NovelToon NovelToon
Kekasih Tak Kasat Mata

Kekasih Tak Kasat Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Minaaida

"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.

Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.

Bagimana ini...?

Apa yang harus Lia lakukan...?

Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.17. Kesurupan

"Oh iya, ... aku belum kasih tahu kamu ya? Hari ini kan hari Selasa. Jadi hari ini kita buka nya sampai jam 5 saja," kata Enah.

"Hah, kenapa begitu?" Lia sangat heran.

"Nggak tahu kenapa, tapi kata Pak Karso sih biar kita nggak terlalu capek", jawab Enah.

Lia merasa sedikit aneh dengan peraturan yang dibuat oleh Pak Karso. Kenapa lelaki itu menyuruh menutup rumah makan lebih awal dari hari - hari biasanya..? Pikir Lia.

"Berarti setiap hari Selasa rumah makan ini tutupnya pukul lima sore ya, Mbak?", tanya Dahlia.

"Iya, selama setahun ini memang seperti itu. Benarkan, teung?", Iteung mengangguk.

"Iya, benar. Kata Pak Karso biar malam Minggu nya bisa tutup lebih lama karena kalau malam Minggu biasanya yang datang lebih ramai lagi dari hari - hari biasa. Jadi maksudnya beliau, seperti ganti jam kerja, gitu. Kalau malam Selasa, rumah makan tutup lebih awal, tapi kalau malam Minggu, ya sampai makanan habis", ujar Iteung.

"Kok aneh, ya..? Memang dari dulu rumah makan ini selalu rame, ya?", tanya Lia.

"Iya, rumah makan ini memang selalu rame. Anehnya di mana ya, Lia?" tanya Enah.

"Iya aneh lah, Mba. Masa setiap hari Selasa

Tutupnya sampai jam 5. Sebenarnya kan bisa di atur ship kerjanya. Ada yang masuknya pagi sampai sore lalu ada yang masuknya sore hingga malam. Kan, rumah makan nya rame tuh, bukannya sayang kalau nggak sampai malam tutupnya?" ujar Lia.

"Nah, loh.. benar juga kata kamu, Lia." ucap Iteung.

"Mbak nggak mengerti soal itu, Lia. Tapi iya juga sih. Kan jadinya istirahat kita bisa teratur. Nggak seperti sekarang, bangun satu bangun semua, tidur satu harus tidur semua", ucap Enah.

Iteung tidak menanggapi kata 'aneh' yang diucapkan Lia. Ia hanya fokus pada sebuah ide brilian yang di kemukakan Lia.

"Usul kamu bagus juga, Lia. Coba nanti kita sampaikan usul kamu itu pada Pak Karso", ucap Iteung.

"Kamu aja yang sampaikan, kalo aku sih mana berani", ucap Enah.

"Kenapa nggak berani, pak Karso itu orangnya baik, kok!", ucap Iteung yakin.

"Iya, baik, tapi cuma ke kamu saja, yang lain mana, dia seperti itu", cibir Enah.

"ahh, masa, sih?", sela Iteung.

Lia hanya diam dan jadi pendengar perbincangan Iteung dan Enah. Dia fokus pada pekerjaan nya sambil menunggu suasana rumah makan sepi. Ia ingin memastikan ada atau tidak penampakan mengerikan lagi di sana.

Ketika pekerjaannya di dapur sudah hampir selesai, Lia berjalan menuju ke ruang depan untuk membantu pekerjaan yang mungkin belum selesai di sana.

Akan tetapi, rupanya ruangan depan sudah selesai di bersihkan. Dahlia kembali lagi ke dapur. Dia juga tidak melihat adanya penampakan - penampakan yang mengerikan seperti kemarin.

Pagi itu berlalu dengan cepat. Lia kini kembali berjibaku dengan alat masak. Demikian juga dengan Enah. Suara kompor gas yang menyala beradu dengan suara dentingan alat dapur terdengar memenuhi suasana di dapur pagi hingga siang itu.

Saat Lia dan Enah sedang fokus memasak tiba-tiba Lia mencium bau harum bunga semerbak memenuhi dapur. Seketika bulu kuduk Lia berdiri. Lia merinding seketika.

"Mbak, apa Mbak Nah cium bau bunga?", tanya Lia.

"Hah, bau bunga? Bunga dimana, Lia?", tanya Enah bingung. "Lia, di dapur ini yang ada hanya bumbu - bumbu jadi ya bau bumbu", ujar Enah dengan nada suara yang terdengar sedikit kesal.

"Kamu ini, jangan aneh - aneh deh, Lia", ujar Enah. Dahlia langsung terdiam.

Begitu lah Enah, wanita itu tidak pernah percaya dengan hal - hal yang berbau mistis seperti itu.

Hari sudah semakin siang, Lia yang sedang sibuk memasak di dapur, akhirnya terpaksa meminta tolong kepada Iteung untuk membelikan nya bubur sumsum.

Siang hari nya sama seperti kemarin, ....ada banyak pesanan yang datang. Sekitar pukul tiga sore, barulah Enah dan Lia dapat beristirahat.

"Lia, makan dulu, yuk. Aku sudah lapar banget!", ajak Enah.

"Duluan aja, mbak. Aku belum lapar ", ucap Lia.

"Kamu selalu saja begitu kalo di suruh makan, Lia. Badan sudah kurus kering begitu, males makan lagi." ucap Enah. Dahlia hanya tersenyum kecil.

"Ya udah deh, kalo nggak mau makan. Aku ambil makan sendiri, aja!", ketus mbak Nah. Dia langsung berdiri dan mengambil nasi dan lauk pauk untuk makan siang.

