Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Dean pun tersenyum saat mendekati kedua gadis depannya itu Karna bagaimana pun keduanya mantan muridnya.
" Apa kalian mau makan juga, kebetulan sekali, kak Dean juga mau makan siang di sini" kata Dean.
" Hehehe.. tapi kali ini kita di traktir ngak?" kata Sani basa basi.
" Boleh, kalau mau satu meja sama kak Dean," kata Dean sembari mencuri pandang pada Lisa yang semakin cantik saja. Setelah hampir dua Minggu mereka tidak bertemu.
" San.. " senggol Lisa ngak enak
" Ngak apa apa, kan kak Dean nya iklas traktir kita Lis, ya kan kak?" kata Sani. Yang malah tidak enak pada Lisa. Karna tadi Lisa sudah membelikannya dua potong kemeja.
" Hei ...santai saja, kak Dean lagi banyak duit Karna sudah kerja. Ayo kemeja sana..Anggap aja kak Dean traktir kalian karna sudah dapat kerjaan" kata Dean. Langsung menarik tangan Lisa
" Kak...!!" kata Lisa kaget.
" Eh kok gue ditinggal sih," kata Sani melongo Saat melihat Dean mengandeng tangan Lisa
Lalu Sani berjalan cepat menyusul keduanya. Lisa yang kaget pun hanya diam. Namun saat sudah di depan meja. Lisa cepat cepat melepaskan genggaman tangan Dean.
" Ayo duduk, kalian mau makan apa. Bebas tak ada batasan memilih," kata Dean tersenyum. Karna senang bisa bertemu Lisa. Karna saat ia mengirim pesan, ingin mengajak Lisa keluar. Gadis itu selalu saja beralasan sibuk mengurus berkas kuliah.
" Thanks kak, tapi jadi malu nih. Sering di traktir sama kak Dean," kata Sani
" Santai saja, ayo pesan. Apa kalian sudah milih kampus untuk kuliah?" kata Dean menatap kedua gadis didepannya.
" Sudah kak, kita berbeda kampus. Kalo Lisa di...auw.," kata Sani. Sani menatap Lisa yang sengaja menyenggol kakinya dari bawah meja. Agar Sani tidak memberi tahu Dean.
" O.. baguslah, ambil jurusan apa, Lisa di kampus mana de? " kata Dean menatap Lisa lekat
" Lisa ambil di kampus bang Amar kak jurusan adminitrasi " kata Lisa berbohong. Sehingga Lisa terlihat sedikit gugup.
" Kalo Sani di Bandung kak, ambil jurusan biologi." kata Sani
" O....selamat ya, kapan kapan kita bertemu lagi. Tapi kenapa Lisa ambil jurusan adminitrasi?" kata Dean yang tahu adik temannya itu cukup pintar.
" Kata Lisa , biar bisa kerja kantoran di perusahaan bonafit kak. Tapi menurutku itu bagus sih. Dia kan cocok, biar tampil modis," kata Sani menyindir.
" Ih apaan sih San, yang semua kerjaan sama saja.. Hanya saja aku ngak suka jadi guru. Tadinya mau ambil teknik kak.Tapi Lisa bingung mau kerja apa " kata Lisa. Karna pada dasarnya ia juga sudah bisa memakai komputer. Dan hampir anak muda sekarang semua. Pasti sudah menguasai teknologi modern dengan cepat.
" Ngak masalah, jurusan apa saja. Yang penting kalian bisa menguasai ilmunya. Kak Dean aja ambil arsitek. Tapi kak Dean berbisnis bimbel dan rumah real estate. Jadi Ijazah kak Dean hanya sebagai formalitas. Tapi masih berguna untuk mendesain rumah," kata Dean. Sambil memanggil pelayan Setelah ketiganya menulis, apa yang akan mereka pesan.
" Ya kak, yang penting kita bisa kerja. Karna jaman sekarang susah sekali cari kerja. Malahan banyak yang di PHK. Karna beratnya persaingan global," kata Sani
" Betul, kalian pintar baca situasi. Jadi kalian bisa ambil peluang kerja yang cepat. Asal jangan jadi pengangguran." kata Dean. Sambil sesekali matanya melirik Lisa.
Sedangkan Amar yang baru selesai mengerjakan berkasnya. Duduk diam di kursi kebesarannya.
" Melamun..." kata Zain dari balik pintu yang sedikit terbuka. Sehingga Amar menoleh ke arah suara.
" Masuk saja, kenapa pake mengintip segala sih. Nanti mata loe bisa bintitan," kata Amar
" Hahaha...." tawa Zain Sembari mendorong pintu dan kembali menutupnya. Lalu melangkah kedepan meja Amar
" Apa ada hal penting?" kata Amar
" Entah lah , apa ini hal penting atau bukan aku tidak tahu bagi loe bro. Tapi loe harus tahu menurutku," kata Zain
Amar mengangkat alisnya menatap Zain yang menarik kursi. Zain lalu duduk di depannya sambil menatap Amar.
" Apa?" kata Amar
" Papi ingin menjodohkan mu," kata Zain.
" What !! kata Amar kaget. Padahal ia baru saja menyelesaikan urusannya dengan Mia. Tapi kini ada lagi masalah baru.
" Darimana kau bisa tahu Zain?"tanya Amar penasaran. Karna tidak sekali pun papinya Membahas masalah itu dengannya.
" Baru tadi, tapi papi ingin membahasnya dulu sama loe. Karna dia relasi papi yang cukup sukses," kata Zain.
