Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
**
Semua mata memandang ke arah Kenzo dan juga Nada, mereka berdua benar-benar menjadi pusat perhatian. Ada yang memotret, ada juga mevideo mereka saat berjalan layaknya putri dan raja.
"Nada malu," ucapnya.
Kenzo menggenggam lengan Nada supaya gadis itu lebih tenang dan juga tidak merasa sendiri.
Semua bersorak saat tangan kekar milik Kenzo bertautan dengan tangan mungil Nada.
"Anjay! Gue mau digituin, aaa... Nada ganti posisi yuk!"
"Ish, gue juga mau kalau sama Kenzo. Mereka kenapa sih sweet gitu?"
"BTW mereka pacaran?"
Beberapa siswi terdiam sejenak lalu mengangkat kedua bahunya, mereka juga penasaran dengan kedekatan Nada dan Kenzo, pasalnya memang mereka tidak pernah dekat sekalipun selama ini.
"Kita harus cari tahu, nanti kita tanya langsung aja sama Nada gimana? Lagian itu anak baik kok orangnya."
"Oke kalau gitu, ya udah sekarang kita ke aula buat nonton acara pensinya."
Mereka pun berbondong-bondong menuju aula di mana semua siswi yang mengikuti seni sudah berada di belakang panggung.
"Emm Ken, gue mau ke Jeno dulu ya."
"Enggak! Lo harus masuk ke aula sekarang."
"Ta-tapi Jeno chat gue buat bareng ke aulanya."
Ponsel yang digenggam Nada direbut oleh Kenzo, dan tanpa basa-basi pria itu langsung menelpon Jeno.
"Hallo Nada, Lo di mana?" tanya Jeno di seberang sana.
"Nada sama gue ke aula," jawab Kenzo.
Di seberang sana, Jeno mengerutkan keningnya saat terdengar suara pria yang dia tidak kenali.
"Heh, Lo siapa? Mana Nada?"
Kenzo mematikan sambungan telpon dan memberikannya pada Nada.
"Sekarang kita ke aula."
Kenzo menarik lengan Nada, dan membuat Nada semakin pasrah. Mau berontak pun Kenzo malah mengeratkan genggamannya.
Bagas, Anggara dan Kiki berada di depan aula. Mereka menunggu kehadiran Kenzo yang sudah terlambat sepuluh menit.
"Anjay pantesan telat, habis jemput princes," sahut Bagas.
"Kenzo lagi jatuh cinta," sahut Anggara.
Kiki berdeham, membuat keduanya membungkam mulut. Kenzo berhenti di depan mereka bertiga.
"Lo dicariin kepala sekolah buat sambutan pertama, acara mau dimulai," ucap Kiki.
Kenzo menganggukkan kepala, dia menarik Nada masuk ke dalam aula dan mereka berdua mencuri perhatian seluruh siswa High School yang menatap keduanya dengan tatapan suka dan tak suka.
"Lo duduk di sini, selesai acara gue ke sini lagi," ucap Kenzo.
"Tapi gue mau ke Jeno," jawab Nada.
"Gue enggak mau denger ada bantahan dari mulut Lo, bisa?"
Nada menelan salivanya sambil mengangguk ketakutan ditatap Kenzo dengan tajam.
"I-iya"
Kenzo menepuk kepala Nada. "Gadis pintar."
Lalu berjalan cepat menuju panggung yang sudah didekor cukup mewah. Kenzo akan memulai acara dan memberikan sambutan sebagai ketua osis dan panitia penyelenggara.
Abimanyu dan Nadia melirik Nada sekilas sambil berbisik tak suka.
"Pah, kenapa Kenzo malah sama Nada?"
Abimanyu menggelengkan kepala. "Benar kata Naomi, Nada merebut Kenzo. Kenapa anak itu selalu jahat sama Naomi?"
"Mama juga bingung Pah, keluarga kita enggak ada tuh rebut atau jahat sama saudaranya sendiri. Terus Naomi gimana Pah? Mama enggak mau lihat dia sedih."
"Mama jangan khawatir, Papa akan memastikan bahwa Naomi akan bersama denga Kenzo."
Nadia mengangguk. "Iya Pah, Mama percaya sama Papa."
Mereka kembali menatap panggung, mendengar sambutan dari Kenzo. Orang tua Kenzo turut hadir ke acara pensi tersebut dan duduk dijajaran depan pihak orang tua, ditambah Papa Kenzo pemilik sekolah tersebut.
Jeno masuk sambil membungkukan tubuhnya saat melihat Nada melambaikan tangan. Jeno duduk di samping Nada sembari mencubit pipi gadis itu.
"Lo ke mana aja sih? Gue tungguin di kelas juga."
Nada menggaruk tengkuknya. "Maaf ya Jen. Gue dibawa sama Kenzo ke sini."
"Apa Kenzo?"
Nada mengangguk. "Iya, dan yang nelpon Lo tadi, dia."
"Bentar deh, kok bisa? Kalian pacaran? Soalnya gue liat di grup sekolah Lo sama dia pegangan tangan tadi."
Nada membulatkan mata. "Hah, apa? Kok bisa?"
"Ya bisalah, mereka kan fans garis kerasnya Kenzo. Lo direbutin sama Alex juga ada kok fotonya."
Nada menghela napas pasrah. "Terus gimana ini? Gue enggak mau sampai ada berita yang enggak-enggak."
"Ya jawab dulu, Lo sama dia pacaran kaga?"
Nada menggelengkan kepalanya. "Gue sama dia enggak ada hubungan apa pun."
Jeno menggaruk kepalanya. "Terus kenapa kalian bisa mesra kaya gini?"
