Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sudah satu minggu setelah kejadian itu bang Tara benar-benar menghilang tanpa kabar. Aku pun sudah satu minggu tidak masuk kerja karena memang kondisiku belum benar-benar pulih di tambah sedang hamil muda. Pagi ini aku berencana untuk pergi ke toko menemui mbak Melda untuk mengundurkan diri karena aku gak mungkin kerja dengan kondisi hamil muda seperti ini.
"Erika, kamu mau kemana sudah sudah rapi? " tanya mama saat aku baru saja keluar dari kamar.
"Aku mau ke toko ma, aku mau memberitahu mbak Melda kalau aku mau berhenti saja bekerjanya" jawab ku.
"Kamu yakin? " tanya mama memastikan.
"Dengan kondisi ku seperti ini gak memungkinkan aku untuk kerja ma"jawab ku meyakinkan mama.
" Mau mama antar? "tawar mama.
" Gak usah ma, aku sendiri saja"tolak ku dengan tersenyum.
Mama pun mengangguk lalu aku langsung pamit. Aku pergi dengan naik kendara umum karena gak mungkin naik motor.
Tak butuh waktu lama aku sampai di depan toko milik mbak Melda. Aku pun melangkah masuk, namun saat akan membuka pintu tiba-tiba pintu di dorong dari dalam oleh seseorang dan itu bang Tara bersama asistennya dan kondisi bang Tara tidak baik-baik saja.
"Eh tunggu" ucapnya pada asistennya.
"Aku gak salah lihat kan? orang di depan ku ini Erika" ucapnya dengan sempoyongan.
"Dia mabuk? " tanya ku pada asistennya.
Rapi pun mengangguk, aku langsung memperhatikan kondisi wajahnya yang banyak lebamnya.
"Erika, aku kangen" ucapnya sambil mendekat.
"Pak Rapi tolong belikan obat dan plester" titah ku pada Rapi.
"Baik bu" jawabnya lalu pergi dan aku langsung membawa masuk kembali bang Tara dan menidurkannya di ruangan mbak Melda.
"Kak" panggil Indah sambil membawa air hangat.
"Sini" panggilku. Indah pun mendekat lalu menyerahkan air hangat yang ia bawa.
"Mbak, itu pak Kian kenapa? terus mbak Melda gak akan marah kalau kita pakai ruangannya? " tanya nya sedikit takut.
"Gak akan, kamu lanjut kerja saja, biar saya yang urus" ucapku dan Indah pun kembali bekerja.
Bang Tara dia sudah tidur dan tak lama Rapi datang memberikan apa yang aku pinta. Aku mengobati luka dengan pelan-pelan.
"Kamu kenapa setuju dengan apa yang aku pinta, kamu gak ada niatan buat mempertahan aku kah? " gumam ku.
Setelah selesai aku langsung keluar dan menunggu mbak melda di luar. Indah menghampiriku dan mengajak ku bicara. Dia belum tau jika bang Tara adik dari mbak Melda. Namun tiba-tiba mbak Rika menghampiri kami.
"Kamu berani banget deket dengan pak Kian? " tanya.
"Siapa pak Kian? " tanya indah yang memang gak tau nama asli dari bang Tara.
"Pria yang tadi, itu kan adiknya mbak Melda" beritahu mbak Rika.
Indah menatap ku lalu berkata "dia kan suami kamu mbak".
Mbak Rika menertawakan Indah lalu berkata " jangan mimpi deh kamu jadi istrinya pak Kian! "
"Tapi itu.... " Indah tak melanjutkan ucapannya karena aku melarang nya.
"Aku hanya membantunya saja" jawab ku.
"Alah cewek kaya kamu tuh bisanya hanya menggoda saja" ejeknya dan aku hanya diam saja. Namun berbeda dengan Indah dia hampir saja mau melayani mbak Rika jika aku tidak melarangnya.
"Tapi mbak" ujarnya.
"Sudah biarkan saja" ucapku dan Indah menurut.
Tak lama mbak Melda datang dan langsung menghampiri ku.
"Erika, ayo ikut aku" ajaknya.
"Mbak" panggilku. Mbak Melda melirik ku.
"Di dalam ada bang Tara" beritahu ku.
