Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4.
“Hmmm..” gumam Pak Handoko yang tidak melihat kondisi jalan sebab dia sedang fokus menatap layar hand phone milik nya, untuk membaca dan mencermati hasil analisa keuntungan dengan menggunakan mesin mesin pertanian.
“Papa yakin saja kita akan semakin untung banyak. Kita nanti tidak hanya menjadi Tuan tanah di desa ini Pa, tapi bisa menjadi tuan tanah se kabupaten. Masalah sosial mengenai buruh buruh itu biar mereka sendiri pikirkan, kan juga ada pemerintah.” Ucap Irawan sambil terus melajukan mobilnya untuk memantau lahan lahan sawahnya.
Malam hari pun telah tiba. Seharian Mawar Ni tidak bekerja, setelah dari puskesmas dia merawat dan menjaga Nenek Mami yang tekanan darah tinggi nya kambuh.
“Nek, nenek jangan sedih ya.. jangan mikir berat berat. Masih ada harapan untuk mendapat rejeki. Aku akan melamar pekerjaan di pabrik bulu mata. Aku tadi sudah dapat ide.” Ucap Mawar Ni sambil menatap Sang Nenek yang sudah tidak pusing karena sudah minum obat.
“ide apa?” tanya Nenek sambil menatap tajam Mawar Ni .
Mawar Ni pun membungkukkan badan dan mengambil sesuatu dari dalam kolong balai balai yang ditiduri oleh Nenek Marmi. Sesaat di tangan Mawar Ni memegang kentongan yang terbuat dari bambu.
“Ini Nek, kalau Nenek ada apa apa Nenek bunyikan kentongan ini. Nanti tetangga akan datang melihat Nenek. Dan tetangga akan meneleponku, aku nanti kalau sedang di pabrik akan izin untuk pulang Nek.”
“Hmmmm.”
“Jangan dulu kerja di pabrik Ni, kita cari kerja di sawah lainnya saja. Dan jangan kamu bermimpi menjadi pekerja di luar negeri, aku benar benar tidak mengizinkan.”
“Ayahmu meninggal karena kecelakaan kerja di pabrik, saat kamu masih dikandung Emakmu. Dan Emakmu meninggal karena tindak kekerasan majikan di luar negeri. Aku tidak mau lagi kehilangan kamu Ni... biar upah kecil tetapi hati damai jadi Buruh tani kita selalu bersama...” ucap Nenek Marmi dengan mata memerah sebab hatinya kembali bersedih mengingat kehilangan menantu dan anak perempuannya. Emaknya Mawar Ni dulu bekerja di luar negeri ingin mendapatkan gaji banyak pergi ke luar negeri meninggalkan Mawar Ni yang masih batita. Tetapi di luar negeri malah menjadi korban kekerasan majikan dan pulang pulang sudah tidak bernyawa.
“Nek, tapi mungkin lama lama pemilik sawah menggunakan mesin Nek, jadi mau tak mau buruh buruh tani tergusur. Aku tidak ke luar negeri Nek, mana mungkin aku tega meninggalkan Nenek seorang diri. Aku bekerja di pabrik di dekat desa ini saja Nek.”
“Aku janji akan jaga diri baik baik Nek.” Ucap Mawar Ni dan Sang Nenek hanya diam berpikir pikir.
Seiring berjalannya waktu Nenek pun akhirnya mengizinkan Mawar Ni untuk kerja di pabrik bulu mata. Satu satunya pabrik yang ada di dekat desanya. Sebab Mawar Ni mencari cari lahan sawah untuk bekerja sebagai buruh tanam sudah sangat kesulitan karena berebut dengan buruh buruh yang lain. Kerja serabutan dan memulung sampah pun tidak cukup untuk menopang hidup mereka.
Dan waktu pun terus berlalu..
Hari ini Mawar Ni akan pergi ke pabrik untuk mulai training kerja. Serangkaian test wawancara sudah dilakukannya di hari hari sebelumnya. Sehabis subuh Mawar Ni sudah berpakaian rapi. Dia pun sudah memasak buat Nenek dan dirinya. Bibirnya terus tersenyum, harapan bisa mendapatkan penghasilan lebih baik sudah ada di depan mata.
