Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Andin
Pagi yang begitu dingin karena hujan angin yang menerpa kota tua semalam menyebabkan dua insan manusia ini tertidur lelap.
Tok... Tok...
Terdengar ketukan di pintu kamar mengusik lelapnya tidur Rian.
Rian mengucek-ngucek matanya untuk membuka matanya.
"Siapa sih... Tidak tahu apa orang ngantuk" gumam Rian kesal.
Rian melangkah mendekat kearah pintu lalu membukanya.
"Ardy ada apa?" tanya Rian.
"Pak Ri... Ara membuat keributan di kantor" ucap Ardy dengan tegas.
"Kamu saja yang urus dia, kenapa harus datang segala, kamu masih bisa telepon saja" ucap Rian kesal.
" Dari tadi aku telah menelepon bapak tapi nomor pak Rian tidak aktif." ucap Ardy sopan.
"Oke... Tunggu aku di ruang kerja, aku akan segera kesana" ucap Rian lalu menutup kembali pintu kamar.
Rian melangkah kearah kamar mandi untuk membersihkan diri. Di liriknya sang istri sebelum ia masuk kedalam kamar mandi.
Andin terbangun dari tidurnya ketika Rian sedang berada dikamar mandi. Di dengarnya suara air gemercik di kamar mandi yang menandakan ada orang di dalamnya. Andin sudah menduga sang suami berada di dalam kamar mandi itu.
Andin yang merasa haus segera bangun dan berjalan menuju dapur. Di tangga ketika dalam perjalanan menuju dapur Andin bertemu dengan Ardy.
"Andin... Apa benar kamu istri pak Rian?" tanya Ardy terkejut melihat Andin yang menggunakan piyama Rian yang kebesaran.
"Iya Ar... Dia istri saya" ucap Rian dari belakang Andin.
Andin terkejut melihat Rian yang berdiri di belakangnya dengan nada bicara yang terasa dingin dan tidak bersahabat.
"O... Begitu" Ardy hanya bisa diam dan melangkahkan kaki melewati Andin menuju ruang kerja yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar Andin dan Rian.
"Aku pikir dia kemarin bercanda, ternyata dia benar" gumam Ardy meski dengan suara yang kecil namun tetap bisa di dengar Rian.
Ardy masuk kedalam ruang kerja disusul Rian di belakangnya.
"Keributan apa yang di lakukan Ara di kantor?" tanya Rian sambil berjalan menuju sofa. Ardy ikut duduk berhadapan dengan Rian ketika tuannya sudah duduk lebih dahulu.
"Ara menyari tuan di kantor dan dia tidak menemukan tuan. Ara berteriak memanggil nama tuan dan mengatakan bahwa..." Suara Ardy terhenti karena mata tajam Rian seolah menusuk lawannya.
"Kenapa kamu berhenti?" tanya Rian kesal.
"Ara menunjukan Vidio bapak bermesraan dengannya dan dia menunjukan alat tes kehamilan yang hasilnya bergaris dua" Ucap Ardy yang terdengar oleh Andin yang membawa nampan berisi kopi.
Nampan itu terjatuh dan pecahan gelas pun terdengar.
Rian dan Ardy menolehkan pandangannya ke pintu dimana Nadin menjatuhkan gelasnya.
"Apa maksud pak Ardy? Ara hamil anaknya Rian?" tanya Andin dengan wajah terkejutnya.
Wajah Rian menegang memahami situasi bahwa Andin salah paham tentang dia.
"Andin kamu tenang dulu... Semua tidak seperti yang kamu pikirkan" ucap Rian melangkah mendekat kearah Andin namun kalah cepat dengan Andin yang telah pergi menuju kamar mereka.
Andin mengunci pintu kamar tersebut meski Rian tidak berhenti mengetuk pintu kamar.
"Ada apa Ri?" tanya Kakek yang mendengar keributan.
"Andin salah paham denganku Kek... Dia mengira Aku benar menghamili Ara tapi semua itu hanya drama yang di buat Ara agar tidak pisah denganku" ucap Rian panjang kali lebar.
Sang kakek hanya menepuk pundak Rian lalu meninggalkannya pergi menuju kamarnya sendiri.
