IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 (Pasangan menjijikkan)
Matahari baru saja menampakkan sinarnya, namun Senja sudah selesai membantu Anes menyiapkan sarapan untuk keluarga Parvis. Selama beberapa hari tinggal di sana, ia selalu membantu Anes sebisanya, terutama soal masak. Ia dan Anes memiliki hobi yang sama, yaitu memasak. Namun, sayangnya hingga hari ini Elang belum pernah mencicipi masakannya. Semenjak sore itu, ia belum sempat kembali ke rumah utama karena kesibukannya. Ia hanya memantau Senja diam-diam dengan sering mengirim pesan kepada Anes. Menanyakan keadaan gadis tersebut.
Selesai membantu menyiapkan sarapan, Senja kembali ke kamar Gisell untuk bersiap-siap ganti pakaian kerja. Ya, atas kesepakatan bersama dan kegigihan Gisell dalam membujuk, akhirnya selama tinggal di sana, Senja tidur di kamar Gisell dengan catatan Gisell tidak bikin ulah setiap malamnya.
"Kamu sudah mau masuk kerja?" tanya Anes yang melihat Senja sudah rapi dengan atasan lengan panjang berwarna pastel dan rok yang panjangnya sedikit di bawah lutut berwarna biru dongker.
"Iya mom, Saya sudah ijin beberapa hari. Hari ini mulai masuk lagi," jawab Senja.
"Yakin sudah benar-benar sehat? Atau sekalian saja ijinnya sampai hari H pernikahan kamu dan El," Anes memberi saran.
"Tidak mom, kalau kelamaan cuti, nanti Senja bisa di pecat," Senja menolak ide yang di berikan Anes.
"Ribet ya tempat kamu kerja, ikut El aja kerjanya gimana?" ide cemerlang terlintas dari macan, mommy cantik.
"Memangnya dia kerja di mana mom?" tanya Senja.
"Ada, di sebuah perusahaan," jawab Anes, tanpa memberitahu siapa El sebenarnya.
"Tidak mom, Senja sudah merasa nyaman di kantor yang sekarang, dan sepertinya kerjaan dia berat sampai tidak ada waktu pulang," Senja mulai mempertanyakan kehadiran Elang.
"Apa kau merindukannya?" goda Anes.
"Tidak, bukan begitu. Senja hanya..."
"Ya sudah, ayo kita sarapan dulu sebelum kamu berangkat, nanti biar diantar sopir ke kantornya," ucap Anes.
"Tidak mom, Senja naik bus saja atau taksi, sudah biasa," tolaknya sopan.
"Ya sudah, bagaimana enaknya kamu saja," sahut Anes, ia tak ingin terlalu mengatur Senja atau gadis itu akan merasa tidak nyaman.
Alex, Gavin dan Gisell turun untuk sarapan bersama. Senja semakin hilang rasa canggungnya ketika mereka sedang berkumpul seperti ini, karena mereka tidak membedakan Senja. Alex dan Anes juga twins G sangat welcome kepadanya. Senja bisa merasakan jika keluarga kecil itu memang baik apa adanya, terlepas dari sifat para lelakinya yang berkarakter bak es balok. Tapi, mereka menghangat ketika di rumah bersama keluarga.
🌼🌼🌼
Senja tiba di kantor tempatnya bekerja, dengan menyiapkan hati dan mentalnya ia perlahan memasuki gedung menjulang tinggi tersebut. Sarah langsung menghampirinya yang baru saja meletakkan tasnya di atas meja lalu mendaratkan pantatnya di kursi yang terasa dingin tersebut karena beberapa hari ia tak duduki.
"Ya allah Senja, kamu kemana saja? Beberapa hari enggak ada kabar, ponsel di hubungi enggak bisa. Kamu baik-baik saja kan? Apa terjadi sesuatu sama kamu? Soalnya kemarin ke rumah kamu, adanya bibi kamu, dia bilang kamu minggat dari rumah, aku khawatir tahu nggak?" Sarah langsung memborbardir Senja dengan banyak pertanyaan.
Ia tersenyum menanggapi ocehan Sarah yang sudah seperti seorang ibu yang mengomeli anaknya.
"Kan, malah senyum," cebik Sarah.
"Satu-satu makanya kalau tanya, aku bingung mau jawab yang mana duluan," canda Senja.
Senja pun menceritakan apa yang terjadi beberapa hari ini kepada Sarah. Sarah shock mendengar cerita dari Senja. Tentu saja, sebagai sahabat Sarah tidak terima dengan apa yang sudah di lakukan oleh Niko dan Mitha.
