Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
" Lo ga ikutan pulang bro?" tanya Dewa heran,melihat Gerald yang malah menyuruh Syifa Pulang bersama supir.
" Gue ada pertemuan dengan seseorang" jawab Gerald singkat,ia langsung memasuki mobilnya,tanpa peduli tatapan penuh tanda tanya dari Dewa.
" Mau ketemu siapa Lo,kok gue ga tau? Jangan bilang Lo mau ketemuan sama Cindy atau salah satu ja-la-ng ya, ingat Lo udah nikah dan itu pilihan Lo" ucap Dewa cepat, karena ia melihat Gerald yang tampak sudah siap di balik kemudi.
" Itu bukan urusan Lo,urusan Lo masalah kerja,gue bisa urus sendiri masalah pribadi gue,dan jangan sekali-kali Lo coba-coba ikut campur" ucap tegas Gerald.
" Ok..fine gue ga akan ikut campur,gue sebagai sahabat Lo cuma mau ngingetin, jangan sampe Lo nyesel, jangan kira karena Lo udah nikahi Syifa Lo bakal bisa mengikat dia di sangkar emas buatan Lo,Lo salah besar...dia perempuan baik-baik, pintar,gue yakin dia punya ribuan cara untuk lepas dari Lo saat nanti dia udah ga tahan" ucap Dewa tegas.
Tak menjawab, Gerald justru meninggalkan Dewa,ia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, sport car mewah berwarna hitam milk Gerald berpacu menuju sebuah tempat, tempat yang berada di pinggir ibukota.
Gerald mengedarkan pandangannya ke sebuah bangunan yang terlihat beberapa orang sedang bekerja, bangunan yang terdiri dari beberapa lantai, tampak mewah dan megah meski belum selesai walau 50 persen pun, Gerald menatap dalam bangunan impian yang bahkan sudah ia rencanakan sejak lima tahun lalu itu,ia bahkan memesan cetak birunya dari salah satu arsitek ternama luar negeri dengan bayaran fantastis.
' Apakah kamu yang akan menjadi ratu di istana itu nanti?' tanya Gerald dalam hatinya, matanya menatap bangun tersebut seraya membayangkan wajah seseorang.
' Menunggu ku pulang bersama buah hati kita?' monolog Gerald lagi masih dalam hati nya.ia mengusap kasar wajah dan rambutnya, menelungkup kan wajahnya di atas setir mobil milik nya.
Hingga beberapa menit kemudian ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya,sekedar untuk melihat lingkungan bangunan mewah itu yang tampak masih belum banyak bangunan dan ia berencana akan membangun sebuah perumahan di daerah tempat tersebut.
" Tuan ingin meninjau ke dalam lokasi?" tanya seseorang saat melihat Gerald berdiri di dekat mobilnya.
" Tidak perlu..saya percayakan pada Anda,tapi ingat saya tidak pernah memaafkan kesalahan sekecil apapun, lakukan dengan sebaik-baiknya sesuai contoh,saya membayar Anda agar anda tidak mengecewakan saya" jawab Gerald tegas dengan nada dingin, matanya fokus menatap depan, dengan kedua tangannya dalam saku celana yang ia pakai.
" Baik Tuan...saya janji akan terus memantau pekerjaan mereka sedetail mungkin,saya siap menerima hukum nya jika saya mengecewakan Anda, pegang janji saya" jawab sang mandor yakin.
" Saya pegang kata-kata Anda" jawab Gerald tegas.
" Baik Tuan " jawab orang tersebut yakin.
Gerald kembali ke dalam mobil nya dan meninggalkan tempat tersebut,ia memutuskan pulang ke mansion,istri cantiknya sudah di sana, Gerald tersenyum simpul membayangkan saat ini ia sudah menikah,dan Syifa lah yang menjadi istrinya,cinta pertamanya, satu-satunya wanita yang menolak ia nikahi, bahkan sejak dulu wanita cantik itu selalu menolak nya.
Di lain tempat...
