Follow IG othor @ersa_eysresa
Anita wanita yang memiliki paras cantik dan pekerja keras, harus rela kehilangan segalanya saat dia berurusan dengan pria bernama Jayden, seorang pengusaha sukses bertangan besi. Dia tidak segan menghancurkan orang yang berani melawannya.
Salah satunya adalah Anita yang sudah berani mengusik hatinya sejak pertemuan pertama mereka yang terjadi tanpa disengaja. Namun, dibalik sifat tangan besinya, Jayden memiliki masa lalu yang kelam yang tidak diketahui oleh siapapun. Karena dia menutupi kelemahannya itu dengan sifat arogan yang dia miliki.
Apa yang terjadi pada Anita setelah bertemu Jayden?
Dan apa rahasia di balik masa lalu Jayden?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran Yang Memalukan
Jayden yang sedang duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer dengan fokus. Hari itu sepertinya biasa ada sebuah rapat dengan klien penting di siang hari, tumpukan pekerjaan yang harus segera diselesaikan sekarang juga.Karena dia harus menjemput istrinya di rumah sakit nanti.
Namun, kepanikan sekretarisnya yang menggedor ruangannya sudah membuyarkan semua konsentrasinya. Di tambah lagi dengan suara seseorang yang sudah membuatnya muak.
"Jayden..." panggilnya lagi dibuat selembut mungkin.
"Adel?" Jayden berdiri dan menatapnya dengan tatapan penuh kemarahan yang mulai terlihat dimatanya. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Adel berdiri di pintu dan tanpa ragu, memandang Jayden yang tampak terkejut dan marah. "Aku...cuma ingin bertemu denganmu. Ada yang perlu kita bicarakan."
Jayden menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosinya. Ia mencoba tetap profesional, meski hatinya mulai penuh dengan kemarahan. "Kamu tahu kan, ini bukan tempat untuk membicarakan masalah pribadi? Kantor ini bukan tempat untukmu!"
Adel, yang sudah beberapa kali mencoba mendekatkan diri dengan Jayden sejak mereka tinggal bersama, merasa kesulitan untuk memahami sikap kakaknya. Ia merasa bahwa ia hanya ingin menjalin hubungan yang lebih baik dengan Jayden, tetapi sepertinya setiap langkahnya selalu salah.
"Aku cuma ingin berbicara sebentar," Adel melanjutkan, wajahnya tampak cemas. "Aku nggak mau mengganggu pekerjaanmu, Jayden. Hanya... aku butuh bantuanmu, kumohon bantu aku."
Namun, Jayden yang sudah lama menahan rasa frustrasinya terhadap kehadiran Adel di hidupnya tak bisa lagi menahan amarahnya. "Bantuan? Kamu datang ke sini dengan cara yang salah, Adel!" Jayden berteriak, suaranya menggema di ruangan yang sepi. "Kenapa kamu selalu mengacaukan pekerjaanku? Ini kantor! Kamu nggak seharusnya datang ke sini dengan cara seperti itu!"
Adel terkejut dengan teriakan Jayden. Dia tidak menyangka kalau Jayden akan menjadi semurka itu kepadanya. Kenapa sejak dulu pria ini sungguh sangat sulit untuk diajak bicara. Bahkan sikapnya tidak pernah baik kepadanya.
"Jayden, tolong," kata Adel pelan, berusaha menenangkan. "Aku cuma... ingin berbicara denganmu."
Namun, kemarahan Jayden semakin memuncak. "Kamu pikir kamu siapa? Datang ke sini tanpa pemberitahuan, mengganggu pekerjaan orang lain!" Jayden berkata dengan nada tinggi, menatap Adel dengan penuh kebencian yang tak bisa disembunyikan lagi. "Kalau kamu ingin berbicara, itu bukan di sini! Pergi sekarang juga!"
Adel berdiri di tempat, merasakan seluruh tubuhnya terasa lemas.Tidak ada kesempatan sama sekali untuk bicara dengan kakak tirinya itu. Pria itu begitu keras dan sangat membencinya dan ibunya yang sudah merampas semua kebahagiaannya.
"Apa ada kesempatan untukku bicara denganmu kak? Aku hanya ingin bicara denganmu. Ini tentang papa. Tidak bisakah kamu membantu papa. Dia sangat membutuhkanmu, kak. Jika tidak papa akan bangkrut dan kami akan menjadi gelandangan." Adel terus saja bicara dan tidak memperdulikan pengusiran yang dilaku dilakukan oleh Jayden.
"Tolong kak, Aku sudah muak dengan pertengkaran mereka selama ini. Jika kamu membenci mama dan aku tidak apa-apa. Tapi setidaknya kamu membantu papa, dia benar-benar frustasi dan sangat terpukul dengan semua yang terjadi pada perusahaan. Tidak bisakah kau sebagai anak membantunya , kak." Adel bersikap begitu lemah dan rapuh di hadapan Jayden agar mendapatkan belas kasihan dari pria itu.
