Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Rasanya Aku Mau Gila
"Paling lama satu minggu karena aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku di sana." Tasya memberitahu.
"Cepat sekali." Zafira bersungut sedih.
"Aku akan ke Bandung besok lusa, menghadiri pernikahan sepupuku. Nanti sebelum pulang ke Amerika aku sempatkan bertemu denganmu lagi." jelas Tasya.
"Cepat sekali kamu kembali ke Amerika padahal aku masih ingin lebih lama menghabiskan waktu denganmu." sungut Zafira kecewa.
Zafira berharap Tasya bisa lebih lama berada di Jakarta agar dirinya bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Setidaknya bersama Tasya bisa menghibur lara hati yang membuat hari-harinya kacau dan terasa sunyi sejak kepergian Fariz.
"Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa mengambil cuti terlalu lama. Kamu juga bekerja kan? Pasti tahu aturan perusahaan kalau karyawan tidak boleh mengajukan cuti terlalu panjang kecuali ada di dalam Job desk dan sesuatu yang urgent. Kalau kamu enak, kamu yang punya perusahaan satu tahun pun kamu bisa cuti." Tasya kemudian tertawa yang membuat Zafira pun ikut tertawa.
Ya, begitulah Tasya, dia selalu bisa membuat Zafira dengan celoteh-celotehan-nya yang selalu mampu menenangkan Zafira.
Meski mereka terpisah negara tetapi Zafira merasa nyaman memiliki sahabat seperti Tasya yang selalu menjadi pendengar setia saat dirinya tengah dirundung masalah.
Seperti saat dia memutuskan menerima Ronald menjadi kekasihnya, Tasya tidak melarang Zafira menjalin hubungan dengan pria itu namun juga tidak ingin Zafira mengesampingkan Fariz. Karena bagi Tasya, Fariz sebenarnya lebih cocok menjadi pasangan Zafira dibanding Ronald.
Tetapi kala itu Tasya tidak serta merta menyuruh bahkan memaksa Zafira berhenti berhubungan dengan Ronald. Semua keputusan diserahkan kepada Zafira. Hanya saja dia sering memberi nasehat agar Zafira berhati-hati terhadap Ronald yang di matanya tidak sebaik Fariz yang memiliki cinta luar biasa sejak masa putih biru.
Zafira menghargai nasehat Tasya, tidak membantahnya tetapi tidak menurutinya juga. Dia selalu menghargai nasehat serta masukan Tasya dan selalu merasa lega setiap kali berkeluh kesah dengannya.
"Jadi kamu tidak tahu sekarang Fariz dimana?." tanya Tasya mengalihkan topik pembicaraan seraya menyuapkan makanan terakhir yang ada di piring, setelah itu menyeruput jus melon kesukaannya hingga hampir habis.
Raut Zafira berubah. Ada riak kesedihan terpancar di sana. Bayangan Fariz kembali melesat di fikirannya. Hatinya berdesau cemas. Hanya membayangkan wajahnya saja telah membuat hatinya gelisah tak menentu.
"Tidak. Aku sudah mencarinya kemana-mana tapi belum berhasil." suara Zafira terdengar parau.
Tasya sempat terdiam sesaat mendengar penuturan Zafira. Gadis itu sedang memikirkan sesuatu.
"Atau jangan-jangan dia pindah kota?." tebak Tasya yang mendadak membuat Zafira tersedak.
"Uhuk, Uhuk, Uhuk."
Zafira terbatuk. Mukanya memerah.
Tasya refleks meraih gelas. Segera memberikan air mineral saat melihat muka Zafira telah memerah. Dia tahu kalau sahabatnya itu merasa terkejut dengan ucapannya. Setelah memastikan keadaan Zafira cukup tenang, Tasya pun kembali melanjutkan perkataannya.
"Tenang, tidak perlu difikirkan. Aku tadi salah bicara. Aku yakin Fariz pasti masih berada di kota ini. Tidak mungkin dia sanggup meninggalkan kota ini. Kota dimana ada seorang gadis yang sangat dicintainya berada di sini." Tasya menarik kata-katanya kembali dan berusaha memperbaiki mood Zafira.
Zafira diam. Tertunduk melihat makanan yang masih tersisa di piring. Dia sudah tidak berselera menghabiskan makanannya. Ingatannya membumbung ke beberapa waktu lalu. Fariz pernah mengatakan padanya kalau dia akan pindah kota jika dirinya menikah dengan Ronald.