“Pagi pagi kamu sudah mau berangkat Ni?” tanya Nenek Marmi
“Kamu tidak bersama Dahlia?”
“Tidak Nek, Dahlia pulang kerja akan ke rumah temannya katanya.” Ucap Mawar Ni sambil memasukkan bekal makan ke dalam tas cangklongnya.
“Hati - hati ya Ni..” ucap Nenek saat Mawar Ni bersalaman dan mencium punggung tangan Nenek untuk pamit. Nenek pun mengantar kepergian Mawar Ni hingga sampai halaman depan.
Mawar Ni mengayuh sepeda dengan penuh semangat. Di jalan desa sudah banyak orang orang berangkat kerja dengan mengayuh sepeda. Yang naik motor akan berangkat belakangan. Dari rumah Mawar Ni perjalanan ke pabrik bisa memakan waktu kira kira setengah jam.
Dan benar setelah setengah jam lebih sedikit, sepeda Mawar Ni sudah di depan pintu gerbang pabrik.
“Ni....” teriak suara seorang perempuan, Mawar Ni pun menoleh ternyata Jumilah yang memanggilnya.
“Kamu akhirnya boleh kerja di pabrik Ni?” tanya Jumilah sambil menuntun sepeda nya.
“Iya Mbak, boleh. Mau gimana lagi sudah tidak ada pekerjaan di sawah.” Ucap Mawar ni.
“Mbak Jum akhirnya juga kerja di pabrik bagaimana anak anak Mbak Jum?” tanya Mawar Ni karena Jumilah hanya sendiri.
“Ya di rumah Ni, kan tidak boleh bawa anak. Ayu mau aku tinggal dan mau menjaga adiknya. Mau gimana lagi juga Ni, butuh uang buat hidup kita. Besok kalau Ayu sudah sekolah moga moga gaji ku sudah banyak bisa bayar pengasuh..” Ucap Jumilah dengan nada sedih..
“Aaaminnnnn...” ucap Mawar Ni tulus mengamini.
Mereka pun terus masuk ke dalam pabrik setelah memberikan tanda pengenal. Mawar Ni dan Jumilah belum memakai baju seragam, mereka yang ikut training memakai baju atasan berwarna putih dan bawahan berwarna hitam. Mawar Ni yang berbekal ijasah SMP plus ijasah kejar paket C dan Jumilah yang berbekal ijasah SD plus ijasah paket B sama sama masuk di bagian produksi. Lulusan SMK dan lulusan SMA pun juga banyak yang masuk di bagian produksi. Karena di bagian itu yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Mereka masuk di ruang bagian produksi, duduk di kursi berjejer jejer yang di depannya ada meja panjang dan di atas meja ada bahan bahan yang harus dia kerjakan. Mawar Ni duduk di samping Jumilah.
Di ruang itu ada beberapa orang training sedang yang lainnya buruh senior yang sudah memakai baju seragam dan mereka juga yang akan mengajari orang orang yang sedang training. Di dalam ruang itu berisi buruh buruh perempuan yang berusia masih muda muda.
Sesaat tampak Dahlia masuk ke dalam ruang itu sambil terus melangkah menuju ke kursi yang masih kosong. Kursi tempat duduknya.
“Ni, kamu duduk di dekatku sini!” teriak Dahlia sambil menatap Mawar Ni .
Mawar Ni menatap ke arah Dahlia lalu menoleh ke arah teman teman yang lain..
“Ayo cepat Ni, keburu waktu kerja mulai dan keburu Pak Mandor datang!” teriak Dahlia lagi.
Mawar Ni pun bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tempat Dahlia yang sudah duduk. Dia sudah bertekat untuk bekerja dengan baik dan tidak mendapat marah dari Pak Mandor. Mawar Ni menaruh harapan besar mendapatkan penghasilan layak pada pabrik bulu mata palsu itu...