Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Zhafira menundukkan kepala, tatapan tajam eric membuatnya merasa takut.
"Arga teman, ku!" ucap zhafira pelan.
Eric tak menyahut,entah mengapa hatinya merasa tidak suka melihat zhafira dekat dengan laki-laki lain.
Walaupun dia tidak suka pada zhafira,namun dia tahu jika zhafira sekarang adalah istrinya.
"Saya tidak suka, dia!" ujar eric, dengan nada dinginnya.
Zhafira mendongakkan kepalanya, perkataan eric sukses membuatnya melongo.
"Maaf."
Eric hanya terdiam mengalihkan pandangannya,ke sembarang arah.
"Saya sudah punya pekerjaan!" ucap eric, tanpa melihat zhafira.
Mendengar hal itu membuat zhafira tersenyum senang,tidak menyangka jika eric serius dengan ucapannya.
"Benarkah? Aku ikut bahagia,jika kamu sudah mempunyai pekerjaan." Zhafira menatap lekat eric,seakan ingin menyelidiki sesuatu.
"Kalau boleh tahu, kamu bekerja sebagai apa?" tanya zhafira, hati-hati.
"Saya hanya bekerja sebagai pelayan,di sebuah rumah besar."
Zhafira terdiam memikirkan jawaban dari eric. apakah dirinya harus mempercayai eric?
Zhafira tersenyum, untuk kali ini dia ingin mempercayai eric.dia ingin lebih dekat dengan eric,untuk mencari tahu siapa eric sebenarnya.
"Aku senang akhirnya kamu mempunyai pekerjaan."
Eric heran dengan sikap zhafira,yang terlihat senang dengan kabar dirinya yang sudah mempunyai pekerjaan.eric heran tidak ada raut kekecewaan pada zhafira, meskipun dia menyebutkan jika dirinya bekerja hanya sebagai pelayan.
"Apa kamu tidak malu,jika saya hanya bekerja sebagai pelayan?" ujar eric, memastikan.
Zhafira tersenyum. "Kenapa harus malu! Meskipun hanya seorang pelayan,yang penting halal."
Eric menatap lekat wajah zhafira, baru kali ini dia bertemu dengan perempuan seperti zhafira.kebanyakan wanita yang sering dia temukan,selalu memandang dalam segi harta. ternyata tidak dengan zhafira, dia sangat berbeda.
Eric tidak lagi menyahut dan memilih pergi dari hadapan zhafira.
***
Hari ini untuk pertama kalinya eric bekerja. meskipun dia berbohong,namun tidak salah karena hari ini dia memang harus pergi ke luar negeri,untuk melakukan transaksi kepada kliennya.
Eric memberikan alasan, jika dia harus menemani sang majikan berangkat ke negara Amerika selama tujuh hari.
Tanpa sepengetahuan zhafira,waktu malam eric menggunakan ponsel milik zhafira,untuk menghubungi edward.
Dan benar saja ternyata, asistennya itu memberitahu,jika eric harus menemui kliennya yang berada rusia.
"Apa kamu yakin, akan ikut kesana?" Zhafira menghampiri eric, dengan raut wajah khawatir.
Eric menatap tajam. "Tidak usah mengkhawatirkan saya. Meskipun kamu melarangnya, saya akan tetap pergi."jawabnya dingin.
Zhafira tersenyum kecut, mendengar jawaban eric yang sangat mencubit hatinya. bukan maksud zhafira ingin ikut campur, karena memang sudah seharusnya,sepasang suami-istri saling memberikan perhatian.
" Maaf, bukan maksud aku mencampuri urusan mu."ujar zhafira,pelan.
Tanpa menyahut lagi, eric segera pergi ke luar kamar.sebab waktu keberangkatannya tinggal satu jam lagi.
mereka berdua pun turun ke lantai bawah, untuk pamit kepada dewi.
"Bu." panggil zhafira.
"Iya, ada apa fira?" Dewi yang sedang menata makanan di meja pun menghentikan pekerjaannya.
"Bu... su-suami ku, akan pergi bekerja. Tapi, dia akan pergi ke Amerika,untuk menemani majikannya mengurus perusahaannya di sana."
Dewi tersenyum lebar, mendengar kabar menantunya yang sudah mendapatkan pekerjaan.namun dia juga tidak mempermasalahkan,akan pekerjaan sang menantu.
"Alah... paling dia bohong! Bilang saja, kalau mau kabur ninggalin istrinya!" seru retno ketus, menyela perbincangan dewi dan zhafira.
"Maksud bibi, apa?" seru zhafira.
Retno tersenyum sinis. "Kamu itu memang bodoh, fira. Coba kamu pikir, mana ada seorang majikan sebaik itu.Apalagi ini untuk pertama kalinya, suami gembel mu ini, bekerja disana." ujarnya, menunjuk wajah eric tajam.
Eric mengepalkan tangan,mencoba menahan emosi saat retno mencoba memprovokasi zhafira.
"Aku percaya suami, ku bi. Jadi lebih baik,urus saja urusan bibi sendiri,dan jangan pernah mencampuri urusan rumah tangga, ku."