Mobil yang membawa Syifa baru saja memasuki gerbang megah mansion keluarga Lemos, tepatnya mansion sang mertua, Syifa mengedarkan pandangannya ke sebuah taman yang terlihat begitu indah,di tanami beberapa bunga cantik dan di lengkapi dengan sebuah air mancur kecil di tengah nya,ini kedua kalinya Syifa mendatangi mansion megah itu.
Lima tahun lalu ia datang sebagai teman Gerald dan hanya di depan gerbang,hari ini ia datang sebagai menantu tunggal keluarga itu dan mungkin akan tinggal di mansion mewah itu,mata Syifa mengerjap saat tak sengaja melihat ke arah pos security, membuatnya mengingat kembali kejadian lima tahun lalu dan saat itu juga pipi putih nya bersemu merah.
Syifa menggeleng saat bayangan itu berkelebat di ingatan nya, hingga ucapan sang supir menyadarkan nya dari lamunan yang menurutnya sangat memalukan itu.
" Nona ...kita sudah sampai" ucap supir sopan.
" Baik pak.. terimakasih" jawab Syifa lembut, matanya sembab karena terlalu lama menangis.
Syifa melangkah mendekati sebuah pintu yang tampak menjulang tinggi, mengikuti arahan sang supir,di depan pintu tampak seorang wanita paruh baya yang terlihat tertunduk, mungkin bentuk menghormati nya.
" Bik...ini non Syifa...istri tuan muda,jadi tolong antarkan ke kamar tuan muda" ucap supir yang bernama Samsul pada sang kepala pelayan.
" Oh.. i-ia mang" jawab nya gugup,beliau sangat terkejut dengan berita yang baru saja beliau dengar,bukan karena beritanya saja,tapi sosok yang berada di depan nya saat ini yang juga membuatnya seakan shock.
" Bik..kok malah bengong sih?" tegur mang Samsul pada rekan kerja nya itu karena terlihat bengong.
" Oh.. i-ia mang,mari nona,maaf bibik kurang konsentrasi" ucap bik Jah.
" Iya bik ga apa.." jawab Syifa lembut,langkah anggunnya mengikuti langkah wanita paruh baya yang terlihat membimbingnya.
' Masya Allah...cantik banget sih anak ini,pantes aja tuan muda begitu tergila-gila pada nya, tapi kapan nikah nya ya kok tau-tau udah nikah' batin bik Jah terheran-heran.
Menaiki tangga yang terlihat begitu mewah, Syifa kembali di buat terheran-heran dengan kemewahan rumah sang mertua, walau ia pernah beberapa kali berkunjung ke rumah rekan sang ayah yang terlihat mewah,tapi rumah yang kini ia masuki jauh lebih besar dan mewah.
" Ini kamar tuan muda non, silahkan... kalau non butuh sesuatu panggil bibik aja ya non,non bisa menggunakan itu untuk memanggil para pekerja mansion ini, atau jika nona ingin memesan sesuatu,jadi nona ga perlu repot-repot turun" ucap bik Jah menjelaskan.
" Terimakasih bik " jawab Syifa lembut dengan di sertai sebuah senyuman.
" Maaf apakah non ga bawa barang pribadi?" tanya bik Jah akhirnya, beliau sangat penasaran.
" Belum bik, insyaallah sore atau malam nanti akan di antar supir" jawab Syifa lembut.
" Oh baiklah..nona silahkan masuk,bibik tinggal ya,atau nona ingin memesan sesuatu?" ucap bik Jah sangat sopan.
" Kalau saya ingin dibuatkan jus strawberry boleh tidak bik?" tanya Syifa polos.
" Tentu...tentu saja boleh,nyonya sudah berpesan bahwa nona adalah nona muda di mansion ini,itu artinya nona juga majikan kami,dan ini adalah rumah nona juga mulai saat ini " jawab bik Jah.
" Terimakasih sebelumnya " jawab Syifa tulus.
" Baiklah bibik akan turun, untuk turun jika nona lelah menggunakan tangga nona bisa menggunakan lift yang ada di dekat pojokan itu" ucap bik Jah memberitahukan.
" Ia bik" jawab Syifa seraya mengangguk paham.