"Ngapain tuh anak? " tanyanya dengan kesal.
"Dia mabuk deh kayanya mbak" beritahu ku.
Mbak Melda langsung masuk ke ruangannya dan aku diam menunggu lagi. Tak lama bang Tara keluar dan saat dia melihat ku dia terkejut namun tak lama dia pergi begitu saja tanpa menyapa atau apa pun. Sakit, itu pasti sakit karena perubahan sikap bang Tara pada ku namun aku gak bisa berbuat apa-apa karena itu semua juga salah ku.
"Erika" panggil mbak Melda.
"Iya mbak" jawab ku lalu menghampirinya.
Aku pun mulai bicara maksud dari kedatangan ku dan mbak Melda tidak bisa menahan ku karena dia tau apa yang sedang aku rasakan.
"Mbak cuman minta sama kamu, pikirkan keputusan kamu ini jangan sampai merugikan kamu" ucapnya sambil memeluk ku.
"Aku tau mbak, tapi jika aku melihat sikap bang Tara yang setuju begitu saja dan tak ada niatan untuk mempertahankan hubungan ini" ujar ku.
"Ya sudah mbak cuman bisa berdoa kalian bisa kembali seperti dulu" harapannya. Aku pun langsung pamit namun saat ke luar toko aku kaget saat melihat bang Tara berdiri bersandar di mobil menatap ku. Aku pun terdiam karena kaget. Bang Tara berjalan ke arahku lalu setelah dia di hadapan ku dia menarik tangan ku lalu menyuruhku masuk. Aku hanya menurut saja karena melihat tatapannya sedikit menakutkan. Entah mau di bawa kemana aku ini karena dia tidak bicara apa-apa selama di jalan. Namun tiba-tiba mobilnya berhenti di sebuah rumah yang lumayan besar.
"Bunda ingin bertemu" beritahu nya lalu keluar mobil dan aku pun keluar mengikutinya.
Saat di dalam aku kaget saat melihat seorang wanita paruh baya dan masih cantik namun wanita itu tak asing bagiku.
"Sudah aku bawa" ucap bang Tara lalu naik ke atas mungkin ke kamarnya.
"Erika" panggil wanita itu. Aku pun melangkah mendekati dia lalu duduk di samping nya.
"Bunda minta maaf saat kamu di rumah sakit bunda tidak menjenguk mu" ucap bunda dengan lembut.
"Gak apa-apa bun, aku juga baik-baik saja." balas ku.
"Bunda senang karena ternyata kamu yang jadi istrinya Kian" ujar sang bunda dan membuat aku ingat dengan wanita yang aku panggil bunda ini.
Aku hanya tersenyum melihat.
"Untuk masalah mu dan Kian bunda berharap banget kalau kalian akur lagi"
"Aku.... " ucapan ku terhenti karena ternyata bang Tara mendengar pembicaraan ku dengan bunda.
"Apa pun keputusan kamu bunda terima sayang" ucapnya. Aku hanya bisa tersenyum dan aku pun tidak banyak bicara. Setelah makan siang aku pamit pulang dan kebetulan bang Tara tidak ada karena dia harus pergi ke kantor jadi aku pulang naik taksi.
Selama di jalan aku memikirkan apa yang di ucapkan bunda dan mbak Melda. Jika aku harus jujur aku juga tidak mau ini semua berakhir tapi apa yang harus aku lakukan agar bang Tara mengerti jika aku hanya menggertak nya saja. Tibanya di rumah aku terkejut saat melihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumah. Aku segera masuk dan aku terkejut saat melihat Rianti sahabatku datang lagi.
"Rianti ada apa? " tanya ku menghampirinya.
"Ada yang ingin aku beritahu sama kamu" jawab nya.
"Apa? "
"Tentang pak Kian, suami kamu" jawab nya.
"Aku sudah tau, dia pemilik proyek" jawab ku.
"Bukan hanya itu,bang Rusli sengaja memberitahu mu karena dia dalang dari masalah yang di timbulkan di kampung ini. " beritahu nya.
Rika juga menceritakan semua jika bang Tara tidak ada maksud untuk membohongiku. Dia juga sama korban seperti ku. Dia datang ke kampung ku untuk mencari orang yang telah membuat masalah di proyek.