Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kamar Annisa
...Ikhlas itu seperti ; Kamu merawat kepompong sampai menjadi kupu-kupu. Meski kamu tahu semua yang bersayap akan selalu terbang....
...🍁...
Entah perasaan apa, namun Annisa juga merasa tenang dan teduh memeluk Yasmine yang berada dalam pangkuannya.
Setelah Yasmine tertidur, Abi Ali memilih untuk masuk ke dalam, membiarkan ketiganya untuk sejenak menenangkan diri juga. Namun masih di temani Amir dan dua pengasuh Yasmine.
Karena Abi Ali tidak memperbolehkan Annisa dan Emran hanya berdua saja, meski sesungguhnya mereka ber tiga dengan Yasmine yang tertidur pulas.
Hening.
"Tuan , Em . Maaf. Apa boleh Yasmine menginap disini untuk malam ini" Pinta Annisa dengan ragu.
Jujur sebenarnya Annisa tidak memiliki cukup keberanian untuk meminta hal itu pada Emran, Annisa cukup tahu bagaimana karakter Emran.
Terlebih bagaiman Emran menjaga Yasmine, sudah dapat di pastikan jika Emran tidak akan mengizinkan ya.
Namun Annisa hanya berfikir, setidaknya dia mencoba.
"Ya. " Jawab Emran singkat
Mendengar hal itu Annisa membulatkan kedua matanya. Tidak ada sanggahan dan tidak ada penolakan dari mulut Emran, dia hanya begitu saja mengiyakan permintaan Annisa.
"Terimakasih tuan" Ucap Annisa dengan suara lembut, dan binar bahagia menghiasi wajah cantiknya.
"Dengan satu syarat " Ucap Emran dengan suara dingin.
Annisa tampak menautkan kedua alisnya bersamaan, sehingga menampakkan guratan halus di keningnya yang mulus tersebut.
"Biarkan Asih dan rekannya menginap di sini juga " Ucap Emran.
Annisa hanya menatap heran pada Emran dan tidak memberikan respon jawaban.
"Tidak usah berfikir macam-macam, aku hanya tidak ingin kau kerepotan mengurus Yasmine, sementara kau besok akan menikah" Ucap Emran
Deg.
Mendengar hal itu, entah mengapa Annisa merasakan getaran dalam hati. Tidak pernah sebelumnya Annisa merasakan hal seperti itu.Namun Annisa memilih untuk tetap Abai.
Sejenak menatap lekat wajah laki-laki yang merupakan Ayah dari gadis di pangkuannya, meneliti kebenaran dari apa yang dia ucapkan, namun sadar itu bukan sebuah tindakan yang di benarkan, Annisa segera Menundukkan pandangan dan kembali fokus pada Yasmine.
"Tentu saja tuan , mereka bisa menginap di sini" Jawab Annisa kemudian.
Emran tampak bernafas lega mendengar jawaban Annisa. Annisa pun demikian, sebelumnya Annisa sempat berfikir jika Emran tidak mempercayainya untuk menjaga Yasmine, namun nyatanya justru Emran mengkhawatirkan dirinya.
Emran memang tidak ada niatan untuk menginap di kediaman Abi Ali dan Annisa tersebut, jadi dia hanya memintakan izin untuk dua orang pengasuh putrinya saja. Sementara dia dan Amir akan tidur di hotel terdekat.
Bergegas Emran meminta pada Amir untuk menyiapkan mobil, karena Emran akan segera undur diri, meninggalkan kediaman Annisa.
Sementara itu Kedua pengasuh Yasmine telah di ajak masuk oleh Aisha untuk menuju kamar sementara untuk keduanya, selama menginap.
Melihat hal itu , Annisa pun merasa dirinya juga perlu untuk segera bergegas membaringkan Yasmin di tempat tidur, agar tidurnya lebih nyaman.
Annisa bergegas untuk bangkit dari duduknya, dengan susah payah sambil menggendong Yasmine
"Auch" Suara Annisa memekik menahan rasa sakit.
"Kau kenapa ?" Tanya Emran dengan menautkan kedua Alisnya, seperti biasa meski panik, namun Emran tetap melemparkan tatapan dingin pada Annisa.
"Kakiku kesemutan " Lirih Annisa dengan menahan rasa sakit yang begitu menyakitkan.
Tidak menunggu lama Emran langsung meraih tangan Annisa, Awalnya Emran ingin menolong Annisa namun dia menolak, dan akhirnya Emran memilih untuk mengambil alih Yasmine dari gendongan Annisa.
"Dimana kamarmu ?" tanya Emran dengan suara dingin
"Apa ?" jawab Annisa dengan menatap tajam Emran, Bukan menjawab Annisa justru balik bertanya.