Setelah bik Jah benar-benar meninggalkan Syifa di depan pintu kamar yang katanya kamar Gerald,ia melangkah memasuki kamar yang tampak sangat luas dan mewah,walau sedikit ragu,tapi Syifa memasuki lebih dalam hingga ia berada tepat di tengah ruangan,tampak sebuah ranjang king size terhampar mewah,sebuah sofa terdapat di sisi sebelahnya,dan di sisi dekat ranjang terlihat sebuah pintu kaca, yang Syifa yakin adalah ruang walk in closed, karena Syifa tak melihat adanya lemari di dalam kamar tersebut.
Kamar bernuansa abu-abu itu terlihat elegan, menunjukkan bahwa pemiliknya adalah seorang laki-laki, aroma khas parfum sang pemilik kamar menguar memasuki indra penciuman,tanpa di sadari Syifa menghirup dalam aroma khas parfum yang sangat ia kenal, menenangkan.. itulah yang ia rasakan.
Mengalihkan pandangannya, Syifa menuju sebuah pintu geser yang terbuat dari kaca, yang Syifa yakini menuju balkon,dan dugaannya benar,saat pintu terbuka dapat Syifa rasakan sejuk nya hembuskan angin menerpa wajahnya, Syifa mendekati pacar besi yang membatasi balkon,duduk di salah satu kursi yang tersedia di balkon tersebut, Syifa memandang keindahan pemandangan yang tampak dari balkon,taman belakang mansion itu yang di tanami banyak bunga dan pepohonan ,aneka buah-buahan, sungguh memanjakan mata, hingga tak terasa Syifa terpejam dan mungkin tertidur.
Sedangkan di dalam mobil Gerald terlihat tenang mengemudikan sport car mewah milik nya, sesekali ia menarik nafas dalam-dalam, entah apa yang pria muda itu pikirkan.
" Apa mulai hari ini kamu masih bisa menolak ku Nasyifa Zahira?" monolog Gerald seraya tersenyum simpul, matanya fokus menatap jalanan yang mulai memasuki kawasan jalan Tol, hingga keluar dari jalur tersebut dan mulai menjumpai kemacetan ibukota.
30 menit kemudian..
Gerald menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama mansion mewah kedua orang tuanya,tampak salah satu supir keluarga itu berjalan cepat menuju mobil Gerald dan akan memindahkan mobil tersebut ke garasi.
Gerald melangkah memasuki pintu utama dan Tampak bik Jah menyambut nya dengan sebuah senyuman lembut namun tak sedikitpun mengurangi rasa hormat beliau pada pemuda yang berstatus sebagai tuan muda nya tersebut.
" Syifa dimana bik?" tanya Gerald santai.
" Nona Syifa ada di kamar tuan" jawab bik Jah, wanita paruh baya itu baru saja dari kamar sang tuan muda, mengantarkan jus strawberry permintaan Syifa,tapi saat melihat Syifa tertidur di balkon beliau tak berani membangunkan gadis cantik yang terlihat sangat nyenyak itu.
" Anu..non Syifa tidur di kursi balkon tuan" ucap bik Jah memberitahukan, membuat Gerald menghentikan langkahnya melihat wajah bik Jah,guna memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
" Maksud bibik?" tanya Gerald ingin memastikan.
" Tadi pas bibik ke kamar untuk mengantarkan jus strawberry pesanan non Syifa,bibik lihat non Syifa tertidur di balkon,tapi bibik ga berani membangunkan nya tuan, kelihatan nyenyak banget" jelas bik Jah.
" Ada-ada saja dia " ucap Gerald pelan,lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan langkah cepat dan lebar,ia bahkan setengah berlari saat menaiki tangga,segitu khawatir nya kah ia pada Syifa?.
Dengan nafas sedikit memburu Gerald membuka pintu kamar nya, langkah lebarnya menuju balkon dan seketika langkah nya terhenti saat melihat Syifa yang tertidur pulas dengan posisi duduk di kursi balkon,hijab gadis cantik itu terlihat bergoyang di terpa angin,wajah cantik dan polos nya terlihat begitu damai, rasanya Gerald tak ingin melewatkan kesempatan itu.
