Bangkitnya Ex-Narapidana

first kiss antara Maxayla dan Zephyr memang terjadi di dalam mobil, meski Max tak menolak ataupun membalas namun bagi mereka berdua itu adalah ciuman pertama bagi keduanya.

"Masih sakit, Tuan?" Maxayla mencoba untuk perhatian, setelah kaki terkilir Zephyr sembuh kini ia malah menjadi orang yang melukai pria itu.

Tadi setelah Zephyr mengakhiri sesi ciuman, Maxayla refleks memb3ntuurkan kepalanya pada kepala laki-laki itu. Mata Zephyr langsung berkunang-kunang, sungguh kepala Max sekeras batu.

Zephyr memegang kepalanya, ia terlihat masih kliyengan dan berbaring di ranjang kecil di dalam pondok.

Saat masuk ke dalam pondok, Maxayla sedikit terpukau. Ia kira itu adalah sebuah pondok usang jika dilihat dari luar, namun di dalam ternyata... Wow! Tampaknya Zephyr sudah mempersiapkan dari jauh-jauh hari tempat itu, Max bisa menebaknya.

"Kenapa dari tadi kamu hanya bertanya, coba pijat kepalaku seperti yang sering kau lakukan. Aku ingin karena kamu, galak banget sih! " Gerutu laki-laki itu.

"Iya, iya! Makanya Tuan, jangan maen ny0ssor aja dong! Itu ciuman per__"

Sontak Maxayla mengunci bibirnya, dia tak ingin Zephyr tahu jika laki-laki itu yang pertama merasakan kekenyaalan bibirnya.

"Itu ciuman pertama kamu." Zephyr terkekeh.

Maxayla mendengus, "Tadi bilangnya, Anda akan melayani saya saat berada di tempat ini. Tapi sekarang..."

Zephyr langsung meloncat turun dari ranjang, ia hanya berpura-pura masih sakit.

"Mau aku layani apa? Pertama-tama panggil nama ku langsung! Panggil namaku..."

"Kenapa harus begitu?"

"Coba saja, biar kita nggak terlalu formal. Disini, kita bisa seperti layaknya teman... gimana?" Zephyr mengangkat sebelah alisnya.

"Mana ada teman berciuman?"

"Oh yang tadi, itu hanya ciuman sepihak dariku. Kamu hanya diam saja tak membalas, jadi... nggak pantas rasanya disebut sebuah ciuman."

Max memutar bola matanya jengah, tetap saja baginya Zephyr mencuri ciuman darinya.

"Phyr..." panggil Max.

"Hah?" Zephyr melongo.

"Aku menyambut nama mu tanpa embel-embel, Tuan!"

"Kenapa harus Phyr?"

"Memangnya kenapa?"

"Terdengar seperti nama buah! Aku nggak suka!"

"Kamu merajuk lagi, persis seperti anak kecil!"

Mulut Zephyr terbungkam, sejak kecil ia memang kekurangan kasih sayang seorang ibu meski ada ibu pengasuh lalu ada Selena sebagai ibu tiri tetap saja rasanya berbeda. Sementara bersama Maxayla, entah kenapa ia selalu bersikap manja.

"Ini terakhir kalinya aku bersikap seperti anak kecil di depan mu, jadi maklumi saja..."

Kali ini kening Maxayla mengerut dalam, perkataan Zephyr terasa ambigu saat mengatakan kata 'terakhir kalinya'.

"Baiklah, kita teman kan. Mau apa kita di dalam hutan begini? Kamu nggak ingin pulang..."

"Hanya satu malam ini, Max..."

Maxayla akhirnya mengangguk setuju, keduanya berbincang akrab sembari makan malam yang memang sudah di sediakan oleh seseorang atas perintah Max.

Suasana begitu harmonis dan sedikit romantis, mereka berdua saling bercerita tentang masa kecil masing-masing. Zephyr dengan kejujuran tentang dirinya, sementara Max hanya menceritakan kehidupan nya sebelum ia masuk ke dalam keluarga Selena.

Tak ada yang terjadi malam itu, sampai pagi pun tiba. Sesuai ucapan Zephyr, dia melayani Maxayla seperti menyiapkan sarapan pagi itu dan lainnya.

Tak jauh dari pondok ada Donita dan Celine di mobil lain di hutan itu, sejak semalam keduanya berjaga-jaga tanpa mendekati pondok dan hanya memantau dari jarak lumayan jauh.

"Menurut mu semalaman mereka melakukan apa sampai pagi begini? Kalau aku sudah pasti, bercinta sepuasnya!" Ujar Celine seraya memakan roti, persiapan keduanya di dalam mobil.

"Bos Max nggak akan seperti itu! Apalagi Bos mengatakan tak akan pernah jatuh cinta pada Tuan Zephyr, bagaimana pun... Tuan Zephyr adalah anak dari orang yang telah ikut memenjarakan Bos Max dan pembunuhan pada ibu dari Bos Max, tak ada yang mempertanggungjawabkan!" Donita berkata yakin.

"Cinta itu buta, Nit!" Sementara Celine tetap yakin, Max sudah ada rasa pada Zephyr.

Donita tak lagi membalas, lagipula tak ada larangan untuk jatuh cinta meskipun itu pada anak musuh sekalipun.

.

.

.