Sudah sekitar 2 jam Andin berada di dalam kamar dan melewatkan makan siangnya.
Rian dan Ardy sudah meluncur ke perusahaan satu jam yang lalu karena Ara telah memanggil wartawan ke perusahaan.
Andin kembali keluar kamar setelah menyadari bahwa Rian telah pergi dari rumah.
Andin bertemu dengan kakek yang sedang menonton acara tv.
"Andin... Duduk sini nak" ucap Kakek menggeser ke sisi kanan agar Andin bisa duduk di sisi kirinya.
Andin yang telah rapi dengan gaun minim berwarna biru langit dengan rambut yang di ikat tinggi-tinggi menambah kecantikan di wajahnya.
Andin berjalan mendekat ke arah sang kakek dan duduk di samping kakek untuk melihat apa yang di tonton sang kakek.
Keributan di Tv sangat jelas di lihat Andin. Salah satu wartawan mewawancarai Ara yang menangis di dalam mobilnya.
"Aku sudah 4 tahun pacaran dengan Rian... Aku akui aku salah karena tidak pernah menerima lamarannya tapi kami sudah sering .... pasti kalian paham maksud aku bukan, hikkk hikkk aku hamil sekarang dan Rian dengan enaknya menyatakan putus denganku" isak Ara menangis sehingga terdengar pilu.
"Saya dengar pak Rian di isukan telah menikah? Apakah benar?" tanya wartawan itu ke Ara.
"Selama ini yang berhubungan dengan Rian hanya aku" ucap Ara lalu asistennya menyuruh si wartawan untuk keluar dari mobil dan mereka melajukan mobilnya.
Sang kakek hanya memperhatikan ekspresi Andin yang terlihat tenang dan dingin.
"Kakek... Aku mau keluar sebentar..." ucap Andin lalu pamit keluar tanpa menjawab pertanyaan sang kakek kemana dia mau pergi.
Andin masuk ke taksi online yang telah dia pesan beberapa menit yang lalu.
Andin mengarahkan taksi online itu menuju restoran cepat saji sesuai janji yang dibuat Ara.
Sesampainya di restoran tersebut Andin telah melihat Ara telah menunggunya di sebuah ruangan yang dikelilingi kaca.
"Akhirnya kamu datang" ucap Ara tersenyum mengejek Andin.
"Ada apa? Katakanlah langsung aku tidak punya waktu yang banyak" ucap Ara terdengar tegas lalu duduk di depan Ara.
"Aku ingin kamu meninggalkan Rian. Dia telah menghamili aku dan ini vidio kami sedang bermain" ucap Ara dengan santai tanpa rasa malu.
"Hahaha Ara ... Ara... Kamu panggil aku hanya mau mengatakan ini!" ucap Andin dengan tawa mengejek.
"Aku pikir kamu pintar seperti wajahmu yang cantik. Ternyata aku salah" ucap Andin yang membuat wajah Ara memerah.
"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan dengan manager mu? Berapa kali kalian berhubungan?" ucap Andin lalu berdiri.
"Kamu simpan saja vidio itu untuk fantasi seks mu karena Rian tidak akan kembali lagi ke pelukan mu" ucap Andin sebelum melangkahkan kakinya keluar restoran.
Ponsel Andin berdering terus melihat panggilan atas nama Rian tertera di layar ponselnya.
"Ada apa?" tanya Andin yang telah duduk di dalam taksi.
"Kamu di mana? kata kakek kamu keluar?" tanya Rian dengan nada khawatir.
"Kamu tidak perku khawatir Ri... Aku mulai hari ini berhenti menjadi seketarismu. Dan satu lagi aku pergi untuk menyelesaikan masalah hidupku" ucap Andin lalu memutuskan teleponnya.
Andin mengarahkan supir menuju perumahan elite di sebelah utara. Setelah sampai ditempat tujuan Andin menatap rumah yang bernuansa klasik itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Aku telah kembali. Aku ingat semuanya" ucap Andin yang akan terdengar membingungkan bagi beberapa orang.
Andin masuk kedalam rumah itu dengan langkah lebarnya.
"Selamat datang nona... Tuan telah menunggu nona di ruang keluarga. Ayo saya antar" ucap asisten rumah tangga itu.