Sarah memang sahabat Senja, tapi dia tak terlalu dekat dengan Mitha. Senja dan Sarah kenal sejak pertama kali magang dan kerja bareng di kantor yang sama. Sementara dengan Mitha, sudah sejak SMP mereka bersahabat.
"Benar-benar kelewatan mereka!" kesal Sarah setelah mendengar cerita Senja. Kesal dengan perselingkuhan Niko dan Mitha, kesal dengan keluarga angkat Senja yang sudah mengusirnya. Sarah juga ikut sedih dan berduka mendengar kabar meninggalnya kakek Senja. Tak bisa ia bayangkan jika dirinya di posisi Senja. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, begitulah peribahasa yang apa yang Senja alami.
"Aku pikir pak Niko laki-laki baik dan setia, ternyata. Jadi ilfil aku. Aku cabut deh omonganku yang pengen punya laki macam begitu. Terus sekarang kamu tinggal di rumah laki-laki itu? Maaf aku nggak ada di saat-saat sulit kamu kemarin," ucap Sarah.
"Enggak apa-apa Sar, semua terjadi begitu cepat. But i'am oke!" sahut Senja seceria mungkin.
"Terus, pesan almarhum kakek kamu? Bakal kamu lakuin? Menikah dengan laki-laki itu?"
"Pasti berat ya, harus menikah dengan orang yang sudah menyebabkan kakek meninggal," imbuhnya.
"Entahlah...Aku..." belum selesai bicara, Senja melihat Mitha. Kekesalannya terhadap Mitha masih belum hilang. Ia hanya menatap Mitha yang masuk ke ruangan Niko.
"Ih dasar pelakor! Lihat aja, dimana-mana yang namanya pelakor pasti akan nyungsep pada akhirnya. Tinggal kita lihat saja! Gayanya aja sok baik, sok care nyatanya nusuk dari belakang, amit-amit deh!" cebik Sarah, melirik sinis ke arah Mitha.
🌼🌼🌼
Beberapa hari tidak masuk kerja, membuat pekerjaan Senja menumpuk. Sudah waktunya makan siang, namun Senja masih berkutat dengan komputer di depannya.
"Senja, sebelum makan siang kamu di suruh ke ruangan pak Niko sebentar," ucap salah seorang rekan kerja Senja.
"Pak Niko? Ada apa ya?" tanya Senja.
"Enggak tahu, kangen kali! Kamu kan pacarnya, tumben pakai pesan segala, biasa juga langsung samperin," sahutnya.
Mendengarnya, Senja hanya tersenyum kecut.
Rupanya baik Niko maupun Mitha masih menyembunyikan hubungan mereka, buktinya tidak ada berita apapun di kantor, terutama di kalangan karyawan yang satu divisi dengan mereka. Hanya saja, Mitha sudah tidak lagi berpura-pura sok baik ketika melihat Senja, terlihat sekali rasa tidak suka di wajahnya. Namun Senja tak peduli. Ia juga tak berniat membalas perbuatan Niko dan Mitha dengan membeberkan aib mereka, cukup mereka saja dan juga Sarah yang tahu. Toh, serapat apapun bangkai di sembunyikan tetap akan tercium baunya juga.
"Ya udah, nanti aku ke sana," ujar Senja.
"Hem oke, aku ke kantin duluan ya," pamitnya.
"Apalagi yang ingin mas Niko bicarakan?" batin Senja bertanya.
Senja pun akhirnya memutuskan ke ruangan Niko, siapa tahu ada hal pekerjaan yang ingin Niko bicarakan. Biar bagaimanapun, Niko tetap atasannya di kantor.
Tok tok tok
Senja mengetuk pintu ruangan Manajer Keuangan tersebut. Setelah dipersilahkan masuk, ia langsung membuka pintu dan dengan langkah tegar ia masuk.
"Bapak memanggil saya? Apa ada pekerjaan yang harus saya kerjakan?" tanya Senja acuh.
"Bagaimana keadaan kamu?" pertanyaan yang bikin Senja ingin tertawa. Kenapa laki-laki di depannya ini begitu memuakkan. Tentunya dia tahu bagaimana keadaan Senja setelah kehilangan semuanya, sahabat, kekasih, kakek, dan keluarga.
"Baik, sangat baik. Bahkan lebih baik dari sebelumnya," jawab Senja.
