Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
"Tuan Zidan, kami sudah mencari informasi di Bar yang anda informasikan tapi sayangnya kami tidak mendapatkan informasi apa pun karena katanya cctv-nya rusak sejak dua hari sebelum kejadian!" Suara Ajudan Zidan membuyarkan lamunan Zidan yang tengah memikirkan tentang siapa yang melakukan hal itu pada Claudya.
"Kamu yakin?" tanya Zidan memastikan.
Ajudan Zidan langsung menganggukan kepalanya. "Benar, tuan. Kami bahkan memastikannya sendiri," paparnya.
Zidan menghela nafasnya kasar, rasanya Zidan sangat penasaran pada pria itu. Kalau saja Zidan bisa menemukan pria itu maka dia sendiri yang akan meminta pertanggungjawaban dari pria hidung belang itu. Sebagai seorang pria, Zidan merasa sangat hati karena Claudya disentuh oleh lelaki lain, apa lagi sekarang Claudya harus bekerja keras karena diusir oleh orang tuanya.
"Kalau saja aku tau siapa pria itu, tak akan segan-segan aku mematahkan tangan pria gila itu!" Zidan kesal sambil mengepalkan tangannya.
Sedangkan saat ini Claudya tengah bekerja, walaupun saat ini Claudya sangat malas untuk melakukan apa pun tapi dia paksa untuk bekerja keras agar dia segera punya uang. Claudya juga mengumpulkan uang untuk lahiran dia nantinya, Claudya sudah tidak mengharapkan uang kiriman dari orang tuanya karena sepertinya orang tuanya sudah tak perduli lagi padanya.
"Claudya, kamu bereskan meja nomor sembilan," titah temannya pada Claudya yang hanya dibalas anggukan kepala patuh oleh Claudya.
Claudya mengelap meja dan membereskan piring bekas makanan pelanggan, Claudya membereskannya hingga bersih. Claudya menatap pada rekan kerjanya yang saat ini hanya menatapnya tajam, selama bekerja disana Claudya tidak pernah diperlakukan baik oleh rekan kerjanya tapi Claudya hanya patuh dan tak banyak bicara.
Jam menunjukkan makan siang, Claudya membawa bekal dari rumah jadi dia hanya memakan bekal yang dia bawa, Claudya hanya makan sendirian dipojok ruangan tempat istirahat karyawan.
Tiba-tiba saja seorang pria datang mendekat pada Claudya, tidak ada percakapan apa pun diantara keduanya karena memang mereka sama-sama tidak saling mengenal.
"Nama kamu siapa? Namaku Rian," ucap pria yang saat ini tersenyum manis pada Claudya.
Claudya tersenyum lalu menganggukan kepalanya. "Namaku Claudya, kamu bisa panggil aku Clau." Claudya menyodorkan tangannya membalas uluran tangan Rian.
"Kak Rian, sudah lama bekerja disini?" tanya Claudya.
Rian mengangguk sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Lumayan lama, aku bekerja sudah hampir lima tahun, sejak restoran ini dibangun." Rian berucap sambil mengupas kulit telur yang sudah dia rebus.
Rian memberikan telur itu pada Claudya.
"Makanlah, aku tau kamu sedang hamil. Kamu harus banyak makan protein biar bayi kamu sehat. Oh ya Clau, kemana suami kamu?" tanya Rian sangat penasaran.
"Suami aku meninggal kak, aku sendirian disini." Claudya beralibi agar semua orang tidak memandangnya sebagai seorang yang mura han.
Rian hanya mengangguk saja, dia paham kalau Claudya pasti sedang sedih karena kehilangan suaminya sedangkan Claudya punya anak yang harus dia rawat nantinya.
Rian ikut sedih pada nasib Claudya, Rian berjanji akan menjaga Claudya seperti adiknya sendiri. Karena Rian juga hidup hanya sendirian tanpa ada orang tua disampingnya sejak dia kecil.
"Baiklah, aku akan bekerja lagi." Rian langsung pergi dari sana meninggalkan Claudya yang masih memakan makanannya.
"Aku gak tau bagaimana sikap orang lain tapi aku harap semua orang baik padaku," gumam Claudya.
Sore harinya. Claudya dijemput oleh Zidan dengan naik motor, Claudya menatap heran pada temannya itu.
Baru kali ini Zidan menunggu Claudya sampai Claudya pulang dari bekerja, padahal Zidan juga bekerja di perusahaan Papanya yang lumayan jauh dari sana.
"Dia siapa?" tanya Rian.
"Kak Rian, dia Zidan sahabat aku. Kami dekat sudah lama jadi aku sudah anggap dia sebagai keluarga aku," jawab Claudya.
"Oh, kamu jangan terlalu percaya pada pria, Clau. Karena terkadang seorang pria mau mendekat karena ada maunya, Aku hanya tidak mau kamu dirugikan olehnya." Rian berucap seperti seorang kakak yang melarang adiknya bersama dengan pria lain.
"Ya kak Rian, tapi aku yakin dia baik," ucap Claudya yakin.
"Tapi dia laki-laki,"
"Dan kakak juga laki-laki, kan?" tanya Claudya.
Rian hanya tersenyum dan langsung berpamitan untuk pergi dari sana.
Claudya mendekat pada Zidan yang sejak tadi melihat interaksi antara Claudya dan Rian, Zidan sangat cemburu melihat Claudya bersama dengan pria lain, apa lagi sampai akrab seperti itu.