Gerald mendekat dengan langkah sangat pelan,takut bunyi langkahnya mengusik Syifa,ia berjongkok menatap dalam wajah cantik Syifa yang terlihat begitu damai seperti bayi.
Pelan dan sangat hati-hati, Gerald menyusupkan tangannya di bawah paha dan punggung Syifa, mengangkat gadis cantik itu ala bridal style,seraya memberikan kecupan di puncak kepalanya.
Gerald meletakkan Syifa di atas ranjangnya dengan sangat hati-hati,tak ingin sang istri terbangun,ia memutuskan untuk mandi, karena tubuhnya terasa gerah,mandi di rumah sakit tak membuatnya nyaman.
Namun langkah nya terhenti saat mendengar Syifa yang bergumam dalam tidurnya.
" Ayah...maaf kan Syifa... Bunda.. Syifa ga ngelakuin itu.." lirih Syifa dalam tidurnya,air mata tampak mengalir deras dari sudut matanya,membuat Gerald menatap sang istri dengan pandangan entah.
Gerald melanjutkan niat awalnya untuk mandi.
15 menit kemudian Gerald keluar dengan tubuh yang hanya dililitkan anduk sebatas pinggang hingga lutut,dada bidang nya Ter ekspos jelas, sebelah tangan nya sibuk mengusap rambutnya yang basah dengan sebuah handuk kecil,ia melangkah hendak menuju walk in closed dan saat bersamaan Syifa terbangun.
Aaaaa.
Teriak Syifa histeris seraya menutup mata nya dengan tangannya, sebelah tangan nya lagi sibuk meraih selimut dan menutup wajahnya dengan selimut tebal berwarna putih itu.
"Astaghfirullah....ya Allah ampuni Syifa" ucap Syifa dengan suara bergetar,gadis cantik itu nyaris menangis jika tidak dengan cepat suara seseorang menegurnya.
" Apa sih kamu teriak-teriak...? Aku itu suami kamu,kita sudah menikah" ucap Gerald dingin dengan suara beratnya.
" Alhamdulillah...tapi-tapi kenapa kakak ga pakai baju seperti itu?" omel Syifa berkomentar,membuat Gerald menggeleng.
" Trus aku harus gimana? apa aku harus mandi pakai baju?" tanya Gerald santai.
" Kan bisa bawa baju ganti ke kamar mandi,ga harus keluar ga pake baju gitu,ga malu " omel Syifa lagi.
" Aku ga biasa dan ga bisa pakai baju di kamar mandi, lagi pula kita itu suami istri kenapa harus malu,udah mandi sana" jawab Gerald santai, ia kembali melanjutkan tujuannya untuk menuju walk in closed.
Syifa tak lagi menjawab,ia hanya mendengus mendengar jawaban Gerald,tapi sedetik kemudian ia baru sadar bahwa posisinya saat ini sedang berada di atas ranjang, seingatnya tadi ia sedang menikmati pemandangan indah taman belakang melalui balkon kamar itu.
Reflek Syifa melihat semua bagian tubuhnya " Alhamdulillah..." ucap Syifa penuh dengan nada kelegaan saat melihat penampilan nya masih seperti semula, bahkan hijab nya masih seperti tadi.
"Apa yang kamu pikirkan? Jangan berpikir yang tidak-tidak" ucap Gerald dingin, membuat Syifa terkesiap.
Tak menjawab ia masih berfikir keras dan ia yakin seseorang yang memindahkan nya dari balkon ke kamar itu" kakak yang pindahin Fa dari balkon ya?" tanya Syifa pelan.
" Pekerjaan ku sangat banyak dan lebih penting dari pada harus repot-repot pindahin kamu" jawab Gerald dingin.
Tak menjawab lagi, Syifa menuju kamar mandi,ia ingin mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikiran nya,ia juga belum melaksanakan kewajiban empat rakaat nya dan ia tak berniat untuk mendebat pria yang kini berubah bermulut pedas itu padanya.