NovelToon NovelToon
AKU TAK MANDUL

AKU TAK MANDUL

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Cerai / Pelakor / Angst / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:674.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Dae_Hwa

DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.

Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.

Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.

Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.

Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ATM32

"Apa maksud dari perkataan mu barusan, Mbak? Kamu menuduh ku hamil anak orang lain? Jangan asal bicara ya, Mbak!" Telunjuk Tuti mengacung di depan wajah Hana.

Wanita itu berang saat Hana meragukan benih yang tertanam di rahimnya.

"Aku tidak akan asal bicara jika lawan bicara ku merupakan wanita baik-baik. Sayangnya saat ini aku tengah berbicara dengan wanita yang harga dirinya berada tepat di bawah telapak kaki ku. Kau berharap aku akan bersikap seperti apa? Memberimu ratusan pujian? -- Aku tau seluk beluk mu, Tuti. Pergaulan mu yang liar itu, wajar jika aku berpikiran yang tidak-tidak kan?" Hana menarik sudut bibirnya.

"Aku bukan wanita baik-baik katamu, Mbak? Lantas disebut apa dirimu? Kabur dari rumah dan entah menginap dimana, lalu sekarang mengatakan kau tengah hamil? Apa kau yakin itu anak suami ku? Ah ayolah, Mbak. Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak! Minimal bercermin lah, kau saat ini sangat mirip dengan seorang jalang! Ah, malang sekali nasib anakmu kelak, akan memiliki seorang ibu yang merupakan wanita jalang. Aku berdoa semoga anakmu laki-laki, Mbak. Kasihan jika sampai kau melahirkan anak perempuan, pasti anakmu akan meniru kelakuan mu juga. MENJADI JALANG!"

PLAK!

Bola mata Tuti membeliak. Rasa panas pasti kini sudah menjalar di pipinya akibat mendapat hadiah lima jari dari Hana.

"K-kau?! Berani menampar ku?!" jerit Tuti.

PLAK!

Sekali lagi, sebuah tamparan keras mendarat mulus di wajah Tuti.

"Jika itu menyangkut tentang anak ku ... jangankan menamparmu, melenyapkan mu dari bumi ini pun aku sanggup!" Hana menatap nyalang.

Tuti mengusap kedua pipinya, ia meringis kesakitan. Bola mata wanita itu bergetar, mimiknya pias dan ciut saat Hana maju selangkah.

Hana mencengkram erat dagu Tuti. "Kau tenang saja, Tuti. Aku tidak tergiur dengan uang suami mu. Aku tidak seperti mu yang harus membuang harga diri dengan merebut suami orang lain, demi mendapatkan nafkah untuk anak haram yang kau kandung! Kau butuh suami? Ambil lah, aku sedekahkan untukmu. Kau butuh uang untuk menafkahi anakmu kelak? Silahkan poroti uang lelaki yang tak seberapa itu. Aku sangat sangat sangaaaaat ... TIDAK TERTARIK!"

Di hempasnya dagu Tuti dengan kasar, segera Hana menegakkan kedua pundaknya. Wanita itu melangkah, menerobos rintiknya hujan menuju ke parkiran yang disusul oleh David dan Gavriil.

Sedangkan Monica, wanita itu tak hentinya menatap tajam wanita yang sudah tega merebut suami dari sang sahabat.

PLEK! Segumpal ludah membasahi wajah Tuti.

"Sebusuk-busuknya tong sampah, lebih busuk lagi hati orang yang selalu iri, doyan mengurusi hidup orang lain dan selalu ingin menjatuhkan orang lain. Padahal, orang yang ingin dijatuhkan itu tidak pernah mengganggu hidupnya sama sekali. Kau tau apa yang lebih busuk dari sampah? Kau, Tuti, kau!" hardik Monica.

Setelah menyampaikan apa yang ingin ia katakan, Monica lekas menyusul teman-temannya, masuk ke dalam mobil.

Kendaraan roda empat itu mulai melaju dengan kecepatan sedang, David fokus menyetir.

Sementara Monica, wanita itu tengah memeluk tubuh Hana yang mulai berguncang. Hana menangis sejadi-jadinya, hanya kepada mereka bertiga lah wanita itu sanggup menunjukkan titik terendah dalam hidupnya.

Sedangkan Gavriil, pria yang duduk di kursi samping kemudi itu memejamkan kedua matanya. Dadanya sesak mendengar tangisan Hana yang terdengar pilu. Melihat wanita yang sudah lama bertahta di hatinya itu tengah menderita, seolah ada yang tercabik-cabik di dalam dada pria itu.

'Sedalam ini kah cinta ku padamu, Hana? Dan, sedalam itukah cintamu untuk Damar?'

