Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THE MONSTER
Luein dan Diana, dua gadis yang sangat berbeda.. Lueina terkesan cuek dan santai, sedang Diana itu cerewet dan terburu-buru.
Kini Diana tengah diberi pengarahan oleh Victor. Gadis itu sangat sigap melaporkan semua kejanggalan berkas yang ia baca. Sedang Luein kini juga memprotes sedikit kesalahan hitung pada bagian akunting.
"Maaf, Tuan. Mungkin Tuan harus cek ulang lagi bagian pendataan keuangan. Kita harus mengetahui penyebab kesalahan yang mengakibatkan laporan neraca tidak balance harus segera dilakukan. Jika neraca saldo tidak seimbang, maka akan menghambat proses akuntansi berikutnya, hingga ditemukan kesalahan dan dilakukan koreksi kesalahan," jelas Luein saat menunjuk bagian kesalahan.
Tubuh Luein yang begitu dekat dengan Adrian membuat pria itu sesak napas dan sesak bagian bawahnya. Harum tubuh gadis itu begitu memikatnya. Pria itu menatap bibir tanpa lipstik itu dengan nanar.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Adrian dengan suara berat dan napas menderu.
Luein sedikit menjauh dari sosok jangkung itu. Menatap mata amber, iris abu milik Luein langsung menyalang tajam ketika terlihat kabut gairah di netra atasannya. Adrian, sedikit terkejut. Ia pun menetralkan dan menekan semua hasratnya.
'Kita melakukan proses penghitungan kembali hasil saldo penjumlahan yang ada pada kolom kredit dan debit. Melakukan perbandingan nama akun yang terdapat dalam neraca saldo dan buku besar. .Memastikan hasil penjumlahan saldo debit dan kredit, serta selisihnya pada tiap akun besar!" jelas gadis itu bersikap waspada.
Adrian merasakan kewaspadaan Luein terhadapnya. Pria itu langsung menormalkan sikapnya menjadi dingin dan arogan. Luein sedikit melunak.
"Baik, sekarang ada kan rapat untuk membahas kesalahan input ini. Aku minta sepuluh menit kau siapkan semuanya!" titah pria itu.
Luein membungkuk hormat. Gadis itu segera melakukan tugasnya. Pergi ke lantai delapan., di sana divisi akunting berada. Ia langsung menyiapkan ruang rapat dan memberitahu kepala bagian divisi tentang adanya evaluasi penghitungan neraca besar.
"Tuan, ruang rapat sudah tersedia!' lapor Luein dengan sedikit napas terengah.
Bagaimana tidak tubuh kecilnya harus berlarian ke sana kemari untuk menyiapkan semuanya, dan itu harus selesai kurang dari sepuluh menit.
Adrian melihat benda melingkar di tangannya. Ia menggeleng.
"Kau lewat dua menit!" protesnya.
"Vic, laporkan pada pihak kampus akan keterlambatannya ini!"
"Siap Tuan!"
Luein melongo tak percaya. Ingin rasanya ia memukuli wajah tampan atasannya itu. Bagaimana bisa ia menyiapkan semua dalam sepuluh menit. Ia berada di lantai dua puluh tujuh. Bagian divisi di lantai delapan.
"Gunakan lift khusus!" titah Adrian menjawab keluhan Luein.
Keempatnya masuk lift khusus itu. benda itu hanya bisa diakses oleh kedua pria itu. Menggunakan sensor sidik jari Victor dan Adrian. Luein memutar mata malas.
'Lift ini hanya untuk mereka berdua. Bagaimana aku bisa mengaksesnya!' runtuknya kesal dalam hati.
Tiba-tiba Adrian menarik tangannya. Gadis itu tentu belum siap, ia nyaris saja terjerembab jika saja tangan kokoh Adrian tak menahan pinggang kurusnya. Jari telunjuknya diletakkan pada pemindai sensor. Terdengar bunyi "Klik".
"Lift ini sekarang bisa kau gunakan," bisik Adrian.
Luein langsung melepaskan diri dari rengkuhan pria besar itu. Tinggi Luein memang berukuran sedang, hanya 160 saja, dengan berat 40kg.
"Kau kurus sekali. Aku bisa merasakan semua tulang di tubuhmu," sindir Adrian tanpa memandang Luein.
Gadis itu hanya mendengkus kesal. Diana yang melihat itu semua tak bisa berbuat banyak. Terlebih di sini mereka hanya peserta magang.
"Maaf, aku tak bisa membantumu," bisik Diana.
Hanya helaan napas gusar terdengar dari mulut sahabatnya itu. Diana menggaruk kepalanya. Ia yakin, jika ada yang mencari perkara dengan Luein saat ini, pasti akan dihabisinya.
"Kau harus pulang denganku!" tekan Diana lagi sambil berbisik.
Kedua pria yang berada bersama dua gadis itu mengamati dan mendengar semua bisikan Diana. Mereka ingin tahu. Kejadian apa yang bakalan terjadi dengan Luein, hingga Diana sampai berbisik seperti itu.
Hanya butuh dua menit mereka sampai di lantai delapan. Victor yang membukakan pintu untuk atasannya. Luein dan Diana hanya mengikuti dari belakang. Rapat di mulai. Luein menyampaikan adanya kesalahan input pada neraca.