Akankah Fariz membuktikan ucapannya tersebut setelah melihat Zafira berada satu ranjang dengan Ronald? Yang mana pria itu telah berasumsi kalau Zafira dan mantan kekasihnya itu sedang bercumbu mesra. Memikirkan hal tersebut membuat jantung Zafira menjadi berdenyut, sakit sekali rasanya membayangkan Fariz benar-benar pindah kota.
"Rasanya aku mau gila, Sya..,"
Akhirnya satu titik air bening lolos di sudut mata Zafira. Menitik setitik demi setitik hingga mulai menggenang di pipinya. Dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat di hadapan Tasya. Biarkan saja Tasya tahu, toh dia juga sudah menceritakan semua masalah rumah tangga serta kesedihannya kepada sang sahabat melalui sambungan WhatsApp beberapa waktu lalu sebelum Tasya terbang ke Jakarta.
Tasya faham sekali perasaan sahabat masa kuliahnya itu. Digenggamnya tangan Zafira sangat erat sebagai bentuk penyemangat.
"Jika kamu gila apakah itu akan menyelesaikan masalah? Jika kamu gila apa itu bisa membuat Fariz kembali? Tidak kan? Yang ada hidupmu akan semakin hancur. Jalan satu-satunya kamu harus kuat! Jangan menyerah. Jangan mengeluh. Buktikan perjuanganmu dengan sebuah keberhasilan! Jangan berhenti sebelum berhasil!" nasehat Tasya memberi motivasi untuk sang sahabat yang tengah terpuruk.
"Tapi Sya.., Aku tidak sanggup hidup tanpa Fariz. Seumur hidup dia selalu ada di sampingku. Dia memberiku segala yang aku inginkan. Dia selalu memperhatikanku di segala hal. Selalu berusaha ingin membuatku bahagia. Sekarang aku merasa sendiri dan kesepian. Hidupku rasa hampa dan hancur. Jika tidak ingat dosa rasanya aku lebih memilih mati saja, Sya." isak Zafira kian terdengar pilu.
"Huuussh! Tidak baik berkata seperti itu. Aku sangat mengerti perasaanmu saat ini. Tapi mati juga bukan pilihan yang tepat. Kamu harus sabar." Tasya mengingatkan.
"Iya aku tahu, itu dosa. Karena itu aku tidak bunuh diri sampai sekarang. Tapi aku rasanya sudah tidak kuat. Aku harus bagaimana sekarang, Sya? Berdiam diri meratapi nasib? Menangis setiap hari menyesali diri? Berharap dia kembali dengan harapan yang tidak pasti? Rasanya aku ingin menyerah. Aku sudah tidak sanggup lagi hidup tanpa kejelasan dimana Fariz berada." tangis Zafira kian pecah.
"Dengarkan aku. Aku tahu kamu gadis kuat. Karena itu kamu harus tetap berjuang menemukan Fariz. Percayalah akan cinta sejati. Cinta sejati itu dibawa mati bukan dilepas tanpa arti. Dia tidak akan kemana-mana jika hatinya telah tertinggal di hatimu. Dia pasti kembali untuk mencari belahan jiwanya." Tasya terus membesarkan hati Zafira demi membuat gadis itu kembali berjuang.
Zafira hanya terdiam mendengar semua ucapan Tasya. Hanya tangisannya masih terdengar cukup keras. Diseka-nya air mata yang terus menetes dengan tissue yang ada di meja.
"Kamu harus punya keyakinan yang kuat kalau Fariz akan kembali padamu. Jika kamu seperti ini, sama saja kamu tidak percaya dengan cinta yang diberikan Fariz selama ini untukmu. Apa mau menyerah begitu saja setelah kamu tahu dan merasakan kalau kamu juga sangat mencintainya? Apa mau menyerah begitu saja sebelum mengungkapkan perasaanmu terlebih dulu padanya? Jangan lakukan hal bodoh karena aku tahu kamu gadis yang pintar. Berdoa dan berjuanglah untuk cintamu. Aku yakin kamu akan bahagia setelah badai datang dalam rumah tanggamu." Tasya beranjak dari tempat duduk lalu duduk di sebelah Zafira.
Dia memeluk gadis yang tengah patah hati dan terluka itu. Mengusap punggungnya dengan lembut mencoba memberi ketenangan untuk hatinya yang saat ini terombang-ambing bagai perahu kecil di lautan luas.
...*****...