Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Namun tidak ada sahutan. Mia pun lalu keluar dari kamarnya dan membuka pintu rumah. Mia memasang senyum, mengira Amar datang. Namun ketika pintu di buka..
Brug.....
Tubuh seseorang ambruk di kaki Mia. Yang membuat Mia sangat terkejut melihat siapa sosok itu.
" Hans ....." kata Mia tak percaya. Ketika seorang pria berotot mendorong Hans kearah Mia yang berdiri di depan pintu.
" Mia.. " kata Hans sama kagetnya. Saat melihat dia di bawa paksa ke rumah Mia.
" Ada apa ini?" kata Mia menatap pria itu.
" Kami hanya mengantar pria ini, yang seharusnya bertangung jawab pada nona. Tugas kami sudah selesai," kata pria itu merogoh ponsel dalam sakunya. Lalu menelpon seseorang.
Tidak lama ponsel di tangan Mia berdering. Yang membuat mata Mia terbelalak. Jika Amar menelponnya. Sejenak Mia terdiam melihat ponsel di tangannya. Lalu mengangkatnya dengan perasaan gugup. Apalagi Hans menatapnya.
" Assalamualaikum mar" kata Mia gugup
" Walaikum salam, apa kau sudah bicara padanya. Katakan padanya sekarang!! jika kau hamil anaknya. Dan mulai hari ini, urusan kita selesai. Aku sudah menepati janjiku pada mu mi.," kata Amar.
" Bagaimana kau bisa tahu, dia...?" kata Mia kaget Seraya menatap Hans yang masih terduduk di lantai. Sedangkan di sebrang sana Amar menarik nafas dalam.
" Hari ini aku menalak mu mi, dan kita tidak punya hubungan apa apa lagi. Tugas ku sudah selesai. Biarkan sisanya Hans yang mengurusnya," kata Amar.
" Tidak ...mar, ini...aku tidak..." kata Mia ingin menjawab....tut tut. nada sambung pun langsung terputus.
Mata Mia langsung berkaca kaca. Menganak yang siap merembes ke pipinya. Bersama perasaannya yang terkejut. Ketika Amar menjatuhkan talak padanya.
Sedangkan pria berotot itu. Meninggalkan rumah Mia. Terlihat temannya menunggu di pinggir jalan di samping mobil.
" Baik tuan, kami segera kembali," kata pria itu berjalan. Sambil menerima telpon dari Amar. Karna Amar lah yang mencari Hans Agar pria itu bertanggung jawab pada Mia.
Sedangkan di sisi lain. Mia menarik Hans masuk dan menutup pintu rumahnya. Lalu bersandar di pintu dengan tubuh luruh terduduk di lantai, sambil menangis. Karna kini ia tidak bisa lagi dekat dengan Amar.
Amar yang duduk terdiam didalam mobilnya Sepulang dari rumah ayah bundanya. Menarik nafas lega. Setelah berhasil menemukan Hans lewat detektif dan orang suruhannya. Walau ia harus membayar mahal. Namun Amar tidak perduli. Karna ia tidak ingin ada masalah kedepannya dengan Mia. Karna papi dan maminya. Sempat menanyakan Amar kriteria calon menantu mereka.
" Alhamdulilah aku lega, kini aku sudah tak punya beban lagi," kata Amar. Walau merasa tidak enak hati pada Mia. Tapi ia harus tegas memutuskannya. Karna tidak ingin terikat lebih lama pada kebodohannya. Apalagi Zain sempat curiga. Saat Mia sering kali menghubunginya di kantor. Karna selama mengidam Mia selalu merengek dan mengeluh padanya. Yang membuat Amar merasa serba salah.
" Sekarang tugasku selesai," kata Amar sembari menghidupkan mesin mobilnya. Lalu meninggalkan tempat itu.
************
Di sisi lain. Lisa duduk melamun, saat matanya tidak bisa terpejam. Mengingat reaksi Amar padanya sebelum pulang tadi. Ada sesuatu hal yang tidak Lisa mengerti. Karna abangnya itu memeluknya erat seakan merasa bersalah.
" Astaga ...kenapa aku memikirkan bang Amar" kata Lisa mengetuk kepalanya. Lalu beristigfar. Karna tidak ingin teringat pada abangnya itu.
" Fokus Lis, kau harus sukses seperti bang Zain. Karna kau wanita hebat," sugesti Lisa pada dirinya sendiri. Karna Lisa ingin membahagiakan kedua orang tuanya.
Lalu Lisa kembali berbaring dan memejamkan matanya. Sambil komat Kamit membaca doa. Agar ia bisa tertidur.
