SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 17
Assalamu'alaikum, Mi, Pi," ucap Albirru yang baru saja pulang. Ia pun merebahkan tubuhnya ke sofa, tepat di samping Ariana.
"Lelah banget mukanya, Bi," ucap Ariana sambil mengusap pipi Albirru. Ariana dan Athariq memang memanggil Albirru dengan nama panggilan Albi. Berbeda dari yang lain yang lebih suka memanggil Birru. Bahkan di luar, teman-teman Albirru lebih suka memanggilnya Birru. "Perasaan klinik tadi nggak rame. Gimana mau nyabang ke rumah sakit kalo baru kerja di klinik aja udah kayak gini," goda Ariana.
"Birru nggak kecapean kok, Mi. Cuma emang lagi lemes aja."
"Lemes kenapa? Jangan-jangan karena cewek nih," goda Athariq membuat Albirru mendengus. Kok ayahnya bisa tau?
"Cewek? Siapa? Mana ada. Ah, Papi, bikin nggak mood aja."
"Bisa ngambek juga kamu, Bi?" Athariq terkekeh. Lalu ia melihat sebuah boneka di meja. Ia bisa menebak itu boneka siapa.
"Tadi ada Om Giandra ya, Mi?"
Ariana mengangguk. "Wah, Birru telat dong ketemu sama si pengacau cilik."
"Suka banget ganggu Aleena."
"Makanya, Mami kasi Birru adek lagi, biar Birru nggak gangguin Aleena lagi."
Sontak mata Ariana mendelik. "Dih, seharusnya kamu yang kasi Mami sama Papi cucu, masa' nyuruh Mami hamil lagi. Tega banget kamu, Bi."
Albirru terkekeh. "Canda, Mi, berchandyaaa," ujar Albirru seraya terkekeh. Lalu ia meraih boneka Aleena yang tertinggal. "Sini, bonekanya sama Birru aja. Biar si bocil pengganggu tantrum nyariin bonekanya." Albirru berlalu sambil tergelak. Athariq tersenyum sambil mengode Ariana. Ia pun tersenyum. Mereka yakin, ada yang Albirru sembunyikan.
"Anak Abang tuh," ujar Ariana sambil mencolek lengan Athariq.
"Emang kapan Abang hamil?" seloroh Athariq sambil tergelak. "Neng, apa kita wujudkan aja permintaan Albi tadi?"
"Abang jangan ngaco deh. Ini saatnya kita nimang cucu, bukan anak," delik Ariana membuat Athariq tergelak.
"Canda, Neng. Berchandyaaa," sahut Athariq meniru gaya Albirru tadi. Ariana justru tergelak mendengarnya.
"Dih, nggak cocok banget. Dah ah, Neng mau tidur dulu."
"Mau ditidurin nggak?"
"Ssst, entar didengar anak-anak!" sergah Ariana yang dibalas tawa oleh Athariq.
Kembali pada Albirru , ia yang baru selesai mandi segera merebahkan tubuhnya di sofa kamar. Pikirannya tak tenang. Selalu saja wajah Giana yang terbayang.
"Baru saja beberapa hari yang lalu aku dikejutkan dengan kenyataan kamu yang ternyata seorang janda, Gi, eh hari ini aku kembali dikasi kejutan luar biasa. Apa kamu akan kembali rujuk dengan suamimu setelah ini?" Resah, gelisah, galau, dan merana. Akhirnya, Albirru pun tertidur di sofa karena lelah yang mendera jiwa dan raganya.
Kembali pada Giana, perempuan cantik itu masih tampak syok dengan fakta kehamilannya. Beberapa waktu yang lalu dokter kandungan sudah memeriksanya dan memastikan kehamilannya. Fakta demi fakta yang membuat Giana resah. Baru saja ia dikejutkan dengan fakta kalau laki-laki yang dikiranya tukang ojek itu ternyata seorang dokter, fakta lainnya kembali menghantamnya. Ia hamil. Ia hamil setelah ia bercerai dengan Herdan.
Giana sejujurnya bahagia dengan fakta kehamilannya. Itu artinya ia tidak mandul seperti yang Rahma, Ratih, dan Herdan tuduhkan padanya selama ini. Hanya saja, kenapa kehamilan ini baru terjadi sekarang? Saat ia sudah berpisah dengan Herdan. Saat ia sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari hidup Herdan. Saat segalanya sudah berakhir.
Giana menarik nafas dalam-dalam, kemudian dihembuskannya secara perlahan. Diusapnya perutnya yang memang sudah mulai membentuk tonjolan. Sebelum ini, tak pernah ia berpikir kalau perubahan di perutnya merupakan tanda-tanda kehamilan. Ia justru mengira itu karena ia yang banyak makan akhir-akhir ini.
Bekerja di cafe dan memiliki atasan yang baik membuatnya sering mendapatkan makanan gratis. Apalagi selama bekerja, makan siang mereka ditanggung. Bahkan saat pulang pun mereka sering diberi makanan. Alhasil, Giana jadi lebih banyak makan. Tak ada lagi adegan menahan lapar. Ia bahkan sering makan enak. Kehidupannya sekarang memang jauh lebih baik dibandingkan saat ia menikah dulu.
