Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Jangan Egois!
Arya baru saja selesai menjelaskan pada Keindra tentang rencana pernikahan antara dirinya dan Alsya.
Saat mendengar nya Keindra merasa dirinya terpuruk, baru saja ingin memulai kehidupan baru bersama anak kandung dan wanita yang mulai mengisi hatinya kembali setelah dikecewakan dan dikhianati oleh Gina.
"Inti dari pembicaraan ini, gue harap lo jangan ganggu Alsya lagi untuk ke depannya. Dia calon istri gue, kami udah mengantongi ijin dari Papa. Untuk Ammar, kami sepakat... lo bakal mendapatkan hak lo sebagai Ayah kandungnya. Hanya itu peran Lo, Ayah biologis dari Ammar!"
"Apa Alsya benar-benar menerima lo... Ar?" Keindra masih belum percaya, pasalnya baru beberapa waktu lalu Alsya menolak Arya hingga ia pikir dirinya mempunyai kesempatan.
"Kita tunggu dia ngomong sendiri, biar lo percaya. Lagian... lo nggak berhak marah sama gue, Kei! Gue nggak menikung atau merebut Alsya dari Lo! Gue lebih dulu bertemu Alsya dalam artian sebenarnya... meski lo lebih dulu punya hubungan sama dia karena kejadian penjebakan!"
Keindra terdiam, dia juga sadar sepenuhnya jika dirinya tak punya hak untuk marah.
"Lo terlambat, Kei! Bukan hanya satu atau dua tahun... tapi 8 tahun! Lebih dari terlambat, jika lo ingin bertanggung jawab pada Alsya dengan menikahi nya sekarang! Lagipula, kalo Gina nggak ketahuan mengkhianati lo... saat fakta terungkap tentang Alsya, gue yakin lo akan tetap memilih Gina daripada Alsya! Sekarang Lo pengen nikah sama Alsya.... karena gada pilihan lain. Coba kalo lo masih sama Gina, masih cinta mati lo sama dia dan Alsya nggak akan ada artinya sama sekali di mata lo!"
Keindra menghela nafas kasar, memang ada benarnya. Jika rumah tangganya dengan Gina masih baik-baik saja, tentunya dia tidak akan terpengaruh dengan keberadaan Alsya karena dia akan setia pada Gina. Mungkin ia hanya akan terpengaruh dengan kehadiran Ammar.
Tok
Tok
"Ini aku, Alsya."
"Masuk, sayang..."
Jantung Keindra terasa teriris mendengar panggilan lembut dari Arya pada Alsya, ada yang sakit namun tak berdarah.
Alsya melenggang masuk setelah menutup pintu, ia duduk di samping Arya. Keduanya langsung bergenggaman tangan, seakan ingin mempertegas hubungan mereka di depan Keindra.
Jantung dan mata Keindra benar-benar ternistakan, ia mencoba mengontrol emosinya.
"Sayang, Kei bertanya pada Mas... katanya kamu emang beneran mau nikah sama Mas."
Alsya semakin mempererat genggaman di tangan mereka, ia sebenarnya masih merasa marah sekaligus takut bila berhadapan dengan Keindra. Saat dinodai dirinya hampir kehilangan kesadaran, namun rasa sakitnya saat dis3tubuh1 Keindra masih menancap di hatinya.
"Tuan Kei, memang benar... saya ingin menikah dengan Mas Arya."
"Kenapa? Aku mendengar sendiri, kau menolak lamaran Arya beberapa waktu lalu di dalam kamarmu... aku mengikuti Arya saat itu dan tak sengaja mendengarnya!"
"Memang benar saya menolak Mas Arya, bahkan bukan kali itu saya menolak pria sebaik dan setulus dia. Itu untuk ketiga kalinya saya menolak lamaran Mas Arya... Anda tahu alasan kenapa saya selalu menolak lamaran Mas Arya padahal dia adalah orang baik? Semuanya karena saya trauma pada laki-laki, itu karena perbuatan Anda!"
