Reintara Narendra Pratama adalah CEO muda yang dikenal tampan dan penuh wibawa. Di usia 25 tahun, ia sudah membangun reputasi sebagai pria yang tajam dalam mengambil keputusan, namun sulit didekati secara emosional. Hidupnya yang teratur mulai berantakan ketika ia bertemu dengan Aprilia—seorang perempuan penuh obsesi yang percaya bahwa mereka ditakdirkan bersama. dia berumur 22 tahun
Awalnya, Reintara mengira pertemuan mereka hanyalah kebetulan. Namun, semakin hari, Ria, sapaan akrab Aprilia, menunjukkan sisi obsessi yang mengerikan. Mulai dari mengikuti setiap langkahnya, hingga menyusup ke dalam ruang-ruang pribadinya, Ria tidak mengenal batas dalam memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai "cinta sejati."
Reintara, yang awalnya mencoba mengabaikan Ria, akhirnya menyadari bahwa sikap lembut tidak cukup untuk menghentikan obsesi perempuan itu. Dalam usaha untuk melindungi dirinya, ia justru memicu konflik yang lebih besar. Bagi Ria cinta adalah perjuangan, OBBSESY SEGALANYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 'yura^, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
janji sehidup semati
Janji Sehidup Semati
Hari yang Ditunggu-Tunggu
Hari pernikahan Reintara dan Nadia akhirnya tiba. Sebuah acara sederhana namun penuh makna diadakan di sebuah vila mewah di pinggir danau. Tidak ada keramaian yang mencolok, hanya orang-orang terdekat yang mereka cintai.
Reintara berdiri di altar, mengenakan setelan hitam elegan. Matanya tak lepas dari Nadia yang berjalan perlahan menuju altar, mengenakan gaun putih sederhana dengan kerudung tipis yang membuatnya terlihat seperti malaikat.
Ketika akhirnya Nadia berdiri di depannya, Reintara tidak bisa menahan senyumnya. “Kamu terlihat luar biasa, Nad.”
Nadia tersipu, matanya berkaca-kaca. “Kamu juga, Rein. Ini seperti mimpi yang menjadi nyata.”
Janji Pernikahan
Pendeta yang memimpin upacara itu membuka acara dengan doa singkat, lalu mempersilakan mereka untuk saling mengucapkan janji.
Reintara memegang tangan Nadia dengan erat, menatap matanya yang penuh cinta. “Nadia, aku tidak pernah membayangkan akan menemukan seseorang seperti kamu. Kamu adalah kekuatanku, inspirasiku, dan alasanku untuk terus maju. Aku berjanji untuk selalu mencintaimu, melindungimu, dan membuatmu bahagia, dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka.”
Nadia tersenyum, air matanya jatuh perlahan. “Rein, aku juga tidak pernah menyangka akan berdiri di sini bersamamu. Kamu mengajarkanku apa itu cinta sejati, dan aku merasa menjadi versi terbaik dari diriku karena kamu. Aku berjanji untuk selalu mendukungmu, mencintaimu, dan berdiri di sisimu, apa pun yang terjadi.”
Ketika pendeta mengumumkan mereka sebagai suami dan istri, Reintara mendekatkan wajahnya, mencium kening Nadia dengan penuh lembut.
Malam Pertama Sebagai Suami Istri
Setelah acara selesai, mereka berdua akhirnya punya waktu untuk berdua di kamar vila yang telah dihias dengan kelopak mawar dan lilin aromaterapi.
Nadia duduk di tepi ranjang, melihat Reintara yang sibuk melepas dasinya. “Apa yang kamu pikirkan, Rein?” tanyanya lembut.
Reintara mendekat, duduk di sebelahnya. “Aku berpikir tentang betapa beruntungnya aku. Setelah semua yang terjadi, aku masih diberi kesempatan untuk bersamamu.”
Nadia tersenyum kecil, menyandarkan kepalanya di bahu Reintara. “Aku juga merasa beruntung. Meski kita harus melalui begitu banyak rintangan, pada akhirnya kita bisa bersama.”
Reintara mengangkat dagu Nadia, menatap matanya. “Tapi aku tahu, Nad, kebahagiaan ini mungkin tidak akan bertahan lama. Ria... dia masih di luar sana. Dia mungkin sedang merencanakan sesuatu.”
Nadia menghela napas, lalu menggenggam tangan Reintara. “Rein, aku tahu kamu khawatir, tapi aku percaya padamu. Aku percaya kamu akan melindungi kita. Dan apa pun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu.”
Reintara menariknya ke dalam pelukan. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun merusak ini, Nad. Aku akan melakukan apa saja untuk memastikan kamu bahagia.”
Mimpi Tentang Masa Depan
Malam itu, mereka berbicara panjang lebar tentang rencana masa depan mereka.
“Kamu ingin kita tinggal di mana setelah ini, Rein?” tanya Nadia sambil bermain-main dengan jari Reintara.
“Bagaimana kalau kita tinggal di tempat yang jauh dari kota? Sebuah rumah kecil di pinggir danau, di mana kita bisa hidup tenang tanpa gangguan,” jawab Reintara.
Nadia tersenyum. “Kedengarannya indah. Tapi aku juga ingin tetap bekerja, Rein. Aku ingin terus berkarya.”
Reintara mengangguk. “Aku mendukung apa pun yang kamu inginkan, Nad. Selama kita bersama, aku yakin kita bisa melalui semuanya.”
Mereka saling memandang dengan penuh cinta, menyadari bahwa meski kebahagiaan ini mungkin sementara, mereka akan menghargai setiap detiknya.
