Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terusik.
Raut wajah Abimana semakin tak bersahabat setelah mendengar asisten Purba menyampaikan bahwa tuduhan yang kala itu di alamatkan pada istrinya ternyata tidak terbukti. Ponsel yang disinyalir hilang tersebut kembali di temukan oleh pemiliknya.
"Jadi ini alasan kamu sampai begitu ketakutan ketika aku mengancam akan memenjarakan mu." Abimana.
Ada rasa sesal dihati Abimana telah menggunakan cara seperti itu agar Livia bersedia menikah dengannya. namun begitu, Abimana tidak menyesalinya, jika tidak seperti itu Livia pasti tidak akan mau menikah dengannya.
"Permisi tuan, di luar ada tamu, beliau memaksa ingin bertemu dengan anda." Tak selang berapa lama setelah asisten Purba kembali ke ruangan Abimana, sekretaris Nikita melaporkan bahwa diluar ada tamu yang ingin bertemu dengan bos mereka itu.
Abimana menarik sudut bibirnya seraya melirik pada asisten Purba. Kedatangan tamu tak diundang dipagi menjelang siang hari ini seakan membuktikan bahwa asisten pribadinya tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
"Suruh dia masuk!!." titah Abimana.
"Baik, tuan."
Tak lama kemudian, tamu yang dimaksud pun memasuki ruangan Abimana. "Selamat siang tuan, maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu anda." ujar pria paruh baya yang kini telah berdiri di depan Abimana.
Abimana hanya diam saja, tidak berniat membalas sapaan basa-basi dari pria itu.
"Maksud dan tujuan kedatangan saya ke sini, ingin memastikan apakah anda benar-benar akan menghentikan aliran dana untuk perusahaan saya???. Maaf jika saya terlalu lancang, tapi jika benar seperti itu, kesalahan apa yang telah saya lakukan sampai anda melakukan hal itu, tuan Abimana??."
Menyadari sorot mata Abimana, dengan sekuat tenaga pria itu menahan kedua kakinya agar tetap kuat menopang berat tubuhnya.
Abimana mengulas senyum tipisnya, namun hal itu justru semakin terlihat mengerikan di mata pria bernama Ferdinand tersebut.
"Apa anda mengenal wanita bernama Liviana Aurora???." asisten Purba mewakili pertanyaan Abimana.
"Liviana Aurora????." ulang pria itu. Diam sejenak, berusaha mengingat nama yang baru saja di sebutkan Asisten Purba.
Setelah berhasil mengingat pemilik nama tersebut, tuan Ferdinand mengangguk perlahan. "Benar, saya mengenal gadis itu tuan. gadis itu pernah mengenyam pendidikan di universitas yang sama dengan putri saya, tuan." mencoba memberikan jawaban seadanya saja.
"Apa anda yakin, hanya itu saja yang mengingatkan anda pada gadis itu, tidak ada peristiwa lain yang mengingatkan anda padanya???." pertanyaan itu bukan lagi terucap dari mulut asisten Purba melainkan dari mulut Abimana sendiri.
Deg.
Bagaimana bisa tuan Abimana menyinggung tentang peristiwa yang berkaitan dengan gadis itu dan ada urusan apa tuan Abimana sampai menanyakan perihal tentang gadis itu, pertanyaan itu muncul di benak tuan Ferdinand.
"Beberapa tahun yang lalu gadis itu pernah terlibat kesalahpahaman dengan putri saya, tapi semua sudah terselesaikan, tuan. Kami sudah sepakat untuk melupakannya, dan kedua orang tua gadis itu pun sudah memaafkan kekhilafan putri saya."
"Menyeret anak gadis orang hingga mendekam di sel tahanan selama dua Minggu lamanya, dan anda menganggap itu sebagai kesalahpahaman????." ujar Abimana yang kemudian diakhiri dengan gelak tawa.
Gelak tawa Abimana mampu membuat bulu kuduk pria itu meremang. dengan susah payah ia menelan ludahnya.
"Untuk kekhilafan saya kala itu, saya telah menyampaikan permohonan maaf saya kepada kedua orang tua gadis itu, dan mereka bersedia memberikan maaf kepada saya, tuan."
"Oh ya.... tetapi bagaimana kalau suami dari gadis itu belum bisa memaafkan anda???."
Semakin bingung saja pria itu dengan semua perkataan Abimana. "Apa maksud anda, tuan???."
"Nona Liviana Aurora, gadis yang pernah mendekam di sel tahanan akibat perbuatan anda dan putri anda itu tak lain adalah istri dari tuan Abimana."