Keindra terperanjat, Pria itu menelan s4liva dengan susah payah. "Alsya... sa-saya tahu saya juga bersalah padamu. Seharusnya 8 tahun lalu, aku mencarimu tapi aku terlalu pengecut. Aku takut Gina meninggalkan ku saat dia tahu aku meniduri wanita lain di malam sebelum pernikahan kami, aku takut... dia tak terima aku bukan perjaka lagi. Sialnya! Semuanya sia-sia, karena dia lah dalang dari penjebakan padaku!"
Alsya sudah mendengar penjelasan dari Tuan besar, dia juga sangat marah pada Gina dan teman-teman Keindra. Bahkan Arya mengatakan akan menuntut balas pada mereka, setelah teman-teman Keindra keluar dari rumah sakit Arya berjanji akan memenjarakan mereka.
"Aku akan menuntut mereka atas yang terjadi padaku, termasuk istri Anda Tuan Kei."
"Gina hanya istriku secara hukum, secara agama kami sudah bercerai. Mengenai kau ingin menuntut mereka, silahkan. Apa kau juga akan menuntut ku?"
"Saya masih memikirkan Ammar, apa jadinya saat dia tahu Ayah kandungnya dipenjara karena menodai ibunya sendiri... lalu ia tahu jika dirinya dilahirkan hasil dari pemerk0saan. Lagipula, disini Anda juga adalah korban dari mereka... meskipun di mata saya Anda tetap lah seorang pelaku."
Keindra mengangguk, "Jadi kamu tetap akan menikah dengan Arya dan menolakku karena kamu belum bisa memaafkan perbuatan ku padamu."
"Saya sudah memaafkan perbuatan Anda, Tuan Kei. Tetapi... memaafkan bukan berarti bisa melupakan. Bahkan saya sudah bisa membayangkan, jika kita benar-benar menikah lalu setelahnya ketika Anda ingin menyentuh saya... saya akan menggigil ketakutan karena teringat kembali tragedi itu. Mungkin kejadian malam itu, adalah penjebakan bagi Anda dan Anda hanya merasa marah. Tapi bagi saya... malam itu adalah sebuah tragedi yang merubah hidup saya! Anda tak akan bisa merasakan kepahitan hidup saya selama 8 tahun ini serta bagaimana terlukanya hati saya sebagai seorang ibu... saat Ammar diteriaki anak haram!!!"
Tiba-tiba suara Alsya meninggi, tubuh wanita itu bergetar hebat. Segala rasa sakit yang ia pendam selama 8 tahun ini akhirnya jebol juga.
"Sayang! Tenang! Ayo ke kamar mu!" Arya panik melihat Alsya memegangi dadanya sendiri karena dadanya sesak.
"M...as... sakit..." Alsya berpegangan erat pada Arya dengan wajah memucat.
Keindra ikut panik, dia bangun dari duduknya berniat ingin membantu namun Arya sontak menatap tajam padanya.
"Jangan dekati Alsya! Lo sekarang tau kan, bagaimana keadaan mentalnya!? Jangan egois dengan hanya memikirkan dirimu sendiri! Sudah untung... Alsya tidak gila karena lo!!" Arya mengangkat tubuh Alsya yang sudah lemas dengan menggendong bridal, nafas wanita itu sudah tersendat-sendat seperti kehabisan nafas.
Dengan wajah panik Arya keluar, ia berteriak. "Telepon Dokter Elise! Cepat!!!" titahnya pada para pelayan.
"Sya... jangan begini... ka-kamu menakutiku!"
Alsya sudah menutup matanya, tangan wanita itu terkulai lemas.
__
Terima kasih semuanya dukungan nya😘
sebentar LG kekacauan di mulai 😡
pengen ngelus rahangnya akohhhhhh😩😩