"Jika hanya itu yang ingin Anda tanyakan, saya permisi!" imbuh Senja, kini nada bicaranya lebih seperti orang asing terhadap Niko. Senja membalikkan badannya untuk keluar.
"Sebaiknya kamu resign dari sini," ucapan Niko sukses membuat Senja tersentak dan mengurungkan kakinya untuk melangkah.
"Keluarlah dari sini dan cari pekerjaan baru di tempat lain. Aku tidak ingin kamu terus merasa sakit jika melihatku dan Mitha jika kita terus satu kantor," Niko melanjutkan bicaranya.
Senja membalik badannya, ia lebih mendekat.
"Kenapa? Kenapa harus aku yang keluar? khawatir denganku atau takut perselingkuhan kalian akan diketahui oleh orang-orang kantor?" cebik Senja.
"Senja! jaga ucapanmu! aku masih menghargai kamu dengan tidak membuat kamu kehilangan muka, biar bagaimanapun kita pernah menjadi pasangan,"
"Ck, lucu sekali Anda. Kalian yang mengkhianatiku, kenapa harus aku yang kehilangan muka?" Senja tersenyum sinis.
"Udahlah, tidak ada lagi yang perlu di bicarakan. Dan saya tegaskan kepada Anda, di sini saya tidak salah apapun, jadi saya tidak akan keluar dari sini hanya karena kalian berdua," tegas Senja.
Senja tak ingin terlihat lemah, jika dia keluar dari pekerjaannya, Niko akan besar kepala, berpikir Senja begitu mencintainya dan idak kuat melihatnya bersama perempuan lain.
Ia langsung balik badan dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Namun, baru saja ia ingin memegang handle pintu, pintu sudah terbuka terlebih dahulu.
"Sayang, udah waktunya makan si.."
Rupanya Mitha yang membuka pintu tersebut. Ia terkejut saat berhadapan dengan Senja yang berada di balik pintu.
"Ngapain disini?" tanyanya sinis.
"Mau ngerayu mas Niko? Minta balikan? Ya kali mas Niko mau, kamu tidak pernah membuatnya puas," imbuhnya dengan nada nyinyir.
"Tanya saja sendiri dengannya. Perlu digaris bawahi, aku tidak tertarik dengan barang murahan!" ucap Senja penuh penekanan.
"Sebaiknya kalian cepat menikah, daripada berbuat dosa terus. Nunggu apa lagi, minta mas Niko menikahimu. Buktikan kalau dia memang lebih mencintai kamu dari pada aku. Atau...dia hanya mau tubuhmu saja? Sebrengsek apapun laki-laki, dia tetap akan memilih istri yang baik. Sayang sekali itu tidak ada padamu," sindir Senja. Ia langsung pergi tanpa menoleh ke arah Niko.
"Kamu..." Mitha merasa geram dengan Senja.
"Sayang sudahlah, ayo kita makan siang," ajak Niko. Membuat Mitha kesal, pasalnya Niko mendengar ucapan Senja, tapi kenapa laki-laki itu tidak marah kepadanya.
Suasana kantor tampak sepi karena hampir semua karyawan sedang makan siang. Namun, Senja masih tetao sibuk dengan kerjaannya. Tiba-tiba ada kurir pengantar makanan kepadanya. Senja bertanya-tanya siapa yang mengirimkan makan siang buat dia, perasaan dia tidak memesan delivery order. Kurir itu hanya bilang dari seorang laki-laki. Nama Elang langsung terlintas di kepala Senja. Namun, ia juga tidak yakin, bisa jadi itu Dino, adik sepupu angkatnya.
"Tahu aja kalau lapar, hemm rejeki gadis soleha emang enggak kemana," gumamnya tersenyum.
Saat menikmati makan siangnya, Senja melihat Niko dan Mitha keluar dari ruangan Niko dengan mengumbar pelukan dan saling berciuman tanpa malu. Mereka pikir sudah tidak ada orang atau memang ingin mempublikasikan hubungan menjijikkan mereka?
"Pasangan tidak tahu malu," cibirnya lirih sambil terus melahap makanan yang menurutnya sangat enak tersebut. Sekuat apapun Senja, tidak munafik jika hatinya tetaplah merasakan sakit. Tapi ia mencoba mematikan rasa terhadap apapun yang sepasang kekasih itu lakukan.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan lupa like, komen dan tip atau vote seikhlasnya...serta pencet ❤️ kalian untukku 🤗🤗
follow juga igeh baru author @embunpagi544
terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