"Ya elah mana gue tahu, ngalir gitu aja Jen."
Jeno memegangi bahu Nada, dan di ujung panggung Kenzo sudah menatap Jeno dengan tatapan tajam seperti ingin menerkam mangsanya.
"Baiklah, acara pensi Naomi akan segera dimulai, semua para hadirin yang hadir semoga menikmati acara ini."
Naomi berjalan tegap sambil tersenyum manis, sambil memegangi gaun panjangnya.
"Pah itu Naomi cantik banget," ucap Nadia dengan bangganya.
"Iya Mah, anak kita cantik banget," jawab Abimanyu.
Nada melihat orang tuanya begitu bahagia menatap Naomi di atas panggung, alunan musik yang indah membuat semua bertepuk tangan. Nada tersenyum dan ikut bertepuk tangan meskipun dia sangat iri dengan posisi Naomi saat ini.
Selesai penampilan Naomi yang memukau, mereka menikmati acara selanjutnya dengan membawa bintang tamu.
Naomi berlari kecil ke arah Abimanyu dan juga Nadia, mereka bertiga saling berpelukan satu sama lain.
"Mama bangga sama kamu, penampilan kamu sangat luar biasa sayang."
"Makasih Mah."
"Ini buat kamu, selamat ya anak Papa sangat hebat."
Abimanyu memberikan buket bunga sangat cantik kepada Naomi, diterima baik oleh Naomi.
"Aaa Papa cantik banget bunganya, makasih ya."
"Sama-sama, giat lagi ya sayang dapet prestasinya."
"Siap Pah." Naomi terkekeh sambil hormat pada kedua orang tuanya.
Orang tua Kenzo menghampiri keluarga Abimanyu sambil membawa sebuah bunga yang indah untuk Naomi sebagai penghargaan karena penampilan gadis itu.
"Hallo Pak Abimanyu," sapa William.
"Oh hy hallo, Pak William. Terima kasih sudah mau hadir menikmati acara pensi Naomi."
William mengangguk. "Sama-sama, penampilan Naomi sangat luar biasa. Alunan musiknya saya suka."
Naomi tersenyum. "Terima kasih Om, Tante."
Sintya celingukkan, seakan mencari seseorang di sana.
"Oh ya, Nada mana ya? Kok tidak terlihat."
Abimanyu dan Nada saling menatap, seakan terkejut karena Sintya mencari keberadaan Nada.
"Nada? Emm tadi Nada ada di belakang sana," tunjuk Nadia.
"Nada tidak bersama kalian?"
"Euh tidak, soalnya dia berangkat lebih dulu."
"Oh gitu."
Naomi tersenyum. "Oh ya Tante, Kenzo mana?"
"Kenzo tadi ke toilet dulu."
Tak lama Kenzo datang sambil menggandeng lengan Nada, Nada sudah ketakutan saat tatapan Nadia begitu tajam melihatnya.
"Mah, Pah," sapa Kenzo.
"Kamu ketemu sama Nada di mana?" tanya Sintya.
"Kenzo jemput tadi di bangku belakang," jawab Kenzo dengan santai.
Nada menyalami tangan Sintya dan William secara bergantian. Mereka tersenyum kebar ke arah Nada.
"Dengar-dengar, kamu juara lomba melukis ya," ucap William.
"I-iya Om, Nadadapet juara satu," jawab Nada sambil tersenyum.
"Hebat sekali, boleh dong sesekali kita melukis bersama."
Nada mengangguk dengan cepat. "Bo-boleh banget Om, nanti biar Nada yang bawa peralatan melukisnya."
"Nanti Om kabari ya."
"Siap Om." Nada mempertahankan senyumannya, rasanya dia dihargai oleh orang lain meskipun bukan orang tuanya sendiri.
Kenzo tersenyum dan tidak ada yang menyadari bahwa pria itu merasa senang melihat Nada sehangat ini.
"Ekhem... bagaimana kalau kita makan bersama," ajak Abimanyu.
"Tentu saja, ayok," balas William.
"Emm Mah, Pah, kalian duluan aja ke mobil ya. Naomi mau ke toilet dulu sama Nada. Ayo Nada temenin gue," celetuk Naomi.
Nada mengerutkan keningnya, belum juga dia menjawab Naomi sudah menariknya secara kasar dan keluar dari aula.
Orang tua Nada dan orang tua Kenzo pun menunggu di parkiran mobil. Kenzo pamit untuk membantu para panitia lainnya yang sedang menikmati acara terakhir di pensi tersebut.
Naomi menarik paksa lengan Nada hingga kukunya menancap ke kulit putih milik Nada, dan dia hempaskan tubuh Nada ke tembok toilet.
"Sialan Lo! Udah gue bilang sama Lo, jangan deketin Kenzo. Lo budek atau pura-pura sih hah?"
Nada meringis kala kepalanya terhempas mengenai tembok toilet. "Gue juga udah jauhin dia, tapi Kenzo terus deketin gue."
Naomi tertawa dengan renyah. "Lo yang kegatelan, semejak Lo hadir di depa Kenzo. Dia jadi acuh sama gue, mending Lo mati aja sana gue enggak suka Lo hidup!"
Naomi menarik kepala belakang Nada cukup kencang hingga kepala gadis itu menatap ke atas. Belum puas sampai di situ, Naomi menampar pipi kanan dan kiri Nada berulang kali.
"Gaun dari siapa ini? Kenapa Lo pakai gaun mewah ini, sialan?!"
Naomi menarik gaun tersebut secara kasar, namun Nada berusaha mempertahankan sekuat tenaga supaya gaun yang ditarik Naomi tidak rusak dan sobek.