Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Tunggu apalagi? Cepat buka pakaianmu!"
Mendengar perintah itu untuk kedua kalinya, reflek tangan Ara menyilang di depan dada dengan kaki yang perlahan mundur, menjauh dari Dewa.
"U-untuk apa aku buka pakaian?" tanyanya dengan ketakutan.
"Tentu saja membuat keturunan, kau pikir kita bisa melakukannya dengan mengenakkan pakaian," jawab Dewa dengan sarkas.
"Oh ya ampun, kau itu mesum sekali." Ara menggelengkan kepalanya.
Sungguh ia tak menyangka, pria dingin dan datar yang sangat membencinya itu bisa berkata-kata mesum tanpa rasa malu bahkan dengan terangan-terangan dan to the poin.
Dewa sendiri tak mempedulikan ucapan Ara yang mengatainya pria mesum. Ia berjalan mendekat pada wanita itu karena yang ada di pikirannya saat ini adalah menyentuhnya. Karena tak dapat dipungkiri berada di dekat Ara, tubuhnya sudah bereaksi dengan hebat terlebih bayangan kemarin malam saat mereka bercinta mulai menari-nari dibenaknya.
Sungguh gila, murahan, dan memalukan. Itulah yang ada di dalam pikiran Dewa saat ini. Ia yang tak pernah bergairah dengan wanita manapun, justru takluk pada tubuh wanita miskin yang sangat dibencinya.
"Stop! Jangan mendekat, aku tidak mau melakukan. Aku—"
Srek.
Ara sontak terkejut dengan mulut yang menganga lebar saat tiba-tiba Dewa menarik gaun yang di kenakannya hingga robek. Dan lebih terkejut lagi saat pria itu mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Menghimpitnya dengan tubuh besar dan tegap itu sampai Ara tak bisa bergerak sama sekali
"Tuan, aku memang sudah setuju dengan menandatangi berkas itu. Tapi bukan berarti aku setuju untuk melakukannya sekarang."
Karena tadi malam mereka sudah melakukannya, bahkan rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Tadi pagi Dewa juga sudah bercinta dengan Vivian, tapi kenapa pria itu ingin melakukannya lagi dengannya. Apakah seorang Dewa tidak pernah ada kata puas, atau jangan-jangan pria itu seorang maniak ***.
"Jangan banyak protes! Cukup diam dan terima benihku!"
Dewa menatap wanita yang berada di bawahnya dengan intens, mengamati dengan napas naik turun dengan rasa yang menggebu. Tak dapat dipungkiri jiwa lelakinya semakin bergairah dengan posisi mereka saat ini, terlebih saat mencium wangi tubuh Ara.
"Tapi Tuan, bukankah tadi malam kita sudah melakukannya? Berarti kita tidak harus melakukannya lagi, siapa tahu yang semalam akan membuahkan hasil?" pinta Ara dengan memohon, agar Dewa membatalkan niatnya.
"Mana mungkin satu kali bisa berhasil."
"Benarkah?" Ara balik bertanya dengan bingung. "Memangnya sampai berapa kali agar berhasil?"
"Sebanyak mungkin!"
"Apa? Ta-tapi—"
Ara kembali terkejut saat Dewa bukan lagi merobek pakaiannya, tapi menariknya dengan kasar hingga menyisakan dalaman yang kini melekat pada tubuhnya. Dengan perasaan sangat malu, Ara hendak menutup tubuhnya yang terpampang jelas di kedua mata Dewa. Namun pria itu menahan tangannya dengan kuat, dan tanpa banyak kata melepaskan sisa yang melekat di tubuhnya dengan gerakan sangat cepat. Meskipun dengan sekuat tenaga Ara menolak dan memberontak agar Dewa menghentikan perbuatannya. Tapi akhirnya ia kalah juga, membiarkan Dewa melakukan apa yang diinginkan pria itu.
"Aw..." lirih Ara saat Dewa memasukinya tanpa melakukan foreplay terlebih dahulu.
Ya, pria yang sangat berkuasa itu langsung menyentuhnya tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu. Terlihat sekali jika Dewa enggan untuk memberikan sentuhan lembut padanya, atau hanya sekedar mencium bibirnya saja tidak pria itu lakukan.
"Sakit?" tanya Dewa dengan menahan gejolaknya untuk tidak bergerak.
Ara menganggukkan kepalanya namun sedetik kemudian menggeleng, membuat Dewa bingung namun kembali melanjutkan permainannya. Namun kali ini dengan sangat lembut, karena bagaimana pun ia tidak mau melukai seseorang yang tengah memberikan kenikmatan yang tidak pernah dirasakannya selama ini.
"Oh ****!"
Dewa mengerang saat pelepasan itu datang, mengeluarkan benihnya di dalam dengan perasaan lega. Seakan rasa penat dan semua beban pikirannya hilang begitu saja hanya dengan kegiatan panas tadi. Sungguh ia benar-benar tak menyangka akan senikmat ini bercinta dengan seorang wanita, membuatnya ingin melakukan lagi dan lagi. Bahkan sekarang ia ingin mengulangnya hanya karena melihat Ara yang terlihat pasrah dengan peluh di wajah cantik itu.
ntar Ara mati rasa baru tau