Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mual
Hoek.... hoek.....
Sudah semingguan ini Andine mengalami mual di pagi hari. Belum lagi kalau malam, perut kembung dan berasa begah.
"Kita kerjasama yang baik ya badan..., kita harus kerja pagi ini," gumam Andine menyemangati diri.
"Pias kali wajah kamu Andine," sapa Nicky yang barusan masuk.
Beberapa hari bertemu membuat keduanya semakin akrab.
"Nggak tahu nih kenapa? Pergantian musim kali? Bawaannya masuk angin mulu," tanggap Andine.
"Issshhh, masih muda kok jompo. Pasti bekal kamu minyak angin ya?" canda Nicky.
"Ha... Ha... Anda benar," Andine terkekeh.
"Oh ya, mau bayar nih," Nicky menyodorkan barang belanjaan dan selembar uang lima puluh ribuan.
"Banyakan kafein juga nggak bagus Nick, kasihan lambung kamu tuh," kata Andine sambil menscan kopi kaleng pilihan Nicky.
"Ha....ha.... Sok tau. Yang ada kafein tuh mendatangkan inspirasi," kata Nicky terkekeh.
"Apalagi dikombinasi sama nikotin. Tul nggak?" tukas Andine sambil menyerahkan kopi kalengan dan uang kembalian milik Nicky.
"Seru juga ngobrol sama kamu. Kapan-kapan nongkrong yuukkkk," ajak Nicky.
"Lihat ntar ya," jawab Andine tak janji.
Sepeninggal Nicky, kepala Andine berasa berputar. Kaki berasa lemas, dan Andine pun limbung.
.
"Andine.... Andine....," Andine merasakan ada yang menepuk pipi sambil memanggilnya.
"Eerrrggggghhh...di mana ini?" gumam Andine seraya membuka mata yang terasa berat.
"Kamu di IGD," katanya.
"Loh,...?" Andine masih loading.
"Iya, kamu tadi pingsan. Untung aku balik tadi," kata pria yang ternyata Nicky.
Andine berusaha bangun, tapi ditahan oleh Nicky.
"Udah baring aja, jangan dipaksakan," cegah Nicky.
"Tapi aku harus kerja Nick, aku karyawan baru di sana. Tak enak jika bolak balik ijin," Andine memaksakan diri.
"Tenang aja, aku tadi sudah ijin sama pengawas toko kamu," jelas Nicky.
"Keluarga Nyonya Andine," panggil petugas admin IGD.
Andine hendak duduk.
"Biar aku aja," sela Nicky.
"Nggak usah Nick, biar aku aja. Itu panggilan pasti buat bayar admin deh," seru Andine.
Sekian lama menunggu ibunya dirawat, Andine paham arti panggilan masing-masing di rumah sakit.
Kalau dari bagian admin, ya pasti UUD (ujung-ujungnya duit... He... He...)
"Nggak usah ngeyel. Kalau kamu sungkan sama aku, ntar kuitansinya aku serahin sama kamu deh. Biar kamu bisa ganti," kata Nicky yang tahu karakter Andine yang nggak enakan.
Andine mau tak mau setuju atas usulan Nicky.
Dokter menghampiri Andine yang sedang terbengong sejak kepergian Nicky.
"Selamat siang Nyonya, apa masih ada keluhan?" sapa sang dokter sambil meraba denyut nadi pasiennya.
"Sudah mendingan dok. Apa saya sudah boleh pulang?" tanya Andine.
"Boleh, setelah infus ini habis ya," jelas dokter jaga itu.
"Betewe, selamat ya nyonya. Anda positif hamil," imbuh sang dokter memberitahukan kabar gembira buat pasiennya.
Jeddeeerrrrrr.... Suara sang dokter bagai kilat menyambar di telinga Andine.
"A... A... Apa dok?" Andine ingin memperjelasnya.
"Betul nyonya. Oh ya, sebaiknya secepatnya anda periksa ke dokter kandungan," saran dari dokter itu.
Otak Andine berasa kosong, tak tahu harus mengatakan apa.
Sementara Nicky berdiri mematung di pintu masuk ruangan Andine berada.
"Eh Nick, sudah datang," Andine mengalihkan pembicaraan.
'Smoga Nicky tak mendengar apa yang dokter katakan tadi,' gumam Andine.
"Hhhhmmm sudah enakan?" tukas Nicky yang tak ingin membahas lebih lanjut topik dokter tadi.
Nicky tak ingin mencampuri urusan pribadi Andine.
Andine tersenyum kikuk.
"Kata dokter, habis infus ini boleh pulang kok,"
"Hhhmmm oke," tukas Nicky singkat.
