Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9.
Disaat Amira sudah di antar Irma sampai di halte bus sembari menunggu bus nya datang, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam pun berhenti di pinggir jalan lebih tepatnya di hadapan dirinya yang tengah duduk di kursi tunggu yang ada di halte bus itu, lantas Amira pun langsung mengamati mobil itu dengan seksama.
" Masuk!" pinta Fajar, begitu kaca mobil itu terbuka.
" Kamu duluan aja, aku bisa naik bis." balas Amira mendekat dan menolak ajakan suaminya itu dengan sopan.
" Masuk, Amira!" ucap kembali Fajar dengan suara tegasnya.
Mendengar ketegasan dari Fajar, Amira pun kini sudah tidak bisa menolak lagi, dia juga merasa tidak enak kalau harus berdebat dihadapan orang-orang yang ada di sana.
Tanpa berbicara lagi Amira pun langsung masuk kedalam mobil.
" Udah makan?" tanya Fajar, tanpa melirik ke arah Amira dan hanya fokus menyetir saja.
" Udah, tadi dibeliin Irma."
" Kalau kamu sendiri udah makan?" tanya balik Amira kepada Fajar.
Fajar tidak menjawab pertanyaan dari Amira itu, seolah dia tidak mendengar apa yang Amira tanyakan.
" Kamu belum makan?" tanya kembali Amira karena Fajar tidak merespon nya.
" Saya gak laper."
Mendapat jawaban singkat itu, Amira langsung menggeleng pelan, karena sudah dipastikan kalau suaminya itu belum makan sejak tadi.
" Kita cari tempat makan dulu, ya."
" Nanti aja dirumah." tolak Fajar.
" Kelamaan, apalagi kalau dirumah, aku harus masak dulu."
Amira mengucap itu karena tau bahwa menyiapkan makanan untuk Fajar kini sudah menjadi kewajiban nya saat ini.
" Buat apa masak? dirumah ada pelayan yang udah siapkan makanan, fokus aja belajar, gak perlu mikirin hal lain." ujar Fajar, seolah mengerti apa yang sedang Amira pikirkan saat ini.
" Fajar." sahut Amira dengan pelan, yang seperti biasa fajar tidak menjawab dengan gumaman nya itu.
" Kalau begitu, nanti tolong turunin aku di pertigaan jalan aja ya, aku mau ke perpustakaan dulu."
" Kerja?"
" Hm." jawab Mira.
" Ga cape?"
Mendengar pertanyaan itu dari Fajar Amira langsung tersenyum, sebelum akhirnya menjawab.
" Alhamdulillah, enggak, udah biasa."
Fajar hanya mengangguk, kemudian dia fokus kembali menyetir mobilnya.
" Kenapa gak berhenti?"
Amira langsung menatap Fajar, saat Fajar terus melajukan mobilnya melewati pertigaan yang sebelumnya sudah dia katakan.
" Kalau kamu nganterin aku sampai perpustakaan, kamu makin lama nahan laparnya." ucap Amira yang menjadi panik sendiri.
" Saya sudah bilang, saya gak lapar." jawab Fajar dengan santainya.
Amira hanya menggeleng pelan, sambil menghela nafasnya dengan pelan, kalau kayak begini dia hanya bisa pasrah saja menghadapi suaminya yang super dingin itu.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
" Pulang jam berapa?" tanya Fajar saat mereka sudah sampai di perpustakaan tempat Amira bekerja.
" Jam 9, kamu gak perlu jemput aku, aku bisa naik bis nanti." jawab Amira yang tidak ingin merepotkan Fajar lagi.
Sedangkan Fajar dia kembali tidak merespon apapun, dia menjauhkan kembali punggungnya dari pintu mobil itu, kemudian kembali membuka pintu mobil dan masuk kembali kesana.
" Hati-hati, jangan ngebut kayak tadi." pesan Amira kepada Fajar.
" Iya, Amira."
" Fajar, tunggu!" cegah Amira menghentikan Fajar yang hendak menutup kaca pintu mobil.
Fajar yang bingung pun langsung mengangkat satu alisnya.
Tanpa berbicara, Amira langsung meraih tangan Fajar kemudian mencium punggung tangan itu dibalik cadarnya.
Tanpa sadar, Fajar menarik salah satu bibirnya, dia tersenyum samar melihat tingkah Amira yang sungguh memperan ni dirinya sebagai seorang Istri.
Setelah mencium tangan nya Fajar, Amira pun langsung berpamitan kepada Fajar dan langsung masuk kedalam perpustakaan besar itu untuk bekerja.
TO BE CONTINUE.