Bayangan yang Mulai Mengintip
Hari-Hari yang Tenang
Sudah beberapa minggu sejak Reintara dan Nadia menikah. Hidup mereka berjalan damai, seperti mimpi indah yang akhirnya menjadi kenyataan. Nadia mulai merasa bahwa dirinya benar-benar dicintai, sementara Reintara berusaha sebaik mungkin untuk menjaga janjinya.
Di suatu pagi yang cerah, Nadia tengah menyiram bunga di taman kecil di depan vila mereka. Reintara memperhatikannya dari balik jendela, senyumnya tak pernah pudar.
“Kamu tahu, Rein,” kata Nadia sambil berbalik menghadap suaminya yang baru keluar membawa dua cangkir kopi, “aku masih merasa seperti ini semua hanya mimpi.”
Reintara menggeleng, menyerahkan secangkir kopi kepada Nadia. “Ini bukan mimpi, Nad. Ini kenyataan. Kita pantas mendapatkan kebahagiaan ini.”
Mereka duduk di bawah pohon rindang, membicarakan hal-hal kecil, rencana masa depan, dan mimpi-mimpi yang ingin mereka wujudkan bersama.
“Kalau kita punya anak nanti,” ujar Nadia tiba-tiba, “aku ingin dia punya sifat sepertimu, Rein.”
Reintara terkejut sesaat, lalu tertawa kecil. “Dan aku berharap dia punya senyuman sepertimu. Tapi, Nad, kita baru mulai. Jangan terlalu jauh berpikir.”
Nadia tersenyum malu-malu, menggenggam tangan Reintara. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kita selalu bersama, apa pun yang terjadi.”
Tanda-Tanda Gangguan
Namun, di tengah kedamaian itu, ada sesuatu yang tidak Reintara ceritakan pada Nadia. Beberapa hari terakhir, dia mulai menerima pesan-pesan aneh di email pribadinya. Pesan-pesan itu tidak menyebut nama Ria secara langsung, tetapi setiap kata di dalamnya mengingatkan Reintara pada gaya manipulatif wanita itu.
“Kebahagiaan itu seperti kaca. Indah, tapi mudah pecah.”
“Tidak ada yang abadi, Rein. Tidak bahkan cinta yang kau pikirkan itu.”
Reintara berusaha merahasiakan semuanya dari Nadia. Dia tidak ingin kekhawatirannya merusak kebahagiaan yang baru mereka bangun. Namun, pesan-pesan itu mulai menjadi semakin mengganggu.
Percakapan Rahasia dengan Sahabat
Suatu malam, Reintara menghubungi sahabat lamanya, Dimas, seorang ahli keamanan digital yang pernah bekerja dengannya.
“Dimas, aku butuh bantuanmu,” ucap Reintara dengan nada serius.
“Ada apa, Rein? Suaramu terdengar tegang,” jawab Dimas.
“Aku pikir aku sudah bebas dari masa laluku, tapi sepertinya aku salah. Ada seseorang yang mencoba mengganggu kehidupanku lagi.”
“Ria?” tebak Dimas langsung.
Reintara mengangguk, meskipun Dimas tidak bisa melihatnya. “Aku tidak punya bukti langsung, tapi aku tahu itu dia. Aku butuh kamu untuk melacak sumber pesan-pesan ini.”
“Serahkan padaku,” jawab Dimas. “Aku akan mencari tahu siapa yang ada di balik ini. Tapi Rein, kamu harus hati-hati. Jika ini benar-benar Ria, dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.”
Sebuah Kejutan di Malam Hari
Malam itu, setelah Nadia tertidur, Reintara kembali memeriksa laptopnya. Dia membuka email dan mendapati sebuah pesan baru dengan lampiran video.
Isi pesan itu hanya satu kalimat:
“Kamu tidak bisa menyembunyikannya darinya selamanya.”
Dengan jantung berdegup kencang, Reintara membuka video itu. Rekaman tersebut menunjukkan percakapan antara dirinya dan seorang wanita yang bekerja di perusahaannya bertahun-tahun lalu. Dalam percakapan itu, wanita tersebut menuduh Reintara menggunakan metode licik untuk mengalahkan saingannya.
Reintara mengepalkan tangannya. Dia tahu ini adalah usaha Ria untuk menghancurkan reputasinya lagi.
“Dia tidak akan berhenti,” gumamnya.
Namun, sebelum dia bisa memikirkan langkah selanjutnya, suara Nadia terdengar dari belakangnya.
“Rein? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?”
Reintara cepat-cepat menutup laptopnya dan berbalik. “Tidak ada, Sayang. Aku hanya bekerja sedikit.”
Nadia mengerutkan kening. “Kamu bilang kita akan istirahat dari pekerjaan, kan? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?”
Reintara terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang. Dia tahu dia tidak bisa terus merahasiakan ini.
“Aku hanya... mencoba melindungimu, Nad. Tapi sepertinya aku harus jujur.”
agar mereka tau kau bukan wanita biasa hanya orang tertentu yang melihat ketulusan mu💪
semoga kam menemukan pria yang sangat sangat mencintai mu.
di saat kamu berpaling bisa saja si Reintata bisa melihat mu.
jangan pernah lagi berhubungan dengan Reintata. walaupun sudah saling memaafkan suatu saat nanti
orang masa lalu yang menyakiti mu. tidak perlu hadir kembali dalam bentuk persahabatan ataupun persaudaraan sekalipun.
Semangat buat author nya...
apa suaminya Nadia tu tidak mempunyai sedikit perasaan pada ria
buat ria menemukan kebagian nya dong Thor