"Oh ya Nick. Jika kamu sibuk, duluan aja gak papa. Ntar pulang aku naik taksi online," ucap Andine.
"Mengusirku nih," tukas Nicky dengan senyuman manisnya.
"Bukan gitu maksudku. Aku nggak mau ganggu kesibukan kamu," tukas Andine.
"Hhhmmmm, oke lah. Kalau kamu maksa," Nicky beranjak.
Nicky menyetujui apa yang dikatakan Andine bukan karena benar-benar ingin pergi, tapi memberi ruang untuk privacy Andine.
Andine kembali melamun sepeninggal Nicky.
"Apa yang harus kulakukan? Tak mungkin aku kembali ke sana. Ke keluarga nyleneh itu," kata hati Andine.
"Apa aku pergi jauh saja? Aku tak ingin anakku dirampas oleh pasutri gaje itu," Andine mengelus perut yang masih rata itu.
"Apa aku beneran hamil? Kita kan hanya melakukan dalam satu malam? Apa iya bisa langsung jadi?" Andine menyentil keningnya sendiri. Merutuki kebodohannya.
.
Sesuai saran dokter, Andine memeriksakan diri ke dokter kandungan.
"Baik nyonya, silahkan naik ke meja periksa," kata dokter kandungan itu dengan ramah.
Jari tangannya memainkan probe usg dengan lincah.
"Anda lihat titik hitam itu nyonya?" katanya.
Netra Andine memicing melihat apa yang dimaksud oleh sang dokter.
"Apa yang sebesar kacang kedelai itu?" tanya Andine memastikan.
"Betul, itu janinnya," jelas dokter mengulas senyum.
"Kecil sekali,"
"Iya, saat ini masih kecil. Nantinya akan berkembang sesuai umur kehamilannya," imbuh dokter itu.
"Setelah ini akan saya resepkan vitamin buat anda nyonya,"
Andine duduk setelah selesai diperiksa.
"Ini resepnya nyonya," asisten dokter menyerahkan resep buat Andine.
"Terima kasih dok," Andine beranjak.
"Oh ya nyonya Andine, sebaiknya untuk kontrol berikutnya papa debay diajak. Pasti papa nya antusias sekali. Baik juga lho untuk perkembangan janin," lanjut sang dokter.
"Ini dokter kenapa sih?" batin Andine sedikit kesal.
"Papanya sibuk kerja," kata Andine sambil berlalu.
Menunggu antrian obat lumayan lama membuat Andine mengantuk.
Hingga beberapa kali panggilan, Andine tak menyahut.
Andine terlonjak kaget saat ada yang menepuk bahunya.
"Ini obat anda Nona," kata seorang pria berjas rapi sambil menyerahkan sekantung vitamin yang tadi diresepkan oleh dokter.
"Eh... Iya. Makasih tuan," jawab Andine spontan.
Andine mengecek kantung plastik sebelum dia beranjak pergi, memastikan kebenaran isinya.
Pria berjas itu mengikuti langkah Andine, membuat Andine waspada.
"Kenapa pula pria ini mengikuti aku?" telisik Andine dalam hati.
Andine sengaja belok ke arah toilet rumah sakit.
Pria itu berjalan ke arah yang sama dengan Andine.
"Fix, pria tadi pasti mengikuti aku," gumam Andine.
Andine berniat menyelinap saat situasi dirasa aman.
"Suruhan siapa dia? Tak mungkin lah kalau pria tadi suruhan pria balok es. Atau bisa juga suruhan nyonya galak," Andine punya julukan baru buat Michelle.
"Setelah pergi dari rumah itu, aku anggap tak ada ikatan apa-apa dengan mereka," Andine terus bermonolog.
Andine masuk toilet dan sengaja berlama-lama di sana.
"Aku harus cari cara buat menghindari mereka," gumam Andine.
Tok... Tok....
Pintu toilet diketuk.
"Nona... Nona.... Gimana keadaan anda? Lama sekal8 anda di dalam," suara pria itu nyaring memanggil Andine.
"Kok dia masuk toilet cewek sih?" gerutu Andine.
Tak mungkin kali kalau Andine disuruh manjat dinding, terus melarikan diri.
Andine membuka pintu perlahan.
Karena terlalu lama jongkok, dan udara pengap dalam toilet. Andine pingsan lagi.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Apalah arti cerita tanpa dukungan readers smua.
Arti cinta yang sesungguhnya adalah baca, dukung, kasih komen yang membangun dan dan tak lupa kasih like, vote dan bintang limaaaaa 😜
Aleandro mmg hrs main rapi dan lembut klo mo jatuhin Kecele..
siapa kira² tg tabrak Andine
ya ampuun ternyata Nicky jg gigolo🤭
lama² Aleandro lrngket dan bucin sama Andine