************
Pagi seperti biasanya Lisa membantu bunda di dapur. Karna Lisa tidak masuk sekolah hari ini.Lagi pula, ia sudah janjian dengan Sani untuk mencari kemeja di mall. Untuk persiapan kuliah.
" Ade mau kemana hari ini?" tanya Zain sudah berpakaian rapi. Duduk di meja makan.
" Emang Zain mau ngajak ade pergi nak?" tanya bunda. Menatap Zain sembari menaruh kopi untuk suaminya. Juga susu untuk Zain dan Lisa.
" Ya kalo ade punya waktu longgar, Zain mau ngajak ade. Untuk melihat pameran di Senayan city bun, karna hari ini sepertinya Zain akan pulang cepat," kata Zain.
" Lisa mau bang, jam berapa. Lisa akan cepat pulang setelah belanja Takut di sana pakaian nya mahal mahal," kata Lisa
" Ok...yang penting ade sudah siap Nanti abang jemput," kata Zain.
" Ya bang," kata Lisa sembari membawa piring tempe goreng yang sudah matang ke meja.
" Ya tapi ingat, jangan pulang malam malam Zain. Adikmu harus belajar untuk tes lusa. Apalagi banyak keperluan yang harus ia urus sebelum keberangkatan..Apa Lisa sudah cetak kartu pengenal nak?" tanya bunda.
" Susah Bun, paling Lisa tinggal ambil paspor yang ade bikin kemaren. Oh ya apa ade harus menunggu Visa keluar dulu. Lisa minta skill Visa bun.," kata Lisa memasang wajah imut.
" Kok bisa?" kata bunda kaget. Karna tidak mudah mendapatkan skill Visa tanpa tes, dan alasan, juga tujuan yang jelas.
" Hehehe....teman bang Zain yang bantu, dia bekerja disana bun. Ya kan bang?" kata Lisa melirik Zain.
" Ya bun, agar Lisa bisa bekerja paruh waktu dan belajar mandiri. Saat libur kuliah nanti. Dan disana ade juga bisa jalan jalan tanpa takut terhalang masalah paspor. Karna teman Zain bilang punya paspor itu. Akan bebas keluar masuk di berbagai kota Australia, tanpa di persulit.," kata Zain.
" Bagus lah jika itu baik untuk adikmu..Tapi hati hati selama disana ya de. Jangan pergi dan keluar malam sendirian.," kata bunda
" Ya bun," kata Lisa tersenyum.
Tak lama pak Farhan pun ikut bergabung di meja makan. " Pada ngobrol apa nih? Kok ayah ketingalan berita pagi," kata pak Farhan bercanda.
" Bukan apa apa yah, biasa membicarakan rencana ade. Apa papi sudah mengajukan cuti untuk mengantar Lisa?" tanya bunda Yang sudah mengajukan cuti di kantornya
" Belum, mungkin hari ini. Bukannya ade masih sebulan lagi disini. Kita masih punya waktu untuk mempersiapkan semuanya," kata ayah menatap Lisa.
" Ya yah, tapi Lisa sudah nyicil dari kemaren. Biar saat mau berangkat nanti, ngak repot dan kelabakan. Apa kita jadi ke makam eyang?"tanya Lisa.
" Jadi besok minggu..Zain mau ikut nak?" kata pak Farhan.
" Ya yah, Zain juga ingin melihat makam eyang," kata Zain.
Bunda dan Lisa pun lalu duduk..Setelah semua siap di meja. Lalu mereka sarapan bersama sambil ngobrol. Setelah itu Lisa mengantar ayah bunda dan Zain kedepan.
Untuk melepas keluarga tercintanya itu pergi bekerja.
" Yah sepi deh...." kata Lisa. Yang lalu kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Lalu menuju dapur. Untuk mencuci piring dan membersihkan meja.
Tak lama terdengar suara bel rumah berbunyi
Ting tong, ting tong....
" Siapa pagi pagi bertamu, sedangkan aku janjian dengan Sani agak siangan" guman Lisa yang sudah beres membersihkan semuanya. Lalu melangkah keruang tamu. Namun terdengar...
" Mar...aku ingin bicara. Apa bisa kita bertemu sekarang?" terdengar jelas suara Mia di teras depan. Sedang menelpon Amar. Yang terlihat dari tirai kaca jendela. Membuat Lisa menghentikan langkahnya dan berdiri di belakang pintu.
" Mar please ... aku tidak mau kita bercerai," isak Mia. Membuat Lisa seketika menutup mulutnya. Saat mendengar jelas perkataan Mia di depan pintu. Jelas kata cerai itu membuat Lisa sangat kaget.
" Cerai....berarti?" kata Lisa terpaku dan bersandar di belakang pintu.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar