Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
"Halo Bu, ada apa?" Seorang pria tinggi dengan setelah jas baru saja keluar sebuah mobil dan berjalan menuju loby sebuah hotel berbintang yang terkenal di kota A.
"Aku masih di kota A. Belum tahu akan kembali kapan. Urusanku belum selesai."
Pria tadi berhenti tepat di depan lift dan melangkah masuk setelah melihat pintu lift terbuka lalu menekan tombol lantai yang akan dia tuju. Tidak ada siapapun di dalam lift kecuali pria itu.
Saat pintu akan terutup, tiba-tiba pintu lift terbuka kembali dan masuklah seorang wanita dengan napas terengah-engah. Pria tersebut sempat mengangkat kepalanya sebentar untuk melihat siapa yang masuk ke dalam lift itu lalu kembali lagi ke wajah acuh tak acuhnya.
Karena di dalam lift ada orang lain, pria itu memilih untuk mengakhiri pembicaraannya di telpon. "Bu, aku masih ada urusan, aku akan menghubungimu lagi nanti."
Pria itu mengakhiri panggilan telponnya lalu memasukkan ponselnya di saku jasnya. Dia sempat melirik sekilas pada wanita yang berdiri di depannya.
Pria berumur 33 tahun itu adalah Sean, penerus dari keluarga Louris, keluarga paling kaya di kota S. Perusahaan keluarganya berada di urutan pertama terbesar di negara M. Konon, pria dingin dan tidak terjamah itu sangat sulit untuk didekati.
Wanita itu nampak acuh tak acuh lalu membuka tas dan memeriksa ponselnya. Saat melihat ponselnya mati, dia kemudian menoleh ke belakang dan bertanya pada Sean. "Maaf Tuan, jam berapa sekarang?"
Melihat pria itu mengerutkan keningnya, dia berkata lagi, "Ponselku mati dan aku tidak memakai jam tangan. Aku hanya takut datang terlambat."
Wanita itu tersenyum ramah pada Sean, tetapi hanya ditanggapi dengan wajah datar olehnya. Meskipun begitu, Sean tetap menjawab pertanyaan wanita itu.
"Terima kasih." Wanita itu kembali berbalik memunggungi Sean.
Saat pintu lift terbuka, Sean lebih dulu melangkah. Dia berjalan masuk ke area restoran hotel tersebut menuju ruangan VIP yang tertutup untuk bertemu dengan rekan bisnisnya.
Sementara wanita tadi berjalan menuju toilet perempuan untuk merapihkan penampilannya. Malam ini, dia akan bertemu dengan kekasihnya. Kekasihnya bilang ada hal penting yang ingin dia bicarakan padanya. Sebab itulah kekasihnya mengajaknya bertemu diluar.
Wanita itu 28 tahun itu bernama Claire, dia baru saja pulang dari luar negeri setelah beberapa tahun tinggal di sana. Dia dan kekasihnya kuliah di kampus yang sama hanya berbeda jurusan saja. Kekasihnya baru saja pulang 6 bulan lalu ke negara M dan menetap di negaranya.
Sebulan lalu Claire juga kembali ke negaranya. Hubungan Claire dan kekasihnya ditentang oleh keluarga kedua belah pihak sehingga mereka belum menikah sampai sekarang. Padahal, mereka sudah berpacaran selama 3 tahun lamanya.
Beberapa hari lalu ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan oleh ayahnya dengan pria yang bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali. Tentu saja Claire menolak mentah-mentah perjodohan itu.
Malam ini, dia berniat untuk menyampaikan pada kekasihnya mengenai rencana ayahnya yang sudah menjodohkannya dengan pria lain agar kekasihnya mau memperjuangkan cinta mereka. Dia tidak mau menikah dengan pria tidak dikenalnya, maka dari itu, dia ingin meminta kekasihnya melamarnya dalam waktu dekat.