Apa????
Kedua bola mata pria itu nyaris keluar dari rongga nya saat mendengar pengakuan dari asisten Purba.
"Maafkan atas perbuatan saya terhadap istri anda, tuan Abimana." dengan seribu sesal pria itu berlutut dihadapan Abimana. mengatupkan kedua tangan dengan harapan abimana bermurah hati untuk memaafkan kesalahannya.
"Anda tahu... sampai dengan detik ini, istri saya masih merasa trauma akibat perbuatan anda itu." setelah mengatakan hal itu, abimana melirik pada asisten Purba.
Paham dengan arti sorot mata Abimana, asisten Purba lantas meminta pria itu untuk segera meninggalkan ruangan tuannya.
Jika tidak mengingat pria itu sudah paru baya, mungkin abimana sudah memberi pelajaran padanya. se marah-marahnya Abimana, pria itu masih memiliki adab terhadap yang lebih tua.
*
"Kamu makin cantik saja sih."
Thalia mengulas senyum manisnya mendengar pujian dari teman baiknya tersebut.
"Kamu bisa saja." balas Tahlia sambil menuangkan teh ke dalam gelas, kemudian menyuguhkannya pada temannya itu.
Meneguk teh hangat, lalu kembali berkata pada Thalia. "Sudah seminggu kamu kembali, apa kamu belum berniat untuk menemui Abimana???."
"Aku masih menunggu waktu yang tepat, dan sepertinya malam ini adalah waktu yang tepat untuk aku bertemu dengannya." jawab Thalia. wanita itu nampak tersenyum malu membayangkan bagaimana indahnya pertemuan pertamanya dengan Abimana setelah berpisah selama setahun lamanya.
"Malam ini aku akan mengatakan semuanya pada Abi. aku akan mengatakan alasanku sampai meninggalkannya waktu itu, aku yakin Abi pasti akan memahaminya." sambung Thalia.
Malam ini di kediaman keluarga Sanjaya akan diadakan doa bersama untuk almarhum ayahnya Abi, dan kesempatan itu akan digunakan Thalia untuk menemui pria yang sampai saat ini masih dianggap sebagai kekasih olehnya.
Malam harinya.
Kediaman keluarga Sanjaya sudah ramai dengan tamu yang sengaja hadir untuk ikut serta mengirimkan doa pada almarhum. Semua anggota keluarga inti termasuk Livia yang berstatus istri Abimana, nampak menyambut satu persatu tamu yang hadir. Hingga pandangan Livia menangkap sosok wanita cantik yang baru saja tiba bersama kedua orang tuanya.
Ibu menyadari arah pandang Livia.
"Apa kau tahu siapa wanita itu?? Dia adalah Thalia, kekasihnya Abi. cantik, bukan???." ucapan Lirih ibu mampu membuat tubuh Livia terpaku untuk sejenak. dalam hati, Livia membenarkan ucapan ibu, wanita itu memang sangat cantik. Ia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Thalia, begitu pikir Livia. Apalagi Thalia berasal dari keluarga terpandang, tidak seperti dirinya.
"Ada apa???." tanya Abimana yang menyadari Livia hanya diam saja sejak tadi.
"Tidak ada apa-apa, mas." dusta Livia. Karena tidak mungkin juga ia berkata jujur jika kedatangan mantan kekasih suaminya itu mampu mengusik ketenangan hatinya.
Acara malam ini terus berlanjut, mulai dari doa bersama hingga diakhiri dengan makan malam bersama.
Livia memandang punggung Abimana yang pamit sebentar untuk mengambil ponsel di ruang kerjanya. Di waktu yang hampir bersamaan, Thalia beranjak dari tempatnya duduk.
Irama jantung Livia berdebar layaknya genderang perang ketika menyaksikan Thalia menyusul langkah suaminya.
"Apa mereka berdua sudah janjian ingin bertemu???. Livia.
Livia merasa Abimana sangat egois, masih menginginkan mantan kekasihnya, namun tidak menceraikan dirinya. cukup sadar diri akan posisinya di hati abimana, Livia memilih kembali ke kamar, Lagi pula acara malam ini sudah berakhir.
Asisten Purba yang duduk di sudut ruangan, sejak tadi terus memperhatikan gerak-gerik istri tuannya itu, termasuk sorot mata tak suka yang ditujukan Livia ketika melihat Thalia menyusul Abimana beberapa saat yang lalu.
Sepertinya perasaan anda tidak bertepuk sebelah tangan, Tuan... asisten Purba.
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