"Maafkan kami Tuan. Sebagian komputer sedang error. Kini tengah diadakan perbaikan. Kami akan menghitung ulang neraca dan memberi laporan dalam waktu secepatnya," jelas kepala akunting sambil membungkuk hormat.
Ia memang baru mengetahui kesalahan ketika Luein mengatakan akan ada rapat evaluasi neraca. Ia pun melihat langsung laporan neraca.
Benar saja, ada kesalahan input. Ketika diperiksa ternyata komputer error dan selalu memasukan kesalahan input itu.
"Ini beberapa unit komputer yang rusak, Tuan," ujarnya memberi berkas pada Luein.
Luein membaca berkas itu dan memberikannya pada Adrian. Pria itu memeriksa.
"Apa sudah minta ganti?"
"Sudah Tuan. Kini tengah dipasang oleh tim IT," jawab kepala divisi akunting.
"Berapa lama kalian menyerahkan laporan neraca yang benar padaku?"
Tiba-tiba dua orang masuk dengan napas terengah-engah. Adrian sangat tidak suka dengan ketidak sopanan itu.
"Kenapa kalian tidak mengetuk pintu!' bentak Victor langsung.
Dua orang yang sedang membawa berkas itu tertunduk ketakutan. Mereka memang salah tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ma-maafkan kami Tuan. Kami terburu-buru, kami hanya ingin menyerahkan laporan neraca ini secepatnya," jelas keduanya dengan terbata.
Akhirnya rapat selesai. Laporan neraca sudah benar dan komputer yang rusak sudah diganti dengan yang baru. Adrian cukup salut akan ketelitian sekretaris magangnya.
Waktu pulang sudah tiba. Sebagai peserta magang. Keduanya tidak memiliki tanggung jawab untuk pekerja tambahan atau lembur. Mereka hanya melaporkan semua kegiatan magang mereka, selama jam kerja.
Seperti janji Diana. Ia akan bersama sahabatnya pulang.
"Aku sudah tidak apa-apa," ujar Luein tenang.
"Aku malah tidak percaya jika kau berkata begitu. Aku mengenalmu selama dua tahun ini," sahut Diana tak percaya.
Luein hanya diam. Mereka pun pulang dan turun menggunakan lift biasa. Adrian dan Victor juga baru keluar ketika dua gadis itu menunggu lift biasa.
"Kalian tidak naik lift ini?" tawar Adrian.
Keduanya menoleh lalu menggeleng. Adrian tak memaksa walau ia sangat ingin Luein berada di dekatnya. Victor juga tidak bisa melakukan apa-apa. Seharian ini, Diana sama sekali tidak merespon pesonanya.
"Dia seperti batu," celetuk Victor ketika mereka sudah berada dalam lift.
"Aku langsung mendapat tatapan tajam dan sikap waspada. Aku yakin jika dia masih perawan," sahut Adrian dengan senyum penuh arti.
Victor mengangguk setuju. Satu harian ini ia mencoba berinteraksi dan menyentuh Diana, tetapi sepertinya ia bersama patung kayu.
Luein dan Diana kini sudah berada di lobby. Entah kenapa tiba-tiba Gloria berlari dan menyenggol Luein. Sayang, justru dia lah yang jatuh.
"Apa.yang kau lakukan, kau menjatuhkan ku!' bentak Gloria.
Luein menatapnya datar. Wajah mengerikan langsung terlihat oleh Gloria. Gadis itu menelan saliva kasar. Buru-buru ia berdiri dan meninggalkan rivalnya.
Diana langsung menarik sahabatnya. Ia berusaha sebisa mungkin menenangkan Lueina dari kemarahannya. Diana membawanya ke halte. Ia belum tahu jika gadis yang ia bawa ini sudah memiliki mobil.
"Hei untuk apa kita ke halte?' tanya Luein.
"Lalu kau pikir kita naik apa?" tanya Diana kesal.
"Kita naik mobilku!' ajak Luein kini pergi ke halaman parkir perusahaan.
"Hei jangan berkhayal, sejak kapan kau punya mobil!' seru Diana.
Tiba-tiba.
"Hai, gadis apa kabar?" dua preman menghadang jalan Luein.
Diana menelan saliva kasar.
"Menyingkir sebelum kalian benar-benar menyesal!' tekan Luein dengan ekspresi membunuh.
"Uuuh ... takut," ujar salah satu preman kemudian keduanya tergelak.
"Jangan begitu, aku bisa memuaskan mu," seloroh mereka lagi.
Keduanya hendak menyentuh Luein. Dengan gerakan cepat. Kedua tangan itu dipukul bagian lengan. Hingga keduanya berteriak kesakitan. Luein menggelap. Ia menghajar keduanya hingga K.O. Diana membiarkan sahabatnya. Ia juga takut terluka.
Melihat kedua preman itu sudah tak sadarkan diri dan orang-orang mulai berdatangan. Polisi langsung meringkus kedua preman itu.
"Terima kasih Nona. Kami memang sedang mencari dua orang ini," ujar polisi.
Luein tak menggubris. Ia melangkah menuju lapangan parkir diikuti Diana. Kini, gadis itu percaya jika sahabatnya itu memliki mobil.
Sedang di dalam mobil dua pasang mata terbelalak melihat video rekaman orang suruhannya.
"Astaga. Apa dia itu monster!?"
bersambung.
mantap Luein.
next?