Setelah merapikan penampilannya, Claire keluar dari toilet dan berjalan menuju restoran. Dia mengambil tempat duduk di delat pintu masuk restoran agar kekasihnya tidak sulit untuk menemukan keberadaanya, apalagi ponselnya mati sehingga dia tidak bisa berkomunikasi dengan kekasihnya lagi.
Setelah menunggu selama 15 menit, orang yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang. Penampilan kekasihnya itu nampak sangat tampan malam ini. Claire tesenyum lebar saat menyambut kekasihnya.
"Apa kau sudah lama menunggu?" Pria itu menarik kursi dan duduk di depan Claire. Pria yang menjadi kekasih Claire bernama Wild.
"Tidak, aku baru saja datang."
Claire terlihat sangat senang melihat kekasihnya setelah beberapa hari tidak bertemu. Sebelum berbicara, mereka memesan makanan dan minum terlebih dahulu.
Claire memandang kekasih dengan dahi berkerut saat melihatnya tampak diam dengan wajah muram. "Claire, ada hal serius yang ingin aku bicarakan denganmu." Wajah Wild berubah menjadi serius.
"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu." Claire nampak masih bersemangat, mengabaikan sikap aneh kekasihnya. "Kalau begitu, kau duluan saja yang bicara," ucap Claire.
Wild terdiam beberapa saat sambil menatap ke bawah, kemudian mengangkat kepalanya menatap sendu Claire. "Claire, Gloria hamil."
Claire mengerutkan keningnya. "Lalu?"
Claire belum mengerti juga, kenapa wajah kekasihnya berubah menjadi sedih saat membicarakan temannya. Gloria dan Claire memang berteman sejak kecil.
Wild tidak langsug menjawab pertanyaan Claire, melainkan dia terdiam beberapa detik hingga dia kembali membuka mulutnya. "Dia hamil anakku."
Tubuh Claire membeku dan pikirannya seketika menjadi kosong. Wild meraih tangan Claire dengan wajah bersalah ketika melihatnya nampak sangat terkejut. "Maaf Claire. Ak-aku... Itu hanya kecelakaan. Ka-kami hanya melakukannya sekali. Aku tidak menyangka kalau dia akan hamil."
Claire masih mematung dan tidak bereaksi selama beberapa saat. "Claire, bicaralah. Aku mohon." Wild nampak begitu panik ketika melihat Claire hanya diam membisu.
"Sudah berapa bulan usia kandungannya?"
Claire menatap Wild dengan tatapan kosong. Dia tidak menyangka kalau kekasih yang sangat dia cintainya bisa menghianatinya, bahkan dengan teman baiknya. Padahal, selama ini dia tidak menemukan keanehan pada Wild. Kekasihnya juga sangat menjaganya dan tidak pernah menyentuhnya sama sekali selain memberikan kecupan di kening.
"Tiga bulan," jawab Wild dengan suara pelan.
Claire menarik kasar tangannya. "Jadi, selama 3 bulan ini, kau sudah berselingkuh dengannya di belakangku?"
"Tidak, kau salah paham. Kejadian itu tidak sengaja Claire. Waktu itu aku mabuk dan tidak tahu apa yang terjadi malam itu. Saat aku bangun, Gloria sudah berada di sebelahku dalam keadaan polos." Wild berusaha untuk meraih tangan Claire, tetapi langsung ditepis olehnya.
Claire tersenyum sinis. "Kalau begitu, bertanggung jawablah pada Gloria. Mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apalagi dan jangan pernah temui aku lagi."
Claire berjalan keluar tetapi langkah dihentikan oleh Wild tepat depan pintu restoran. "Claire, berhenti. Aku yakin Gloria yang menjebakku. Dia sengaja merusak hubungan kita agar bisa melihatmu hancur." Wild masih tetap berusaha untuk menjelaskan kesalahpaham diantara mereka berdua.
Claire menoleh ke belakang dengan mata yang berkaca-kaca. "Setelah kau menghancurkan kepercayaanku, kini kau ingin menhancurkan persahabatanku juga dengan Gloria?"
Wild menunduk. "Percayalah padaku, Gloria tidak sebaik yang kau pikir."
Claire tertawa sinis. "Untuk apa dia menghancurkan hidupku? Dia adalah teman terbaikku selama ini. Bagaimana bisa kau menuduhnya seperti itu ketika dia sedang mengandung anakmu?"
Wild memegang kedua bahu Claire. "Dia menjebakku. Kami akan menikah, tetapi setelah anak itu lahir, aku akan menceraikannya. Kembalilah padaku setelah aku bercerai dengannya. Aku berjanji tidak akan pernah menyentuhnya setelah menikah nanti, asalkan kau mau kembali padaku lagi."
Claire menepis tangan Wild dari bahunya kemudian melangkah menuju lift. Dia sudah tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulut Wild. Sebelum sampai lift Wild sudah menyusulnya dan mencekal tangannya.
"Claire, tunggu! Aku belum selesai bicara."
Saat mereka sedang berdebat, Sean keluar dari restoran dan melihat Wild dan Claire sedang cekcok. "Lepaskan aku Wild, kau menyakitiku."
Wild melepaskan tangan Claire dengan wajah bersalah. "Maaf Claire, aku hanya ingin kau mendengarkan penjelasanku dulu. Ikutlah denganku sebentar, kita bicara di atas."
"Aku tidak mau," teriak Claire dengan lantang. Claire berlari cepat masuk ke dalam lift, tapi dibuka kembali oleh Wild.
Melihat hal itu, Sean maju dan menghentikan Wild. "Tuan, kau tidak bisa memaksa seorang wanita jika dia sudah menolakmu." Sean berdiri membelakangi Claire untuk melindunginya.
Wild menatap sekilas pada Sean lalu beralih pada Claire. "Claire, kemarilah." Wild masih berusaha membujuk Claire agar mau ikut dengannya.
Claire nampak acuh tak acuh. "Jangan pernah hubungi aku lagi. Aku tidak mau melihat wajahmu mulai dari sekarang."
Sean menoleh pada Claire lalu beralih pada Wild. "Kau dengar itu? Dia tidak ingin berbicara denganmu."
Setelah mengatakan hal itu, Sean menutup pintu lift. Kali ini, Wild tidak berusaha untuk menghentikan Claire lagi. Dia memutuskan untuk memberi waktu pada Claire untuk menenangkan diri.
Saat di dalam lift, tangis Claire langsung pecah. Dia tidak bisa menahan lagi air mata yang sedari dia tahan. Meskipun tidak bersuara, tetapi Sean bisa melihat dari ekor matanya kalau Claire sedang menangis.
Setelah pintu lift terbuka, Sean menuju meja resepsionis untuk memesan kamar untuknya, sementara Claire menuju bar yang ada di hotel tersebut. Claire menuju meja bar yang tepat berada di depan bartender, memesan minum beralkohol dan meminumnya hingga mabuk.
Karena merasa kepalanya pusing dan ingin muntah, Claire berencana untuk pulang. Dia keluar dari bar dengan langah yang tidak seimbang dan terhuyung-huyung seperti hendak jatuh. Saat tiba di loby, dia tidak sengaja menabrak seseorang.
Claire mengangkat kepalanya dan menatap orang yang dia tabrak dengan mata yang setengah tertutup. "Maaf." Setelah mengatakan itu, Claire berniat berjalan lagi, tetapi dia tidak sengaja tersandung oleh kakinya sendiri dan hampir saja jatuh jika tidak ditangkap oleh pria itu.
"Perhatikan jalanmu," ucap Pria itu dingin. Pria yang ditabrak Claire adalah Sean. Claire bahkan tidak mengenali Sean sama sekali, padahal mereka sudah bertemu di lift sebelumnya.
Claire berusaha untuk berdiri tegak, tetapi belum sempat dia berdiri, ada sesuatu yang mendesak keluar dari kerongkongannya menuju mulutnya. Detik kemudian, Claire memuntahkan isi perutnya tepat di dada Sean dan mengenai baju mahalnya.
