Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mabuk (18+)
Kejadian ini sangat membuat Arya marah tak terkendali. Dia tidak perduli berapa banyak orang yang melihat semuanya, hatinya kesal, marah penuh emosi yang tidak terbendung lagi serasa ingin meledak-ledak.
Rara sangat tidak tega melihat kakaknya seperti ini, Dipermalukan begitu saja oleh orang yang dicintainya, padahal dia sudah susah payah membuat malam seromantis mungkin.
Vika juga sama, dia merasa kasihan melihat bosnya frustasi, padahal dia tau betul perasaan Arya ingin membuat surprise untuk Chika seperti apa.. Namun, tidak ada yang bisa kedua gadis itu lakukan selain mematung menyaksikan pria malang nan menyedihkan itu terus saja meneguk beberapa botol minuman yang ada dihadapannya
"Ra. Kamu samperin Chef Arya sana, gawat nanti dia bisa gak sadar kalau terus minum!" Vika khawatir bukan pada Arya.. tapi pada keluarga Rara yang kalau tau tulang punggung mereka serapuh ini.
"Aku takut Vi! Mana dia lagi megang botol lagi, kalau tiba-tiba emosi sama aku gimana?"
"Kamu mikirnya kejauhan. Mana mungkin lah dia celaka in adiknya sendiri"
"Tapi kan dia lagi gak sadar.. gimna kalau kamu aja" Rara langsung mendorong tubuh Vika agar mendekat pada Arya, sedangkan dirinya bersembunyi di balik punggung sahabatnya
Vika dengan mata yang terbelalak terkejut karena kini tubuhnya tinggal beberapa jengkal saja dari pira yang hampir tidak sadarkan diri itu.
"Rara!! Kenapa harus aku?" Vika mengerem tubuhnya agar tidak mengenai Arya
"Please! Kamu aja ya kasihan tuh kak Arya, mungkin kalau sama orang lain dia bisa mencurahkan kepahitan hatinya" Rara mendramatisir agar Vika mau menolong kayaknya
"Ya udah deh aku coba" Vika menghampiri pria itu perlahan dengan rasa takut yang sama seperti Rara juga, lalu duduk di sebelahnya walaupun kedua kaki dan tangannya sedikit bergetar namun demi sahabatnya dia mau melakukan itu
"Cinta memang layak diperjuangkan, tapi dia tidak berarti apa-apa jika yang berjuang hanyalah seorang saja" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Vika, namun siapa sangka pandangan Arya langsung beralih pada dirinya
"Aku memiliki seribu alasan untuk bersamanya, But why? dia malah memiliki seribu satu alasan untuk tidak bersamaku." dengan suara ciri khas seseorang yang sedang mabuk tapi masih terdengar dengan jelas Betapa sakit hatinya saat ini
"Semua butuh waktu. Mungkin Chika belum siap untuk menerima dirinya jadi Seorang Istri. Dan bukan berarti dia ingin meninggalkan, Chef!!"
"Bertahun-tahun aku bersamanya dan selama itu juga dia tidak mau mengerti, aku terus berusaha untuk selalu mengalah dan memberikan pilihan terbaik pada hubungan kami. Walaupun harus menyembunyikan status pernikahan itu nantinya, Jika dia benar-benar tidak mau hubungan kita terekspos!!" Arya menjatuhkan kepalanya di atas meja sambil terus memutar-mutar botol minuman yang baru di tangannya
Kasihan sekali chef Arya, di dalam Hatinya dia sangat mencintai Chika, tapi kenapa gadis itu gak mengerti perasaannya. aku aja yang bukan siapa-siapa bisa lihat ketulusan dia
"Mungkin dia juga belum siap kalau jadi seorang ibu. Chika kan model terkenal. Dan perjalanan karirnya masih panjang. Apalagi sepertinya dia memang sangat cinta pada pekerjaannya" Vika masih terus berusaha agar Arya tidak terlalu memikirkan kejadian tadi. Memang dia sendiri sangat gemas melihat perilaku Chika barusan tapi mau bagaimana lagi. Bukankah cinta dibangun oleh dua orang yang saling berkomitmen, agar bisa sama-sama mengerti keinginan dan penolakannya masing-masing!
"Aku tidak pernah menuntut dia untuk menjadi seorang istri walaupun kami sudah menikah nantinya, aku masih membebaskan semuanya untuk Chika, tapi aku juga ingin membahagiakan nenek dan ibuku yang selalu menuntut pernikahan setiap saat" Arya berbicara dengan apa yang ada di dalam hatinya, karena keadaannya saat ini dia tidak bisa mengontrol perkataan yang sebenarnya orang lain tidak perlu tahu
"Saya mengerti, mungkin benar apa yang Chika katakan. Chef sebaiknya bicarakan lagi nanti setelah semua membaik" Vika kemudian berdiri. Dan menurutnya ini sudah cukup karena melihat Arya yang mulai sedikit tenang bisa mereka tinggalkan. Tapi pria itu menarik tangannya untuk duduk kembali
"Jangan Pergi, temani aku disini" Arya menggenggam tangan Vika sekuat mungkin agar gadis itu tidak pergi
"Tapi Saya besok harus kembali bekerja Chef!" Vika berusaha menepisnya tapi tenaga pria itu lebih kuat sehingga sia-sia
"Aku akan memberikan cuti untukmu, dan akan memberikan uang berapapun yang kamu inginkan" kini Arya semakin mabuk sampai tak sadar kalau dia terus memeluk tangan Vika
Rara yang saat itu masih setia berdiri bersama mereka memberikan solusi agar pulang bersama saja, namun Arya terus menolak dan Vika pun tidak setuju dengan usulan sahabatnya, karena nenek ataupun ibunya akan merasa cemas melihat keadaan Arya yang seperti ini. Jadi, Vika menyuruh Rara pulang sendiri dan tidak perlu mengkhawatirkan kakaknya, karena dia akan mengantarkan pria yang sudah mabuk berat itu ke apartemennya saja.