Retno meradang setelah mendengar perkataan zhafira. dia tidak menyangka, jika zhafira akan melontarkan kata-kata yang menohok hatinya.
"Kita lihat saja nanti,jika ucapan ku ini benar. Kalau suami gembel mu,pembohong!"
Zhafira tidak lagi menyahut, sementara eric dia langsung pergi tanpa pamit pada dewi.melihat sikap eric, membuat dewi menghela nafas.
Dia berpikir,jika eric masih mencoba beradaptasi dengan orang-orang baru di sekitarnya.
"Maafkan sikap suami ku, bu!" Sebelum mengantar eric kedepan rumah, zhafira meminta maaf pada dewi, atas sikap eric.
"Tidak apa-apa,sayang.Ibu mengerti."
Zhafira pun segera, mengantar eric sampai kedepan rumah.
Eric menghidupkan motornya,tanpa kata dia pun pergi meninggalkan zhafira yang terdiam melihat kepergiannya.
Zhafira menghela nafas, entah sampai kapan sikap eric akan seperti itu padanya.padahal kejadian malam hari, masih terlintas di kepala zhafira dimana secara terang-terangan, eric tidak suka melihat dirinya dekat dengan Arga.
Zhafira kembali kedalam rumah untuk mengambil tasnya yang masih di kamarnya.
Saat melewati ruang makan,ternyata semua orang sudah berada di sana untuk melakukan sarapan.
Mata zhafira menatap sekilas,ke arah mereka.namun dia saat ini sedang tidak nafsu,untuk melakukan sarapan.
"Fira! Sarapan dulu!" seru dewi, saat melihat zhafira yang berjalan melewati ruang makan begitu saja.
"Aku masih kenyang, bu!"
Dewi menghela nafas. "Baiklah! Tapi jangan lupa di tempat kerja, makanlah meskipun sedikit."
Zhafira pun tersenyum tipis,menghampiri dewi dan mencium punggung tangannya.
Tidak ada perkataan sedikit pun dari heru,dan yang lainnya.hal itu membuat,hati zhafira bertanya-tanya.
Namun kali ini zhafira tidak ingin,memperdulikan sikap mereka.
***
Di sebuah pesawat jet pribadi,eric terlihat berbeda dengan pakaian serba hitamnya yang lebih formal.
Sepintas tidak akan ada yang mengira,jika usia eric masih muda, sebab dia sengaja berpakaian seperti itu demi citranya,sebagai seorang king.
Dengan di temani oleh asisten kepercayaannya, siapa lagi kalau bukan Edward.
"Maaf king, apa ada masalah?" Edward yang duduk di samping eric pun,mengajukan pertanyaan.
Melihat eric yang melamun,membuat Edward sedikit khawatir.
"Aku tidak apa-apa." jawab eric singkat.
Edward pun mengangguk paham dan kembali diam.
"Pastikan,seseorang mengawasi perempuan itu.Dan aku ingin, mereka mengirim kabar setiap saat." ucap eric,dengan tatapan menatap lurus ke depan.
"Saya sudah menyuruh seseorang untuk mengawasi dia, king.Dan saya juga meminta agar mereka memberikan kabar setiap detiknya."
Seakan puas dengan kerja asistennya, eric pun tidak lagi menyahut.
Kini entah mengapa,di pikirannya tiba-tiba terlintas wajah cantik zhafira,yang sedang tersenyum kepadanya.
Di samping rasa tidak sukanya pada zhafira, entah mengapa dia merasa nyaman,jika saat berada di dekat zhafira.
***
Malam ini zhafira pulang seperti biasa tanpa lembur.hari ini dia pun pulang bersama ayu,sebab sahabatnya itu sudah sembuh.
Sesampainya di rumah,zhafira seperti biasa membersihkan badan terlebih dahulu.namun tiba-tiba dia merasa haus.
Zhafira pun memutuskan,untuk mengambil air ke dapur.saat dia sedang minum, tiba-tiba ada tangan kekar yang memeluknya dari belakang.
Zhafira yang terkejut pun segera menjauhkan diri,dari seseorang yang sedang memeluknya.
"DIRLAN!" pekik zhafira, terkejut saat mengetahui pelaku yang sudah memeluknya.
"Ssssttt! Jangan berisik sayang...! Atau kita akan ketahuan!" Dirlan tersenyum smirk, melihat zhafira yang ketakutan.
"Apa kamu sudah gila!" bentak zhafira, marah.
"Jangan pura-pura, fira. Aku tahu, kamu masih mencintai ku, kan. Untuk itu aku akan menemani mu malam ini. Sebab aku tahu, jika suami gembel mu itu pergi untuk waktu yang lama."
Zhafira mengepalkan tangan,mendengar kata-kata menjijikan yang keluar dari bibir dirlan.
Dirlan mendekati zhafira,sampai terpojok di tembok.dirlan menatap zhafira,dengan penuh nafsu.
PRAAANG...
Zhafira yang ketakutan pun tidak sengaja, menjatuhkan gelas yang sejak tadi dia pegang.
"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN DI SINI!" teriak kinan marah besar.