" Buat loe aja" kata Amar malas.Lalu membuang wajahnya kesamping melihat jam di dinding.
" Loe bisa nolak jika tidak mau, tidak ada paksaan bro. Ayo kita makan, ini sudah jam makan siang" kata Zain yang memang berniat mengajak Amar untuk makan di luar.
" Baiklah " kata Amar berdiri dan mematikan laptopnya lebih dulu. Lalu mengunci laci mejanya.
" Kita mau makan dimana?" kata Zain. Tidak lagi membahas masalah perjodohan. Karna ia tahu reaksi Amar. Yang tidak terlihat senang
" Terserah kau saja, aku tidak hafal daerah sini," kata Amar melepas jasnya. Amar hanya ingin terlihat biasa.
Zain yang melihat itu pun ikut melepas jasnya. Dan menggantungnya di tempat gantungan.jas
" Kita makan di warteg aja sekali kali, tidak jauh dari sini ada warteg enak dan bakso jumbo," kata Zain ingin makan makanan berkuah.
" Ya, ayo jalan," kata Amar lebih dulu keluar yang di ikuti Zain dari belakang. Namun saat membuka pintu. Keduanya kaget saat ada Dewi dan Santi tersenyum. Membuat Amar dan Zain saling padang. Menatap kedua nya
" Ada apa ?" tanya Amar
" Mau makan siang ya pak, boleh kita numpang ke depan perempatan sana ngak pak. Kita bosan makan di kantin," kata Dewi
" Ya pak, sekali kali kita mau makan diluar," kata Santi menimpali. Sehingga kembali Amar dan Zain saling pandang.
" Hmm...hanya numpang kan?" tanya Zain memastikan.
" Iya pak, kami ngak minta di traktir kok. Tapi jika pak Zain mau traktir kita juga boleh," kata Dewi .
" Kebiasaan, ya sudah ayo " kata Zain
Sedangkan Amar kembali melangkah. Dan ketika Zain hendak melangkah menyusul Amar
" Pak Zain saya juga ikut ya" kata Talita bagian keuangan yang membuat Amar menoleh
" Terserah," kata Zain yang berjalan cepat menyusul Amar. Karna tidak mungkin ia berjalan dengan bawahannya. Namun Zain tidak bisa menolak, jika karyawannya ingin menumpang. Karena mereka juga ingin makan siang di luar.
Amar tidak bicara. Ia hanya berjalan santai menuju lift yang di ikuti ketiga staf wanita. Sehingga Zain langsung menekan tombol turun. Ke lantai bawah. Saat semua orang sudah masuk.
Ting...
Pintu pun terbuka. Dewi, Santi dan Talita keluar lebih dulu..Sedangkan Amar bersama Zain. Yang sempat melihat seorang wanita sedang keluar melewati mereka. Menatap gadis itu.
" Bukanya itu Lora" kata Dewi
" Ya dia staf asisten baru yang mengantikan pak Aziz pensiun," kata Talita.
" Dia keponakan pak Aziz" kata Zain.
" Kok bapak tahu," kata Santi menoleh pada Zain.
" Tahulah kan rekomendasi dari pak Aziz sendiri. Agar keponakannya itu bisa bekerja disini. Padahal skillnya kurang bagus. Tapi cukup cantik ," kata Dewi.
Membuat Amar yang mendengar itu menatap punggung gadis itu. Karna Amar seperti mengenalnya. Dan ketika gadis itu berbalik ingin mencari sesuatu.
" Amora" guman Amar kaget. Namun tidak terdengar jelas. Karna Amar cepat berpaling kearah lain. Agar Amora tidak mengenalinya.
Amora yang sempat melihat Amar sekilas hanya speechless. Seperti sedang mencoba mengingat Amar. Ingin memastikan itu benar Amar . Saat Amar dan Zain melewatinya begitu saja.
" Seperti nya dia Amar teman SMA gue" guman gadis itu yang di panggil Lora. Menatap punggung Amar dengan lekat.
" Hei anak baru jangan bengong....itu memang atasan kita," tegur Talita.
" Heh...iya mba, silahkan," kata Lora mempersilahkan ketiganya lewat lebih dulu. Sedangkan Lora hanya diam melihat Amar dan Zain masuk kedalam mobil.
" Kok mereka bisa dekat dengan pak Zain" kata Lora penasaran. Karna setahunya dulu Amar hanya dari keluarga biasa. Tidak seperti dirinya yang dari keluarga berada. Karna tidak semua orang bisa masuk perusahaan besar tanpa koneksi.
Ah mungkin aku salah, dia kan juga baru lulus. Tidak mungkin jadi atasan gue," kata Lora kembali melangkah untuk makan siang di luar.
Ya Lisa tetaplah jaga hatimu tuk tetap lugu polos baik, tidak terkotori hal hal buruk meski di luar negri
Semoga Tuhan selalu menjagamu Lisa
Doa orang tua dan abangmu juga turut menjagamu
Bunda atau Zain, kapan kasih tahu Lisa kebenarannya, sudah dinikahkan?
Calon perusuh kah atau manusia ga tahu diri?
rapi baguslah dngn begitu Amar jadi bisa menikah dngn Lisa
Yang dinikahi Amar, Lisa
Tapi dramanya diwakili Sani
Zain, kau harus siap mempertanggungjawabkan resikonya
Nanti jika terlambat tahunya, nambah penyesalan Amar /Cry//Cry/
Kuat ya Lisa dan ikhlaskan /Cry//Cry/