Saat Suamiku Mendua
"Ini apa, Mas?" tanya Giana sambil menunjukkan foto yang terpampang di layar ponselnya pada suaminya yang baru saja pulang.
Bukan bermaksud bersikap kurang ajar, hanya saja apa yang ada di foto itu sungguh membuat hati Giana sakit. Hati istri mana yang tak sakit saat melihat foto sang suami sedang merangkul mesra pinggang seorang wanita di sebuah pesta. Sementara ia sejak tadi menunggu kepulangan sang suami hingga tengah malam, tapi ternyata sang suami justru sedang bersenang-senang dengan wanita lain.
"Itu fotoku dan Angel, kenapa?" jawab Herdan acuh tak acuh. Ia melenggang santai melewati Giana begitu saja menuju tangga ke kamar mereka yang ada di lantai dua.
"Kau tanya kenapa? Kalian menjalin hubungan di belakangku?" Bukan bermaksud menuduh, tapi sikap mereka berdua terlihat sangat mesra. Siapapun yang melihat pasti akan sepemikiran dengannya.
"Jangan sembarangan menuduh! Kau tahu bukan dia itu sekretarisku," ketus Herdan kesal.
"Jadi dia sekretarismu? Tapi kenapa kalian bergandengan bermesraan seperti itu? Mas bahkan memeluk pinggangnya seperti sepasang kekasih. Sementara dengan aku saja Mas seakan jijik. Mas hanya menyentuhku saat Mas menginginkan tubuhku saja, tapi selain itu, tak pernah. Seakan aku ini sangat menjijikan di matamu," sahut Giana dengan hati yang rasa berdarah-darah.
Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk terus bertahan dalam ikatan pernikahan yang menyakitkan itu, hanya saja Giana tak ingin membuat ibunya bersedih saat mengetahui pernikahannya yang tidak baik-baik saja. Sudah cukup penderitaan ibunya. Ibunya sudah cukup bekerja keras untuk membesarkannya seorang diri, Giana tak mau menambah beban sang ibu lagi. Oleh sebab itu, pahit getir Giana terima meskipun hatinya harus remuk redam karena sikap suami dan keluarganya.
"Kau lihat, foto itu diambil di pesta pengusaha yang kami hadiri. Setiap tamu diwajibkan datang dengan pasangannya. Dan aku sebagai seorang direktur operasional tentu harus membawa pasangan ke sana."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak mengajakku dan justru mengajak sekretarismu itu?" tanya Giana tak habis pikir. Kalau memang harus membawa pasangan, bukankah ia adalah pasangan Herdan, tapi kenapa Herdan justru membawa sekretarisnya? Bukannya ia yang notabene adalah istri sahnya.
"Kau lihat dulu dirimu itu! Pendidikanmu? Apa kau mau aku mempermalukan diriku sendiri saat ada yang bertanya siapa perempuan udik di sampingku? Apa pendidikannya? Pekerjaannya apa? Begitu?" Herdan tersenyum remeh membuat hati Giana hancur bukan main.
Giana sadar diri. Ia hanyalah gadis dari kampung. Pendidikannya hanya sebatas SMA sebab setamatnya SMA ia terpaksa menikah karena kepergok warga sedang berduaan dengan seorang mahasiswa KKN di sebuah gubuk kecil.
Tidak. Mereka tidak melakukan apa-apa. Giana masih tahu batasan dan larangan. Meskipun ia bahagia bukan main saat Herdan saat itu begitu perhatian padanya. Tidak pernah merasakan kasih sayang dan figur seorang ayah sejak kecil membuat Giana begitu bahagia saat ada seorang laki-laki yang begitu perhatian padanya. Apalagi laki-laki itu tampan.
Namun, sore itu hujan turun sangat deras. Ia yang baru saja pulang dari mengambil uang hasil menjual keripik singkong dan kacang goreng yang ia titipkan di warung pun memilih berteduh di gubuk kecil yang ada di pinggir jalan yang cukup sepi. Namun, tanpa ia tahu ternyata Herdan juga ada di sana.
Mereka pun mengobrol sampai hujan sedikit reda. Belum sempat mereka pulang, tiba-tiba sekumpulan warga menuduh mereka melakukan yang tidak-tidak di sana. Lalu, atas desakan warga, mereka pun diminta segera menikah. Tak ada jalan lain untuk meredam amarah warga selain dengan menikah. Alhasil, keesokan paginya mereka pun dinikahkan.
Setelah menikah, Giana diboyong ke kota. Ia awalnya merasa senang sebab sudah lama ia ingin tinggal di kota. Hanya saja, ibunya selalu melarang. Lagipula mereka tidak memiliki keluarga di sana. Belum lagi menurut cerita, mencari pekerjaan di kota tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih dengan pendidikannya yang hanya lulusan SMA di desa. Sangat susah sekali.
Namun, kebahagiaan itu ternyata hanya bertahan sementara saja. Meskipun saat itu Herdan masih bersikap baik padanya, akan tetapi ibu mertua dan adik iparnya justru bersikap semaunya padanya. Mereka bersikap semena-mena. Bahkan semenjak kedatangannya, mereka memecat pembantu rumah tangga yang dulu bekerja di sana dan meminta dirinya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dari mulai memasak, bersih-bersih, mencuci piring dan pakaian mereka, semua ia kerjakan seorang diri.
Meskipun saat itu Herdan tidak pernah membelanya, setidaknya ia tidak bersikap semaunya padanya. Hingga akhirnya, seiring bergulirnya waktu, sikap Herdan perlahan berubah. Apalagi setelah ia bekerja di kantor dan memiliki jabatan cukup tinggi di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang medis–Satya Medika, sikapnya semakin hari semakin berubah. Herdan jadi kasar. Bukan hanya secara verbal, tapi juga fisik. Namun, sebisa mungkin Giana bersabar. Akan tetapi, bila suaminya sudah secara terang-terangan lebih membela perempuan lain, apa yang bisa ia lakukan? Bertahan atau menyerah, Giana belum bisa memutuskan.
"Aku memang tidak cantik, tidak pintar, dan tidak berpendidikan, tapi setidaknya aku masih sadar akan statusku yang merupakan seorang istri, tidak seperti dirimu yang mengaku lajang di luar sana. Apa? Kenapa Mas melotot? Apa yang aku katakan benar, bukan?" Giana menaikan suaranya karena kesal dengan sikap Herdan yang semakin hari semakin menjadi.
"Sepertinya semakin hari kau semakin kurang ajar padaku," sentak Herdan sambil mencengkram rahang Giana. Giana mengerang kesakitan, tapi Herdan tidak peduli. Ia sudah terlanjur emosi dengan Giana yang sudah berani meninggikan suaranya. "Apa karena kau adalah seorang istri jadi kau merasa paling berhak atas diriku? Hei, sadar dirilah! Siapa kau siapa aku sekarang? Kita tidak setara. Kau perhatikan penampilanmu itu ...." Herdan berdecak sambil tersenyum mengejek. "Bahkan penampilan pembantu saja jauh lebih baik dibandingkan ka---"
"Itu karena Mas yang tidak memberikan nafkah yang sesuai padaku. Bagaimana aku bisa mempercantik diri sementara uang yang Mas berikan saja selalu pas-pasan bahkan kurang. Bahkan untuk membeli sekadar pembalut pun aku aaakh ...."
Tiba-tiba Herdan mendorong tubuh Giana kasar hingga terjengkang di lantai. Sakit. Bukan hanya tubuh, tapi hati. Perlakuan Herdan semakin hari semakin kasar dan tidak berperikemanusiaan.
"Kamu tidak terima dengan uang yang aku beri? Kau pikir cari uang itu gampang, hah? Lalu kamu mau minta uang yang gede untuk ubah penampilan kamu? Iya? Udik ya udik aja. Jelek ya jelek aja. Muka kampungan kayak kamu mau dipermak pake bedak seharga satu juta pun tetap nggak akan berubah. Makanya sadar diri. Syukur-syukur aku mau nikahin kamu. Dasar nggak tau diri. Memangnya siapa laki-laki baik-baik yang mau nikah sama anak yang bapaknya aja nggak jelas siapa dan di mana. Jangan-jangan ibu kamu dulu pelacur, makanya sampai nggak tau siapa bapakmu itu. Benar bukan apa yang aku bilang?"
"Diam! Diam, brengsekkk! Kamu boleh caci maki aku, tapi tidak dengan ibuku, Sialan!" teriak Giana yang sudah sampai pada puncak emosinya.
...***...
Hai, hai, hai, akhirnya kisah anaknya Asrul si Semprul rilis juga setelah sekian lama menanti kepastian. 😂
Selamat membaca, ya! Jangan lupa dukungannya dari like, komen, vote, hadiah, dan nonton iklan supaya karya ini nggak tenggelam seperti kisah emak bapaknya.
Thank you yang masih setia membaca karya D'wie. Semoga sehat selalu dan selamat membaca. 🥰🥰🥰
...Happy reading 🥰 🥰 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
resna maydila
baru bab awal udah di bikin melow /Sob//Sob//Sob/
kenapa kisah ibu mu, harus terulang kepada anaknya (giana) 🥺
dan bertahun-tahun Asrul tidak dapat menemukan keberadaan via dan anaknya ya 🥺
heh herdan kalo kamu gak ada rasa sama giana, kenapa kamu harus mempertahankan pernikahan kalian sampai selama 5 tahun itu 😡😡😡
kamu dan ibu mu sengaja mempertahankan giana, hanya untuk kamu jadikan giana seperti asisten rumah tangga kan 🥺😡
2024-11-01
9
Mrs.Riozelino Fernandez
TOP deh kk Othor Dwie...
nepati janji nya untuk novel anak Asrul di awal bulan...
semangat kk Dwie 💪🏻💪🏻💪🏻❤️❤️❤️
2024-11-01
1
Kar Genjreng
lupa sayang Asril atau astul nih,,, suweerrr lupa pake banget,,,mulutnya hidan jahat banget,,,bukan dia juga bekerja bukan pemiliknya to,,,biar giana ucapan adalah doa buat suamimu,,,suatu hari dirinya akan mengejar.mu yang hanya orang udik kampungan dan hanya lulus SMA,,,ayo mikir sebelum sepuluh tahun jadi istri rasa babu,,,
2024-11-01
0