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Gavriil mengendarai mobil barunya dengan kecepatan sedang, pria itu tengah menuju ke sebuah rumah sakit tempat ia bekerja.

Wajah tampan nya terlihat sembab, sepanjang malam ia memang sulit terlelap. Bahkan kini ia menyetir dalam kondisi kantuk datang menyergap.

Selagi berkendara, mobil Gavriil kebetulan melintas di sebuah kedai lontong favorit tempat ia dan Hana dulu sering sarapan setiap minggu pagi.

Bola mata pria itu melirik kedai tersebut sembari memikirkan Hana.

"Dia udah sarapan belum ya? -- Mengingat kondisinya semalam, pasti dia kagak selera makan," gumam Gavriil seorang diri. "Apa gue beliin lontong aja kali ya?"

Gavriil menepikan mobil nya ke pinggir jalan, lalu memundurkan roda empat itu tepat di depan kedai. Dari sebalik kaca, lama dipandangnya ibu tua yang tengah memotong-motong lontong.

"Ah enggak-enggak! Norak amat gue pagi-pagi dateng tiba-tiba bawa lontong buat bini orang. Cinta cinta juga, tapi harga diri tetap kudu wajib ada!" Gerutu pria itu sembari menginjak pedal gas mobilnya.

Mobil kembali melaju dengan kecepatan rendah, dengan pengendara yang terlihat gelisah.

Namun, beberapa menit kemudian ....

"Kuahnya campur, Nak Gavriil?" tanya Ibu tua yang tengah memotong lontong.

"Pisah aja, Bu." Gavriil memasang wajah cool.

Padahal di dalam hatinya, pria itu tak hentinya berteriak. 'KAU MEMANG GAK ADA HARGA DIRI, GAVRIIIIIIIL ...!'

Setelah membeli sarapan untuk Hana, mobil pria itu kembali melaju menuju ke kediaman cinta pertamanya itu.

Tak banyak jarak yang ditempuh, karena tempat tinggal Hana yang baru memang tak jauh dari apartement nya. Kini roda empat itu sudah tiba di depan rumah petak bernuansa hijau pekat.

Sudah sepuluh menit mesin mobil itu padam. Namun, Gavriil tak kunjung keluar dari mobilnya. Pria itu justru menatap lekat Hana yang tengah asyik mengobrol dengan pedagang sayur keliling.

"Tapi, saya baru lihat Neng di rumah ini, penghuni baru?" tanya Akang sayur.

"Iya, Kang. Belum lama pindah, saya juga liat akang baru nih hari. Apa kemaren-kemaren kagak jualan?" tanya Hana.

"Kemarin pulang kampung, Neng. Omon-omon, sepi amat rumahnya, Neng? Keluarga pada kerja atau gimana?" Kang sayur celingak celinguk.

"Saya tinggal sendirian, Kang." Jawab Hana sambil memilih-milih sayuran yang akan ia beli.

"Sendirian? Gak takut emangnya, Neng?" tanya pria berjanggut panjang itu dengan mimik serius.

"Takut apaan emangnya, Kang." Jemari Hana berhenti memilih sayuran.

Pria janggutan berkaos kuning itu menggaruk-garuk kepalanya.

"Itu ... konon katanya ... ada mahluk menyeramkan di rumah yang Neng tempati sekarang," ujar pria itu.

"Ah, yang bener, Kang?" Hana terlihat gelisah, wanita itu memang takut dengan hal-hal mistis.

"Beneran, Neng! Makanya, rumah petak lainnya banyakan kosong kan?" Kang sayur memastikan.

"Ih, iya bener. Di sebelah kontrakan saya juga kosong. Duh si Akang ini, jadi takut saya mah. Padahal selama beberapa hari tinggal di sini, gak pernah ada yang aneh-aneh," tutur Hana.

"Ya wajar atuh, Neng. Itu mahluk, nongol nya di saat bulan purnama aja," jawab pria itu.

Hana tersentak, matanya membulat sempurna.

"Bulan purnama? Malam ini dong berarti?" suara Hana bergetar.

Pria itu mengangguk sambil menatap Hana lekat-lekat.

"Ti-ati, Neng!"

Hana mengangguk cemas, lekas ia membayar belanjaannya dan segera ia melangkah, hendak masuk ke pekarangan rumah.

Di dorongnya pagar putih yang menjadi pembatas rumahnya dengan area luar. Namun, seorang pria baya terjatuh tepat saat pagar di dorong kuat.

"Pak?! Aduh maaf, Pak. Saya nggak sengaja." Hana panik saat melihat induk semang tersungkur.