Tak beberapa lama, Enah kembali lagi datang dengan membawa piring yang berisi nasi dan lauk pauk lengkap.

Mata Lia tak lepas dari piring nasi di tangan Enah. Bukan lantaran dia ngiler atau lapar, tapi karena Lia melihat sesuatu yang aneh di piring nasi yang di pegang Enah.

 Sejenak Lia terpana melihat piring nasi yang di pegang Enah. Ada sesuatu yang bergerak - gerak.

Mata Lia terbelalak ketika melihat piring nasi yang di pegang Enah.

Astagafirullahal a'azim,..

Lia berucap istighfar dalam hati. Butiran nasi di piring Enah berubah menjadi belatung kecil - kecil.

Lia sampai berkeringat dingin melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Jantung nya berdegup kencang. Rasa mual mendera perut Lia melihat belatung di piring Enah yang bergerak - gerak ke sana kemari.

Lia sudah tidak tahan lagi.

"Astaghfirullah, Allahu Akbar..."

Gumbraaang......!

Dahlia melempar tutup panci ke arah Enah sehingga membuat Enah terlonjak kaget dan...

Prangggg ....!

Piring nasi di tangan Enah jatuh dan pecah.

"Astaghfirullah, ada apa Lia?", teriak Enah pada Lia.

Dahlia terdiam dengan mata melotot dan tubuh gemetar. Enah yang tadinya ingin marah pada Lia kini berubah jadi khawatir dan cemas melihat kondisi Lia.

"Lia,... sadar Lia! Lia kamu kenapa?", teriak Enah sembari mengguncang - guncang tubuh Dahlia.

Keributan yang di buat Lia membuat sebagian

pekerja dan juga pengunjung merasa kaget. Bahkan teriakan Enah yang sangat kencang membuat Pak Karso yang ada di ruang kerjanya langsung menuju ke dapur.

Iteung yang mendengar teriakan Enah memanggil - manggil nama temannya langsung menuju ke dapur. Dia merasa cemas dan khawatir.

Para pekerja dan pengunjung berlarian ke dapur untuk melihat apa yang terjadi.

"Astaghfirullah, Lia, apa yang terjadi?" tanya Iteung ketika sudah sampai di dapur. Dia semakin cemas ketika melihat kondisi Lia yang berdiri kaku dengan mata melotot.

Enah masih mencoba menyadarkan Lia namun tak ada hasil. Lia masih saja terpaku dengan wajah yang terlihat ketakutan setengah mati.

"Ada apa ini!", teriak pak Karso dari belakang kerumunan pekerja dan pengunjung rumah makan.

"Kenapa ke sini semua. Sudah, bubar... bubar.. Ini bukan tontonan." Pak Karso membubarkan kerumunan orang yang tadinya ingin melihat kejadian selanjutnya.

Satu persatu pengunjung itu kembali ke tempatnya semula. Tinggallah para pekerja rumah makan yang ada di sana.

"Kenapa kalian masih di sini semua?", bentak Pak Karso.

"Cukup Maman dan Ardi saja yang di sini. Yang lain kembali bekerja!",

"Iteung, kamu juga kembali bekerja!", perintah pak Karso pada Iteung.

"Tidak, pak! Lia teman saya. Saya harus berada di sini!" teriak Iteung lantang.

Entah mengapa, hari itu terlihat pak Karso sangat marah pada Iteung. Sikapnya yang biasanya ramah dan baik pada Iteung tiba - tiba hilang.

Pak Karso berusaha mengontrol emosi nya.

Entah mengapa, saat melihat kondisi Lia, Pak Karso bukannya iba, tetapi malah merasa emosi yang teramat sangat.

Namun lelaki itu sangat pandai bersandiwara. Dia tak ingin para pekerjanya mengetahui kemarahannya. Maka dari itu dia pun langsung mengubah nada suaranya dan memperlihatkan wajah cemas nya yang palsu.

"Nah,...apa yang terjadi? Mengapa dia sampai seperti ini?", tanya pak Karso pada kokinya itu. Nada suara lelaki itu dibuat seolah-olah dia sangat cemas dan khawatir dengan kondisi Lia.

"Nggak tau, Pak. Tadi dia berteriak dan melempar tutup panci ini padaku." Enah mencoba menjelaskan kejadiannya pada majikan nya itu.

"Kalau begitu kita bawa saja ke mess. Tapi apakah dia bisa berjalan ? Mengapa matanya masih terbelalak begitu?", tanya pak Karso.

"Lia,...sadar Lia." Iteung masih berusaha untuk menyadarkan temannya.

Lia yang sedari tadi terpaku tiba - tiba merasakan seseorang meniup ubun - ubun nya. Orang itu tak lain adalah Mahesa, suaminya.

Setelah Mahesa meniup ubun ubun Lia,

gadis itu langsung jatuh pingsan.

Setelah itu Mahesa pergi meninggalkan tempat itu setelah memastikan bahwa istrinya dalam keadaan baik - baik saja.

1
Nunuk Rahmaji
Seorang manusia wanita tidak diperbolehkan menikah dengan lelaki bangsa jin. Karena keturunan yang dihasilkan akan berbentuk buruk. Sebaliknya lelaki bangsa manusia diperbolehkan menikahi jin wanita. Karena keturunan yang dihasilkan akan baik bentuknya. Ini pendapat saya kutip dari shli budaya kebatinan.
Dhedhe Rustam
semangat terus thor, kutunggu cerita selanjutnya
Minaaida
Penasaran,....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!