Sean menunduk dengan wajah menegang ketika melihat cairan menjijikkan menempel di bajunya. "Jangan harap kau bisa pergi begitu saja setelah ini," ucap Sean dengan nada dingin, "kau harus bertanggung jawab."
Sean kemudian membawa Claire ke kamarnya. Dia memang memutuskan untuk menginap di hotel tersebut karena urusannya di kota A belum selesai. Sesampainya di kamar, Sean meletakkan tubuh Claire di sofa panjang.
"Bangun."
Suara Sean terdengar berat. Dia kemudian menunduk dan menepuk wajah Claire berkali-kali agar tersadar. Beberapa kali membangunkannya, tetapi Claire belum sadar juga hingga akhirnya Sean berjalan ke arah meja, mengambil air botol mineral lalu menyiramkan ke wajah Claire.
"Dingin bodoh!" teriak Claire dengan marah.
Dia membuka matanya lalu tatapannya bertemu dengan tatapan sedingin es. Claire yang masih setengah sadar, kemudian tertawa dan itu membuat Sean mengerutkan keningnya.
Claire bangkit dari tidurnya lalu berdiri mendekati Sean. "Bagaimana bisa ada pria setampan ini di kamarku?" racau Claire.
Dia mengira sudah berada di rumah, padahal dia sedang berada di kamar yang di pesan oleh Sean.
"Apa kau mau menjadi kekasihku?" Claire meraba wajah Sean yang nampak sedang melayangkan tatapan tajam padanya ketika tangan halus Claire menyentuh wajahnya, "kekasihku menghiantiku. Dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri. Wild, pria bodoh itu, aku akan membalasnya."
Sean menyingkirkan tangan Claire dari wajahnya. "Kaulah yang bodoh karena mabuk hanya demi pria bajingan seperti itu."
Claire kembali tertawa. "Kau benar. Aku akan mencari pacar yang lebih darinya untuk membalas sakit hatiku. Akan kubuat dia merasakan sakit yang aku rasakan saat ini." Claire kembali tertawa seperti orang gila dan itu membuat Sean menatap heran padanya.
Dengan kesadaran minim, Claire memajukan wajahnya dan menyentuh bibir Sean. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu hingga dia berani melakukan hal itu. Baru saja bibir mereka menempel, Claire menjauhkan wajahnya dan kembali muntah. Parfum Sean merangsang indra penciuman Claire sehingga membuatnya kembali muntah.
"Maaf."
Sean dibuat tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Dia berdiri mematung sambil melihat baju dan celananya yang sudah terkena muntahan Claire dengan tatapan jijik. Dia kemudian menutup hidungnya saat bau tidak sedap menyeruak masuk ke dalam hidungnya dan membuat Sean merasa mual.
Claire mendongakkan kepalanya menatap mata hitam yang sedang menatapnya dengan tatapan menusuk. "Aku akan mengganti bajumu nanti."
Claire tersenyum dengan wajah polosnya lalu berbalik menjauhi tubuh Sean. Tubuhnya kembali terhuyung saat dia melangkah menuju tempat tidur.
"Aku lelah sekali, aku ingin tidur."
Tanpa rasa salah sedikitpun Claire merebahkan tubuhnya di tempat tidur lalu memejamkan matanya, mengabaikan Sean yang masih berdiri mematung sambil menatap tajam ke arahnya.
Setelah tertegun cukup lama. Dengan kasar Sean melepaskan pakaiannya dan membuang bajunya dilantai lalu berjalan ke arah tempat tidur dengan langkah cepat dan wajah yang menggelap.
"Kau harus membayar mahal untuk semua ini, Nona. Permintaan maaf dan ganti rugi uang saja tidak cukup bagiku. Aku mau yang lebih dari ini."
Sean menyikap selimut dan membuangnya dengan kasar, setelah itu Sean mengangkat tubuh Claire menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor