anda putuskan akan mendapatkan hasilnya, pak Aashiq !" sahut Saeed dengan sorot mata serius.

"Apa bentuk tawaran itu ?" tanya kakek Aashiq dengan cerdas.

"Ada sebuah permainan yang semestinya harus dimainkan oleh ketiga putra-putra anda, tapi permainan ini membutuhkan keberanian yang besar dan itu tidak mudah", sahut Saeed.

"Sebuah permainan ?!" tanya kakek Aashiq terkejut.

"Ya, seperti itulah kira-kira tantangan yang akan dihadapi oleh ketiga putra anda", sahut Saeed.

"Kupikir sebuah tawaran berupa tugas, tapi kenapa harus sebuah permainan, tidakkah itu terdengar lelucon", kata kakek Aashiq.

"Lelucon yang membahayakan nyawa dan tak seorangpun belum tentu bisa memainkannya karena ini sangat beresiko tinggi akan keselamatan setiap pemainnya", sahut Saeed.

"Menarik kedengarannya...", kata kakek Aashiq.

"Tentu saja sangat menarik tapi hal ini membutuhkan suatu keberanian tinggi dari pemainnya", sahut Saeed datar.

"Boleh tahu bocorannya, karena aku tidak bisa menyampaikan pesanmu ini kepada ketiga putraku tanpa tahu bentuk apa permainan yang akan dimainkan oleh anak-anakku nanti", kata kakek Aashiq.

"Tidak perlu menyampaikan kepada putra-putramu karena saya yang akan mengirimkan undangan kepada mereka bertiga, pak Aashiq", sahut Saeed.

"Undangan ?" tanya kakek Aashiq dengan mimik muka serius.

Saeed hanya mengangguk cepat tetapi sorot matanya tampak dingin sekali ketika melihat ke arah kakek Aashiq yang duduk di depannya.

"Ya, benar sekali, saya akan mengirimkan tiga undangan kepada ketiga putra anda, dan dari undangan yang terkirim akan ada kode rahasia yang menjadi sandi pembuka permainan", lanjut Saeed.

"Baiklah, bisa di mengerti, apa permainan itu akan dilakukan sekarang", kata kakek Aashiq.

"Tidak pada hari ini, sudah saya katakan bahwa undangan akan dikirim setelah pembicaraan ini mencapai kata sepakat dari anda, pak Aashiq", sahut Saeed.

"Dan aku telah setuju untuk menerimanya, kenapa harus ditunda-tunda lagi'', kata kakek Aashiq.

"Kalau begitu anda sepakat menerima tawaran ini, dan setuju dengan syarat serta ketentuan dari aturan permainan ini, pak Aashiq", sahut Saeed berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Ya, aku telah setuju dengan tawaranmu, dan tinggal menunggu saja keputusan darimu", kata kakek Aashiq.

"Baiklah, pembicaraan ini telah mencapai kata sepakat maka saya akan mengakhirinya dengan memberikan pada anda surat persetujuan kepada anda", sahut Saeed.

Saeed menjentikkan kedua ujung jarinya dengan cepat lalu muncul selembar kertas bertuliskan sesuatu ditangannya, tanpa disadari oleh kakek Aashiq jika muncul selembar kertas di hadapannya.

"Silahkan tandatangani surat persetujuan ini maka undangan akan segera terkirim kepada ketiga putra anda, pak Aashiq !" kata Saeed.

Tanpa banyak kata, kakek Aashiq segera menuruti perintah dari Saeed dengan menandatangani surat persetujuan untuknya.

"Baiklah, surat persetujuan telah di tandatanagani maka perjanjian juga sudah disepakati dengan sendirinya, pak Aashiq", kata Saeed dengan sorot mata tajamnya ke arah kakek Aashiq.

"Tapi bagaimana kau tahu alamat ketiga putra-putraku, sedangkan aku tidak memberitahukan hal itu padamu", kata kakek Aashiq keheranan.

"Secara otomatis semua data terbaca dengan sendirinya setelah anda menandatangi surat persetujuan ini, pak Aashiq", sahut Saeed.

"Oh, begitu, ya ?!" kata kakek Aashiq tertegun diam.

Saeed hanya menganggukkan kepalanya sembari melipat lembaran surat persetujuan ditangannya.

"Tidak ada lagi yang kita bicarakan karena kata kesepakatan telah kita capai bersama, hanya tinggal menunggu waktu maka semua permasalahan yang anda hadapi segera selesai", kata Saeed.

Saeed menatap ke arah kakek Aashiq yang terlihat serius.

"Apa anda benar-benar telah memikirkannya atau akan membatalkannya, selagi ada waktu dan kesempatan berpikir, anda bisa segera melepaskan tawaran ini", kata Saeed.

Saeed mencondongkan badannya ke arah depan sembari memandangi kakek Aashiq yang duduk di hadapannya.

"Ada lima belas menit untuk berpikir dan membatalkannya", sambung Saeed.

Saeed menaikkan kedua alisnya ke atas sedangkan seulas senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.

"Aku tidak akan membatalkannya lagi karena ini sudah merupakan keputusan akhir dariku, dan aku telah memikirkannya matang-matang semua ini", kata kakek Aashiq.

"Baiklah, sudah menjadi kesepakatan kita bersama, maka telah dicapai kata setuju antara kita, jadi tidak akan ada komplain dikemudian hari setelah persetujuan ini disepakati bersama oleh kita", sahut Saeed.

Kakek Aashiq mengangguk setuju lalu mengulurkan salah satu tangannya ke arah Saeed.

Saeed membalas uluran tangan milik kakek Aashiq kemudian menjabatnya erat-erat, seraya tersenyum simpul.

Sejak tadi, Kyra hanya memperhatikan ke arah Saeed dan kakek Aashiq yang berada di meja cafe mini, dia mendengarkan semua pembicaraan dari meja kasir, menggantikan tugas Saeed, tidak ada reaksi yang serius ataupun penolakan dari kakek Aashiq dan sepertinya dia telah memasrahkan semuanya kepada Saeed.

1
Shuhairi Nafsir
Tahniah Thor. cerita genre seperti ini yang Saya minati.
Reny Rizky Aryati, SE.: terimaksih telah membaca karya saya, pak Shuhairi, semoga senang mengikuti setiap bab cerita di novel ini, pak Shuhairi 🙏
total 1 replies
LoL öz
gak nyangka bab novelnya udah sepanjang ini, gua baru datang nih, thor
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪
Reny Rizky Aryati, SE.: okey ,,,, 👍👍👍
total 1 replies
Reny Rizky Aryati, SE.
terimakasih telah mampir kemari
Reny Rizky Aryati, SE.: 🍩🍩🍩🍩🍩
total 1 replies
Lippe
Kyra terlalu naif
Reny Rizky Aryati, SE.: terimakasih telah mampir kemari
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂
total 2 replies
kura kura ninja
karya baru nih thor 🐯
Reny Rizky Aryati, SE.: yup, buat lomba 🤭
total 1 replies
LoL öz
kalau ada permainan ular tangga kayak gini seru juga kali yak 🐛
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂
Reny Rizky Aryati, SE.: serem...
total 2 replies
LoL öz
cool Thor 👍 the best /Ok/
Reny Rizky Aryati, SE.: thanks you 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!