"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. HADIAH DARI LEON
"Ah kamu ini...cepat katakan siapa orangnya?. Jangan membuat kami berdua semakin penasaran," kini Yunita mengangkat bicara sakin penasaranya.
"Apa Ayah dan ibu masih ingat dengan nama Leon?," tanya Mawar dengan pandangan lekat pada kedua orang tuanya.
"Leon siapa?. Seingat ibu, nama Leon yang ibu kenal ada dua. Satu penjual bunga dan satu lagi langganan taxi ibu,"
"Hii ..ibu ini di tanya ini malah jawabnya yang itu. Kalian berdua masih ingat tidak, dengan Paman Abdullah tetangga kita dulu saat Aku dan Nadia masih duduk di bangku sekolah dasar?,"
"Maksud kamu Tuan Abdullah pengusaha marmer itu, yang anak laki-lakinya sering datang kemari untuk bermain dengan Nadia,"
"Nadia lagi Nadia lagi( seketika raut wajah Mawar berubah). Iya dia orangnya!. Ayah dan ibu tahu tidak, sekarang Leon semakin tampan dan menjadi pengusaha muda yang paling sukses di kota sebelah" kembali wajah Mawar berseri-seri setelah menyebutkan nama Leon.
"Benarkah!, jangan bilang kalau mobil yang di luar itu adalah milik Leon?,"
"Benar sekali tebakan ibu. Mobil yang ada diluar itu adalah mobil Leon. Leon meminjamkan pada Mawar selama Mawar bekerja sama dengan perusahaan miliknya,"
"Wow...sunggu pengusaha yang luar biasa. Hanya dengan bekerja sama saja, dia meminjamkankan mobil mewahnya itu secara cuma-cuma. Bagaimana jika menjadi pendamping hidupnya! pasti segala kemewahan di persembahkan pada istrinya," ujar Yunita kini dengan mata berbinar-binar.
"Apa kekayaanya sanggup mengalahkan kekayaan Tuan Dave?, Kalau belum ity berarti dia belum ada apa-apanya," sambung Rudy sambil mengambil majalah bisnis yang ada diatas meja dengan sampulnya memaparkan Foto Dave.
Yunita dan Mawar seketika terdiam mendengar ucapan Rudy.
Tidak berselang lama kemudian muncul bi Ona menarik koper milik Mawar dan menjinjing beberapa buah kantong plastik.
"Ini barang-barangnya Anda Nona," bi Ona menyodorkan beberapa kantong plastik ke arah Mawar.
Mawar pun menyambutnya dengan gembira.
"Ibu coba lihat, apa yang Leon hadiahkan untuk ibu," Mawar menyerahkan kantong plastik berwarna merah pada Yunita.
Dengan senang hati Yunita meraihnya lalu membuka kantong plastik tersebut.
Ada sebuah box kecil di dalam sana.
"Apa ini Mawar?,' tanya Yunita sambil mengeluarkan box kecil yang ada dalam kantong plastik itu.
"Ibu lihat saja dulu isi," balas Mawar.
Tanpa menunggu lama Yunita pun membuka isi box itu.
Seketika mata Yunita berkaca-kaca setelah melihat isi dalam box.
"Kalung perhiasan. Cantik sekali!," Yunita mengangkat kalung tersebut dan menatapnya dari kiri dan kanan secara bergantian.
"Apa ibu menyukainya?,"
"Tentu saja ibu menyukainya. Siapa si perempuan yang tidak ingin di manjakan dengan perhiasan mewah dan juga mahal seperti ini," balas Yunita masih terus memandangi benda yang ada di tanganya.
"Syukurlah kalau ibu menyukainya. Kak Leon pasti turut gembira jika mendengar ibu menyukai pemberianya,"
"Nah ini untuk Ayah," Mawar menyodorkan sebuah kantong plastik kecil berwarna hitam kearah Rudy.
Rudy yang sedari tadi hanya membaca majalah seketika mengangkat wajahnya dan menatap kearah kantong plastik yang di sodorkan Mawar kearahnya.
"Apa ini Mawar?," tanya Rudy sembari meletakkan majalah yang di bacanya keatas meja begitu saja.
"Ayah buka saja dulu. Mawar yakin kok, kalau Ayah juga pasti akan menyukainya seperti halnya ibu menyukai hadiah dari kak Leon,"
Tanpa menunggu lama lagi, Rudy pun mengambil kantong plastik dari tangan Mawar lalu membukanya.
Sama halnya dengan Yunita tadi, Rudy pun mendapat sebuah hadiah berupa box kecil.
Rudy memengambil box dalam kantong plastik tersebut dan membukanya secara pelan-pelan sekali.
Tampak di dalam box itu sebuah jam tangan limite edision tergeletak rapi di dalam box tersebut.
"Wow....jam tangan limite edision. Hanya orang-orang kaya yang mampu memiliki jam tangan ini. Kalian berdua tahu tidak, berapa harga jam tangan ini di pasaran?, harganya bisa mencapai ratusan juta loh. Apa Leon benar-benar menghadiakan ini untuk Ayah?," tanya Rudy seolah-olah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Tentu saja!, Kak Leon khusus membelikan jam tangan itu untuk ayah langsung dari luar negeri. Apa ayah senang?," tanya Mawar.
"Tentu saja Ayah senang, Kalau begitu kapan-kapan ajaklah dia main kemari,"
"Benarkah!, Apa ayah setuju kalau kak Leon datang berkunjung kemari?,"
"Tentu saja ayah setuju, asal Leon paham apa yang ayah sukai,"
Seketika Mawar dan Yunita tersenyum dan saling berpelukan manja.
"Terus kamu dapat apa dari Leon?," tanya Yunita pada Mawar.
"Mawar dapat ini," Mawar mengeluarkan sebuah gaun berwarna biru muda dari dalam sebuah kantongan berukuran sedang.
"Wah ...kamu pasti sangat cantik bila mengenakan gaun itu, Leon benar-benar memanjakanmu disana. Terus kantongan yang paling besar itu untuk siapa?," tunjuk Yunita pada sebuah kantongan yang paling besar diantara kantongan lainya.
Seketika wajah mawar kembali muram.
"Ini untuk Nadia, Kata Leon, kita tidak boleh membukanya terkecuali Nadia sendiri yang membukanya," balas Mawar sedikit lesuh.
"Alhamdulillah ternyata Nona Nadia dapat juga. Walau ke tiga orang ini tidak mempedulikanya tapi bibi yakin di luaran sana masih banyak yang sayang pada Nona Nadia. Ya Allah, ya TUHANku lindungilah Nona Nadia disana. Jagalah dia dari orang-orang yang ingin berbuat jahat padanya... Aamiin," ucap bi Ona dalam hati.
"Bi Ona, bawa ini ke kamar bibi. Jika suatu hari nanti bibi bertemu dengan Nadia, bibi berikan ini padanya," Mawar menyerahkan kantong plastik tersebut kepada bi Ona.
Dengan senang hati bi Ona menyambutnya.
"Baik Nona Mawar, bibi akan menyimpan ini dan akan memberikan ini pada Nona Nadia saat kami bertemu nanti,". bi Ona pun segera pergi meninggalkan mereka membawa kantongan plastik menuju kearah kamarnya.
TERUS BERIDUKUNGAN DENGANNCARA COMENT, DAN JANGAN LUPA MAMPIR KE CHANNEL SAYA "PEWARIS TERAKHIR SANG PRESIDIR," TERIMA KASIH.