Ketika Rara sudah berpamitan kepada keduanya Vika pun ingin mengantar Arya tapi dia masih terus meneguk minuman sambil mengoceh entah kemana arah pembicaraan mereka. bahkan sekali-kali memaksa Vika untuk meneguk Minuman juga, padahal sudah ditolak tapi dia terus-menerus memohon untuk di temani minum, Mau bagaimana lagi Vika terpaksa meneguk walaupun hanya sedikit, daripada Arya berulang-ulang melontarkan kalimat yang sama dan membuatnya lama lagi untuk meninggalkan tempat itu, Tapi untung saja tidak membuat Vika mabuk karena benar-benar hanya sedikit
"Chef, sebaiknya sekarang saya antar pulang" Vika memapah Arya yang bangkit dari kursinya, menuruti gadis itu. Tapi tetap masih saja menggenggam botol minuman tadi "saya tidak bisa mengemudi Jadi kita pakai taksi saja"
"Kenapa harus repot, aku bisa mengemudi" Arya, yang di papah Vika jalan sempoyongan memaksa agar mereka naik mobil pribadi saja, namun Vika tidak mau. Dalam keadaan seperti ini Arya harus mengemudi? yang ada nanti malah pulang ke rumah sakit
"Tidak.. tidak! itu tidak baik. Pokoknya sekarang Chef turuti apa yang saya katakan" Vika menghentikan sebuah taksi dan mendorong Arya masuk ke dalam mobil tersebut, tak luput dia juga memberikan alamat apartemen Arya yang baru saja dia dapat dari Rara lewat chat di ponselnya
Mobil terus melaju dalam kecepatan sedang menerjang gelapnya malam , sementara Arya yang masih dengan mabuk beratnya, sama sekali tidak melepaskan tangannya dari pinggang Vika, berkali-kali gadis itu menepis karena tidak nyaman, namun pelukannya malah semakin erat bahkan kepala Arya kini dibenamkan ke dada empuknya Vika
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang,! pria ini sangat manja ketika dia sedang Rapuh, tapi aku juga tidak bisa membiarkan dia terus-menerus memelukku.
"Kenapa aroma tubuhmu sangat lembut" tiba-tiba Arya mengatakan hal yang menurut Vika sangat sensitif diucap depan orang lain yaitu supir taksi
"Aku tidak suka parfum karena itu membuat kehidupanku semakin boros, tidak ada parfum yang aku pakai" cetusnya karena tidak enak ketika driver itu meliriknya
"Kau tahu, sudah lama kamu menjadi karyawanku tapi baru sekarang aku melihat Kamu terlihat cantik dengan make up dan dress seperti ini" Arya menelusuri tangannya di wajah Vika dengan mata yang sudah tau arahnya kemana
Memang kesehariannya Vika selalu memakai jeans kalau mau ke kampus. Dan untuk rok, dia juga hanya seragam restoran saja. Maka dari itu hari ini dia terlihat beda, dengan menggunakan dress di atas lutut serta variasi bagian bahu yang terbuka membuat terekspos bagian atas dadanya
"Chef tolong jangan seperti ini" Vika berbisik agar supir taksi itu tidak mendengar, lagipula dia tidak mau kalau Arya melebihi batasannya dalam keadaan tidak sadar.
sepanjang perjalanan walaupun Vika terus menyingkirkan tangan Arya tapi pria itu terus berulah, bahkan semakin Vika melarang, dirinya makin menjadi. Tangannya menjalar ke bibir, dada dan sampai di bagian sensitif gadis itu.
"Chef cukup ini sudah kelewat batas" Vika menyingkirkan tangan kekar itu yang tidak berhenti menjamahnya dengan kasar "ada orang lain yang melihat ini" dirinya pun semakin kesal dengan sedikit meninggikan nada bicaranya, tapi orang yg tengah dia marahi terus menerus melakukan hal yang sama dengan tawa bahagia.
***
Tak selang beberapa lama sampailah mereka di apartemen, dan untuk memastikan kalau Arya baik-baik saja Vika harus memapah sampai ke kamar walaupun perasaannya tidak nyaman berada di kamar pria, tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak bisa meninggalkan Arya begitu saja dalam keadaan rapuh seperti ini.