Pria baya itu lekas berdiri sembari mendengus kesal. Di tatapnya Hana dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan tatapan yang, entahlah.

"Masuk lah," ucap pria baya itu.

Hana mengangguk dan lekas melangkah. Hatinya terus-terusan bergumam. 'Bapak itu sejak tadi menguping ya?'

Selagi Hana melangkah, pria baya itu menatap bokong Hana yang megal-megol.

"Mbak Hana!" teriak pria baya itu saat Hana sudah di ambang pintu.

Hana berbalik badan, menatap pria baya itu takut-takut. Firasatnya tak enak.

"Iya, Pak?" Hana berusaha mengulas senyuman.

Induk semang itu menatap Hana lekat, tapi, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari pria itu. Hanya saja, langkah kaki nya yang semakin mendekat.

"Han! Emak Bapak lo ini suruh ngantarin lontong!" celetuk Gavriil yang muncul tiba-tiba di ambang pagar. Membuat langkah kaki sang induk semang berhenti.

Hana masuk ke rumah dan lekas mengunci pintu begitu lontong yang di bungkus dengan kantong hitam itu berada dalam genggamannya.

Sementara di luar, Gavriil dan induk semang saling beradu tatap.

"Hey, Nak, kemari lah!" gumam pria itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam kian larut, bulan purnama semakin menunjukkan kesempurnaan nya pada bentangan langit luas. Hamparan bintang yang berkilau semakin menunjukkan betapa indahnya ciptaan yang ESA.

Hana sejak tadi duduk di tepian jendela yang sedikit terbuka, ia tak bisa tidur dan memilih mengamati pekarangan rumah. Hembusan angin membelai wajah wanita itu, meninggalkan rasa dingin. Udara malam yang yang semakin menyeruak masuk, langsung membuat bulu-bulu halus Hana meremang.

Sekelebat bayangan hitam melintas di depan jendela. Hana tersentak dengan dada yang berdegup kencang. Wanita itu lekas menutup jendela dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Sesaat, suasana begitu sunyi. Namun, tak berselang lama, bunyi-bunyi aneh muncul dari jendela ruang tamu.

Hana semakin gelisah, kaki nya bergetar hebat. Mulutnya tak henti merapal doa.

Konyolnya, meski tengah dilanda rasa takut, Hana memilih mendekati jendela tersebut. Walau sudah menggigil, ia tetap melangkah. Disingkap nya kain gorden yang menutupi kaca jendela.

Hana tersentak, tubuhnya kian menggigil, bibirnya semakin bergetar.

"Huwaaaaaaaakh ...!

BRUGH!

Hana terkulai lemas tak sadarkan diri di atas lantai.

Ia tak sanggup menatap mahluk yang menyeramkan yang menampakkan diri. Mahluk berwajah putih dengan goresan hitam di kelopak mata, mulutnya tengah menganga lebar menunjukkan puluhan giginya yang panjang dan runcing.

*

*

*

Selamat membaca 👻👻👻

Sebenarnya bab ini akan Author rilis pas maljum 🤭 tapi, ternyata gak tepat waktu👻

Jangan lupa ya tinggalkan jejak cinta kalian berupa like & komentar di karya ini 👻

Yang ingin memberikan apresiasi, bisa melalui gift, vote & juga permintaan update ya 🤸🤸🤸

1
elizabeth erni riyanti
Menarik 👍
Dae_Hwa💎: Terimakasih 💖
total 1 replies
Healer
kan bole cek ke dokter
Sisca Yakub
seru
awesome moment
hdh...ulet keket nimbrung bae
Adifa Khanza
bagus keren
Adifa Khanza
oke ceritanya ada lucunya jg. suksesya/Good/
Dae_Hwa💎: Terimakasih 💖
total 1 replies
awesome moment
mandi koq sambil makan
awesome moment
boooommmmm
awesome moment
bnr2 y. gav, tu cewek bisa menggila lho
awesome moment
adu tik tak n. candy sm vania. hana jd penonton
Luchi Chipoedanz Sihite
hana yg b***k
Dae_Hwa💎: sabar 🤣
total 1 replies
Fitri Irmawati
ich suka q kyk gini🤣🤣🤣Hana your the best😘
awesome moment
candy jd tim hagarv n
awesome moment
sukun lg dukun lg
awesome moment
mampphhhooosssss
awesome moment
damar kn yg kosong😝😜😝😜
awesome moment
wkwkkwkwk...bisa ngabrut n
awesome moment
keyen kan? lgs jadi
awesome moment
bggooosss lanjyt buang tu mokondo
Luchi Chipoedanz Sihite
Luar biasa
Dae_Hwa💎: Terimakasih 💖
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!