"Siapa yang tadi?" tanya Zidan.
"Kak Rian," jawab Claudya.
"Oh,"
"Tumben datang ke sini? Apa gak ada kerjaan?" tanya Claudya.
"Tidak, tapi aku mau ngomong kalau aku gagal mencari pria itu, aku akan berusaha untuk mencari orang itu sampai ketemu." Zidan berucap dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih Zidan, tapi tidak perlu karena aku sudah tidak mengharapkan dia lagi," papar Claudya.
Zidan hanya tersenyum.
"Bukan kamu yang tidak mengharapkan dia tapi aku, Clau. Aku lah yang ingin menemukan dia agar aku bisa memberikan pelajaran padanya karena dia telah salah bermain-main padaku, pria kurang ajar itu memang seharusnya mendekam di penjara!" geram Zidan tapi hanya dalam hati saja, Zidan tidak mau kalau Claudya tau Zidan sangat ingin menemukan pria itu.
Tangannya seolah kram kalau dia tidak memukul pria itu, Zidan memang tipikal orang pendendam. Apa lagi hal ini bersangkutan dengan Claudya, wanita yang sangat Zidan suka. Apa pun akan Zidan langsung asalkan Claudya bahagia.
"Ayo pulang, aku sudah siapkan makanan dirumah kamu, maaf aku tadi masuk rumahmu tanpa ijin."
"Tidak masalah, kamu ini kaya sama siapa aja." Claudya menepuk pelan pundak Zidan.
**
5 Tahun kemudian...
Angin berhembus kencang membuat semua orang yang merasakannya merasa sangat kedinginan, begitu juga dengan seorang pria tampan berusia 30 tahun yang tengah duduk di balkon kediamannya.
Sebuah ro kok yang menyala diapit oleh jari-jari tangannya, Ia tengah menikmati indahnya malam hari walaupun tengah diguncang oleh rasa kedinginan.
Tatapannya dia tujukan pada rembulan yang tengah bersinar indah di atas langit malam.
Tak terasa sudah lima tahun tapi bayang-bayang wanita yang dia inginkan masih bersarang di pikirannya, selama itu dia tidak bisa melupakan gadis manis yang membuat hatinya resah.
"Mas, diluar dingin!" sahut seorang wanita yang usianya seumuran dengannya.
Bibir pria itu menyeringai, dia merasa kesal pada wanita yang saat ini memanggilnya untuk masuk. Wanita yang sama yang Lima tahun lalu dijodohkan dengannya oleh kedua orang tuanya, penolakan tidak membuat Ia selamat dari pernikahan itu, hingga dia terjebak selama lima tahun dalam hubungan yang tidak dia inginkan.
"Jangan memerintah padaku, pergilah! Aku muak melihat mu!" geramnya tanpa menatap sedikitpun pada sosok wanita itu.
"Tuan William Aldenandra, demi tuhan aku pun tidak sudi berada di sini! Kalau saja kau menalak aku mungkin kita tidak harus seperti ini lagi!" geramnya membentak William.
William bangkit dari duduknya, pria bertubuh gagah dengan wajah yang tampan itu menatap ke arah wanita yang sudah lima tahun ini menjadi istrinya.
"Kau menyalahkan aku? Bukannya kau yang melakukan hal itu dengan pria lain padahal kau tau kalau kita akan menikah!" bentak William.
"Ya, karena aku Sudi bersama dengan mu. Wanita mana yang mau menikah dengan pria posesif, arogan, kasar seperti dirimu?" Suaranya lantang tepat dihadapan William.
Karisa Maria Arandella, gadis cantik berusia 30 tahun itu menatap garang pada William. Dahulunya mereka adalah kedua sejoli yang akan dijodohkan tapi saat mereka tengah berada di tahap perkenalan, William dan Karisa saling menyukai satu sama lain. Tapi sayangnya sikap William mulai posesif pada Karisa hal itu karena William takut kehilangan Karisa, hingga makin lama Karisa mulai membenci sikap William hingga membuat Karisa selingkuh bersama dengan pria lain.
Wajar saja William takut kehilangan karena Karisa adalah seorang model papan atas yang tentunya sangat dikagumi oleh banyak pria, tapi Karisa malam mengkhianati cinta William hingga membuat William patah hati dan ingin membatalkan pernikahan itu.
Tapi sayangnya, keluarga mereka sudah sepakat hingga mau tak mau William hanya mengikuti jalan takdir saja. Tapi selama lima tahun itu tak pernah sekali pun William menyentuh Karisa karena hanya ada rasa jijik saja yang terpendam dalam hati William untuk Karisa.
"William, hari ini aku mau kita cerai!" geram Karisa.
"Silahkan, kalau bisa cerai saja! Apa kau yakin masih bisa menjadi model dan berhubungan dengan pria gelap mu itu? Orang tuamu sangat melarang hal itu," papar William.
Karisa langsung pergi dari sana meninggalkan William yang saat ini hanya menatapnya dengan tatapan tajam, William merasa kalau saat ini hubungannya dengan Karisa memang sudah tidak bisa dilanjutkan karena pada kenyataannya William malah terjebak pada perasaan dia yang sangat besar pada gadis malam itu.
"Haruskah aku cari wanita itu? Tapi sudah lima tahun, apa dia sudah menikah? Fyuhh, aku merasa menjadi pria yang tidak berguna!" gumam William yang langsung meremas rambutnya dengan kasar.