"Kenapa tuan bertanya dimana kamar saya ?" Ucap Annisa dengan polosnya.
"Kau tidak perlu berfikir lebih jauh, aku menanyakan hal itu, hanya untuk membaringkan putriku" Ucap Emran masih dengan suara dingin.
Mendengar hal itu, Annisa hanya mengatupkan kedua bibirnya, menyadari kesalahannya karena telah berprasangka buruk pada laki-laki di hadapannya.
"Baiklah, ikuti saya tuan" Ucap Annisa seraya berjalan mendahului Emran.
Emran pun hanya mengekor langkah Nissa yang berjalan di depannya.
Annisa berjalan sedikit lambat, terlebih langkah kakinya memang kecil, berbeda dengan Emran yang memiliki kaki jenjang, satu langkah Emran bisa dua kali langkah Annisa, selain itu juga karena Annisa masih merasakan sakit karena masih sedikit nyeri akibat kesemutan sebelumnya.
Sepanjang kiri dan kanan Yang di lalui Emran dan Annisa, banyak saudara Annisa yang berada di sana, menatap ramah pada Emran. Tidak jarang sesekali mereka melemparkan senyuman pada Emran, yang seketika dibalas anggukan kepala oleh Emran.
Beberapa dari mereka sibuk menyiapkan acara untuk besok pagi, karena memang kebiasaan dan tradisi di kampung Nissa yang masih mengutamakan gotong royong keluarga dan tetangga, terlebih banyak santri pula yang ada di sana, sehingga banyak tenaga yang ikut membantu.
Banyak hidangan yang rencananya akan di siapkan, meski tidak banyak tamu undangan, namun para santri tetangga dan saudara saja rasanya sudah cukup akan membuat ramai suasana esok hari.
Tatapan penuh damba yang banyak di perlihatkan para gadis yang malu malu tapi mau pada Emran, sedikit membuat Emran merasa risih. namun Emran berusaha tersenyum ramah dan tidak menanggapi hal tersebut.
Tidak butuh waktu lama, keduanya telah sampai di ambang pintu kamar Annisa
Annisa segera membuka pintu kamar tersebut, dan mempersilahkan Emran untuk masuk, dan membaringkan Yasmine di tempat tidurnya.
Kesan pertama saat Emran masuk kedalam kamar tersebut adalah, Tidak luas, tidak juga mewah, namun begitu rapi dan bersih, terlebih ruangan tersebut begitu harum dengan banyaknya hiasan bunga-bunga segar didalamnya.
Entah mengapa Emran pun merasa nyaman berada di ruang sempit tersebut.
Ruangan yang lebih tepatnya Kamar pengantin yang merupakan milik Annisa dan nantinya akan menjadi milik calon suaminya juga.
Tempat dimana kedua pasangan tersebut akan memadu kasih, menikmati indahnya malam panjang hanya berdua, penuh cinta dan tanpa air mata. Mungkin itu salah satu pemikiran yang muncul dalam otak Emran saat ini.
Ruangan yang Seperti memang telah di dekor oleh seseorang untuk menyambut malam pertama dua insan yang sebentar lagi akan menjadi satu.
"Tuan !" Panggil Annisa dengan suara tinggi.
Beberapa kali Annisa memanggilnya untuk membaringkan Yasmine di tempat tidur, namun entah mengapa sejak masuk ke kamar, Emran justru hanya bengong dan berdiri mematung. Hal itu sedikit membuat Annisa heran.
"Ohh Iya " Jawab Emran singkat.
Dan setelahnya Emran Membaringkan Yasmine dengan hati-hati agar gadis kecil tersebut tidak bangun dan nantinya mungkin bisa merepotkan Annisa.
Saat di turunkan Yasmine sempat menggeliat, namun setelah ya tertidur kembali setelah Emran memberikan usapan lembut di puncak kepala Yasmine.
Melihat begitu perhatian Emran pada sang putri, tanpa sadar Annisa mengulas senyum manis di balik cadar yang dia kenakan.
"Semoga Yasmine tidak merepotkan mu, Aku akan pergi sekarang " Ucap Emran yang telah berdiri di samping tempat tidur tersebut.
Memberikan kecupan lembut di puncak kepala Yasmine, dan setelahnya memutar badan untuk keluar dari kamat.
Belum sampai Emran keluar dari kamar tersebut, Emran memberikan sebuah kartu nama, lebih tepatnya kartu nama miliknya.
"Hubungi aku jika Yasmine merepotkan mu" Ucap Emran dengan suara datar dan mengulurkan kartu tersebut pada Annisa
Annisa sedikit ragu, namun dia tetap meraih kartu nama tersebut "Terima kasih " Jawab Annisa singkat.
***