Siang itu Zephyr dan Max tidak pergi ke perusahaan, Zephyr pulang ke rumah. Saat ia datang, sudah ada seorang pengacara keluarga yang selama ini mengurus perihal kekayaan yang diwariskan orang tua Zephyr.

"Tuan muda Zephyr. Saya datang sesuai keinginan Anda."

Selena yang menyambut pengacara itu tersenyum pada Zephyr, mungkin saja Zephyr ingin membagi harta dengan sama rata pada Daylon karena anaknya hanya mendapatkan warisan sebesar 20 persen dan sisanya diberikan pada Zephyr.

"Mami udah menunggumu dari semalam, kenapa kamu nggak pulang? Apa kamu baik-baik aja?" Selena memperlihatkan rasa cemas palsunya.

Anehnya Zephyr tak menjawab Selena, sepenuhnya mengacuhkan wanita yang menjadi ibu tirinya itu.

"Mari duduk, Pak Peter."

Selena ikut duduk, dia tiba-tiba saja merasa khawatir merasakan sikap dingin dari Zephyr padanya.

"Sesuai permintaan Tuan muda Zephyr dua hari lalu, semua warisan yang akan didapatkan oleh Tuan muda Daylon sepenuhnya akan dikelola oleh Anda, Tuan muda." Ucap sang pengacara.

"APA?!!!" Selena melotot pada pengacara.

"Lanjutkan, Pak Peter." Zephyr masih bersikap tenang.

"Sebelum meninggal Tuan besar Darius memberikan sebuah hunian rumah di kawasan elit untuk Nyonya Selena juga sebuah mobil dan sebuah toko perhiasan. Benar, Nyonya?"

Selena bergerak gelisah, dia tidak ingin pindah setelah kematian suaminya karena harus berada dekat dengan Zephyr untuk terus mengamati dari dekat.

"Itu benar, tapi saya sangat menyayangi Zephyr jadi saya masih ingin tinggal disini untuk merawatnya."

"Mulai hari ini, saya ingin tinggal tanpa siapapun di rumah ini. Lagipula... rumah ini adalah milik keluarga Ibu kandung saya Pak Peter. Bahkan nama besar Ananta adalah milik mendiang ibu kandung saya. Siapapun yang memakai nama besar Ananta, saya minta untuk dihapus secara hukum!"

"Nak... ada apa denganmu. Adikmu Daylon, memakai nama besar Ananta karena diberikan oleh Ayahmu. Dia akan sedih melihat mu bersikap seperti ini pada adikmu, sebenarnya siapa yang telah mempengaruhi mu!? Apa pengawal wanita mu ini? Iya!"

Selena murka, dia bangun dari kursinya melangkah mendekati Maxayla dan mencekal lengan Max. "Kita harus bicara! Ikuti aku!!"

"DIA ADALAH ORANGKU...! Aku sudah bilang jangan ada yang berani memerintahnya...!!!" suara Zephyr menggelegar sampai orang-orang di rumah berdatangan. Bahkan Kitty yang sedang berada dalam masalah, ada di rumah itu untuk meminta pertolongan pada Selena.

Tiba-tiba para pria berseragam hitam berdatangan dari arah luar, mereka menerobos masuk.

"Tuan Zephyr, kami sudah datang sesuai permintaan anda pada Tuan Lei."

Max masih berdiri mematung, dia tak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zephyr.

"Ser3tt pergi semua keluarga wanita ini dari rumahku!" tunjuk Zephyr pada Selena.

"Zephyr...!!!" teriak Selena.

Semua orang berpakaian hitam layaknya bodyguard itu berpencar, mereka menarik satu-persatu keluarga Selena karena sudah mengenali mereka.

"Hei!! Jangan sentuh aku!!!" Kitty berteriak seraya memberontak.

"Jangan sentuh kami!" orang tua Selena pun ikut disereet menuju keluar. Sementara Antonio dan Daylon tak ada di rumah.

Barang-barang keluarga Selena pun dilempar keluar, Zephyr benar-benar tak ingin ada hubungan apapun dengan keluarga serakah itu.

Zephyr mendekati Selena yang menatapnya tajam, tak ada rasa kasihan di mata pria itu pada ibu tirinya.

"Jangan bertindak terlalu jauh lagi, Nyonya Selena! Aku tahu semua perbuatan mu selama ini dengan penggelapan dana perusahaan... bahkan perbuatan mu pada Ayahku sampai dia meninggal, meskipun aku belum mempunyai bukti sepenuhnya atas perbuatan bejat mu! Tapi... aku masih memberimu kesempatan karena aku ingin membalas kasih sayang yang kau berikan padaku selama bertahun-tahun ini, meskipun aku duga... mungkin saja semua itu hanya kasih sayang palsu mu padaku, namun sekarang aku tak perduli lagi! Enyah kau dari hidupku..!!!"

Selena merasa tertohok, dia memang tidak pernah menyayangi Zephyr dengan tulus. Kini setelah Zephyr mengetahui segala kejahatannya, laki-laki itu malah memaafkan dan melepaskan nya.

Selena pun pergi dari rumah itu menuju rumah yang diberikan oleh mendiang suaminya, entah akan bagaimana ia ke depannya. Apa masih ingin melakukan segalanya demi uang?

___

Alurnya agak kurang enak ya? Lanjut aja ya... 😅

Semoga tetap terhibur 😘