"Cih, jika aku membantumu itu sama artinya dengan aku membantu kalian juga. Katakan pada papamu itu, jika ingin bantuanku segera temukan mamaku. Aku pasti akan memikirkannya nanti untuk membantu kalian. Jadi sebaiknya sekarang kamu pergi dari sini sekarang juga. Dan jangan pernah kembali lagi kemari. " ucap Jayden penuh penekanan.
Adel menghembuskan nafas frustasi dan menatap kakak tirinya dengan penuh pemohonan. Tapi percuma kakaknya itu tidak akan pernah mendengarkannya dan hanya menganggapnya sebagai lalat pengganggu di kehidupannya.
Dengan kesal Adel segera pergi meninggalkan ruangan kantor Jayden percuma dia bicara panjang lebar. Karena Jayden tidak mendengarnya sama sekali. Dan malah mengusirnya dengan sangat memalukan.
Jayden bisa mendengar suara langkah Adel yang semakin menjauh. Kemarahan yang membakar dadanya masih belum padam. Ia melihat ke luar jendela, menatap pemandangan kota yang luas, berusaha menenangkan dirinya.
"Aku tidak akan pernah bisa memaafkan kalian yang sudah menghancurkan kebahagiaan ku dan memisahkan ku dengan mamaku.Jangan pernah bermimpi aku akan memaafkan kalian," gumam Jayden dengan menatap lurus ke depan.
***************
Kini Jayden dan Anita sudah berada di kamarnya dan untuk bersiap untuk istirahat. Setelah pulang kerja tadi Jayden langsung menjemput Anita di rumah sakit. Kebetulan sekali Andri juga sudah datang, jadi Anita tidak khawatir lagi ibunya ada yang menjaga di rumah sakit.
"Apa saja yang kau lakukan di rumah sakit tadi. " ganya Jayden yang penasaran dengan kegiatan istrinya seharian ini.
"Tidak ada, Aku hanya menemani ibu ngobrol berbagai hal. " jawab Anita yang sudah bersiap menggapai mimpi.
"Oh, baguslah. Aku kira ada sesuatu yang kamu lakukan disana. "
Anita sedikit merasa ragu saat ingin mengatakan apa yang disampaikan ibunya tadi di rumah sakit yang sama persis dengan ucapan bibi Elly tadi pagi.
"Emmm, apa aku boleh bertanya sesuatu." tanya Anita ragu.
"Apa yang ingin kamu tanyakan, tanyakan saja. " ujar Jayden yang masih belum mengantuk dan menghabiskan waktunya bermain game.
"Ehmm, apa kau ingin aju memanggilmu dengan panggilan khusus. Seperti Mas, abang, kakak, atau lainnya. " kata Anita menutup wajahnya karena malu.
Jayden tersenyum mendengar pertanyaan Anita dan langsung meletakkan ponselnya. Dia lalu menatap Anita yang sedang menutupi wajahnya dengan selimut.
"Aku tidak yakin kamu yang memikirkan hal ini. Siapa yang sudah memintamu untuk melakukan hal ini? " Tanya Jayden.
"Ibu yang meminta ku, dan juga bibi Elly, katanya tidak sopan jika aku memanggilmu hanya dengan nama saja. " Kata Anita malu.
"Baiklah, kalau begitu panggil aju dengan panggilan sayang, apa kau mau melakukannya. " tantang Jayden.
Anita tentu saja langsung membuka selimutnya dan menatap tajam kepada Jayden. Dia sepertinya keberatan dengan panggilan itu.
"Kenapa, bukankah kau bertanya padaku, jadi terserah aku dong, kamu tidak boleh protes. "
Ternyata salah meminta pendapat Jayden, karena pria itu selalu tidak mau di bantah. Dan apa yang sudah di putuskan tidak bisa di ganggu gugat.
"Jangan Sayang, ya. Lainnya saja. " tawar Anita.
"Apa, aku tidak mau dengan semua panggilan yang kau tawarkan padaku tadi. Itu sudah sesuatu yang umum. Namaku keren masak dipanggil Mas Jayden,itu tidak keren sama sekali. " kata Jayden menolak
"Hmmm, apa dong. " Anita kini yang pusing, kenapa juga bertanya pada.
"Jay, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu." Anita mencoba mengalihkan pertanyaan.
"Apa? "
"Ini tentang orang tuamu, kenapa aku tidak melihat mereka di sini? " tanya Anita penasaran.
"Jangan bertanya apapun tentang orang tuaku. Aku tidak suka membicarakan nya. "