"Hai, Sayang, maaf, Mama terlambat mengetahui kehadiranmu. Sehat-sehat ya, Sayang. Mama bahagia mengetahui kehadiranmu."
Malam itu ia ditemani Desti di rumah sakit. Karena keesokan harinya keadaannya sudah lebih baik, Giana pun akhirnya sudah diizinkan pulang.
"Kau sudah mau pulang?" tanya Albirru yang menghampiri kamar rawat inap Giana.
Giana tersenyum canggung. Ia merasa insecure dengan sosok Albirru yang ternyata seorang dokter. Pantas saja ia terlihat berbeda dari tukang ojek biasanya.
"Bodoh sekali aku sampai salah paham sama dia. Udah jelas-jelas penampilannya meskipun terlihat santai, tapi apa yang ia kenakan bukanlah merk biasa. Bahkan wajahnya saja sangat bersih, sangat berbeda dari tukang ojek biasanya."
Giana malu sendiri. Namun, ia tetap berusaha tersenyum ramah, meskipun tidak selebar biasanya.
"Iya."
"Naik apa?" tanya Albirru membuat Desti tersenyum-senyum melihatnya. Desti bisa melihat ketertarikan Albirru pada Giana.
"Em, taksi mungkin."
"Mau aku antar?" tawar Albirru.
"Nggak usah. Makasih. Kamu pasti sibuk."
"Aku nggak sibuk kok. Sebenarnya jam kerja aku tiga jam lagi."
Ya, memang jam kerjanya masih lama. Tapi ia yang sudah bisa menebak kalau Giana akan pulang hari itu pun memilih datang lebih awal agar bisa bertemu dengannya.
"Ng---"
"Udah deh, Gi, mau aja. Lagian aku nggak punya kuota mau pesan taksol. Boleh, Mas, kalau nggak merepotkan tapinya," sela Desti membuat Giana melotot. Tapi Desti justru tersenyum cengengesan.
"Ya udah, ayo, aku bantu bawain barangmu."
"Eh, tunggu, aku belum bayar biaya perawatan di sini. Des, temenin aku ke bagian administrasi dulu yuk!" Giana sudah was-was, berapa biaya yang harus ia keluarkan.
"Udah, masalah biaya nggak usah dipikirin soalnya sudah dibayarin Pak Asrul semua."
"Apa?" Giana terkejut mendengarnya.
"Iya. Malah sebenarnya Pak Asrul ingin menjemput, tapi sayang Pak Asrul ada kepentingan mendadak jadi dia nggak jadi datang deh."
Akhirnya, Giana pun pasrah saat diantar Albirru pulang.
Setibanya di gedung rusun, Albirru turun lebih dulu dan membantu Giana turun dari mobil.
"Udah, Mas, di sini aja. Aku bisa kok naik sendiri," tolak Giana saat Albirru menawarkan membantunya naik ke atas.
"Eh, eh, eh, jangan donk, Gi. Kamu 'kan baru pulih tuh. Mas, tolong bantu temen saya, ya! Dia mah sok kuat, sok mandiri banget. Mandiri sih bagus, tapi lihat-lihat juga dong. Kamu itu belum benar-benar pulih. Gimana kalau kamu mendadak pingsan lagi 'kan bisa berabe," sergah Desti membuat Albirru tersenyum.
"Kan sama kamu bisa, Des." Giana jelas malu merepotkan Albirru .
"Kamu nggak liat, badanku kurus kering kek gini? Entar kalo jatoh, gimana? Udahlah, udah bener sama Mas dokter. Badannya gede, pasti kuat. Malah kalo kamu minta gendong pun Mas dokter pasti sanggup, bener nggak, Mas?" Desti mengarahkan pandangannya pada Albirru yang mengulum senyum. Vibes Albirru sangat positif. Ia juga yakin, Albirru merupakan pria baik-baik. Tak ada salahnya bukan memberikan celah untuk laki-laki itu lebih masuk ke kehidupan Giana. Toh, ia sendiri sudah memastikan kalau Giana tak mau kembali pada Herdan meskipun ia sedang mengandung anaknya saat ini.
"Jadi gimana, Gi? Kamu mau balikan sama suami kamu entar? Siapa tau dia senang mengetahui kehamilanmu dan mau balikan sama kamu?" tanya Desti saat semua orang sudah keluar dari ruangan Giana. Desti sudah tidak memanggil Giana 'Mbak' lagi setelah tahu kalau mereka sebenarnya seumuran.
"Mau dia senang, nggak senang, aku sudah bertekad nggak akan balikan sama dia, Des. Pertama, aku nggak mau masuk ke jurang yang sama. Kedua, aku nggak mau anakku liat ibunya jadi babu keluarga ayahnya, dan ketiga Mas Herdan udah punya wanita lain. Aku sudah nggak tertarik balik sama peselingkuh kayak dia. Biar mereka dengan hidup mereka dan aku dengan hidupku. Aku tak masalah membesarkan anak ini sendiri," ujar Giana malam itu.
Karena itu, ia mendukung bila memang Albirru serius dengan Giana. Meskipun mereka belum kenal lama, tapi mereka sudah dekat sekali layaknya seorang sahabat.
"Ya udah, ayo! Atau beneran mau aku gendong?" goda Albirru membuat mata Giana seketika mendelik.
...***...
...Happy reading 🥰 🥰 🥰...
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