Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luluh
Vherolla menatap wajah Romi. Jantungnya berdegup kencang, dan ada dorongan kuat di dalam dirinya yang tak bisa diabaikan. Sebelum ia sadar, tubuhnya sudah bergerak, tangannya meraih lengan Romi, menghentikan langkahnya yang hampir pergi.
Romi berhenti sejenak, menoleh dengan alis terangkat, jelas kaget oleh tindakan mendadak Vherolla. Vherolla menatapnya dengan mata yang mulai basah. "Aku nggak bisa ninggalin kamu. Aku... aku sayang sama kamu," katanya, suaranya bergetar.
Tanpa banyak kata, Romi menarik Vherolla ke dalam pelukannya. Dia memeluk erat, seolah ingin menegaskan bahwa dia memang masih ada untuk Vherolla. Saat itu, segala kebingungan dan keraguan yang sempat Vherolla rasakan hilang. Romi menciumnya lembut di puncak kepala, memberikan rasa hangat yang menenangkan hati Vherolla yang selama ini terus gelisah.
Mereka tetap berdiri di sana dalam diam, hanya membiarkan kehangatan pelukan itu mengisi jarak di antara mereka. Romi kemudian melepaskan pelukannya, namun tangannya masih menggenggam tangan Vherolla erat. "Maaf, Vhe. Aku nggak pernah bermaksud bikin kamu sakit hati," Romi berbisik pelan, matanya menatap dalam ke arah Vherolla.
Vherolla mengangguk kecil. "Aku tahu, Rom. Aku juga minta maaf. Aku mungkin terlalu curiga."
Romi tersenyum tipis, lalu mengusap pipi Vherolla dengan lembut. "Yuk, kita lupakan semuanya untuk sementara waktu. Aku nggak mau kita ribut lagi."
Vherolla setuju. Ada sesuatu yang lembut dalam diri Romi yang membuat semua rasa sakitnya perlahan memudar. Meskipun dalam hatinya masih ada keraguan, ia memilih untuk mempercayai Romi kali ini. "Iya, aku juga nggak mau ribut lagi."
Setelah itu, mereka memutuskan untuk menghabiskan hari bersama, seolah dunia luar tak lagi ada. Romi menggenggam tangan Vherolla erat, membawa gadis itu berjalan di sekitar kafe menuju taman yang tak jauh dari sana. Mereka berjalan pelan, menikmati hembusan angin yang sejuk dan suara burung yang berkicau dari pepohonan di sekitar.
Mereka lalu memutuskan untuk makan siang di restoran favorit mereka. Vherolla merasa nyaman, untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu terakhir. Romi membuatnya tertawa lagi, seperti dulu, ketika hubungan mereka masih penuh kebahagiaan. Mereka berbagi cerita ringan, saling melemparkan lelucon, hingga tanpa sadar, Vherolla mulai melupakan semua masalah yang sempat membebani pikirannya.
Saat mereka selesai makan, Romi mengajak Vherolla untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota. Suasananya hangat dan tenang. Romi menggenggam tangan Vherolla lebih erat, sesekali mencium punggung tangannya dengan lembut. Setiap kali Romi melakukannya, hati Vherolla terasa menghangat.
Di sebuah sudut taman yang lebih sepi, mereka duduk di bangku panjang, menikmati pemandangan langit biru yang mulai dihiasi warna oranye senja. Romi merangkul bahu Vherolla, membuat gadis itu bersandar di bahunya. "Vhe, aku senang banget kita bisa kayak gini lagi," bisik Romi sambil mencium pelipis Vherolla.
Vherolla hanya bisa tersenyum. Rasanya seperti mimpi bisa kembali merasa bahagia setelah semua keraguan dan rasa sakit yang ia alami. "Aku juga senang, Rom," jawabnya lembut.
Malam itu, Romi mengantar Vherolla pulang ke kosnya. Namun, sebelum Romi sempat berpamitan, Vherolla menahannya. "Menginap di sini malam ini, Rom?" pintanya dengan suara lirih. Vherolla merasa nyaman dengan kehadiran Romi, dan ia tak ingin melepaskan momen bahagia ini terlalu cepat.
Romi menatap Vherolla, sejenak terkejut, lalu tersenyum lembut. "Oke, aku akan nginap."
Mereka masuk ke dalam kos Vherolla. Romi duduk di tepi ranjang, sementara Vherolla merapikan barang-barang kecil di sekitar kamar. Suasana hening itu terasa hangat, penuh dengan keintiman yang selama ini hilang dari hubungan mereka.
Setelah selesai, Vherolla duduk di samping Romi. Mata mereka bertemu, dan tanpa banyak kata, Romi mendekat, mencium lembut bibir Vherolla. Ciuman itu awalnya lembut, namun semakin dalam seiring waktu berlalu. Vherolla merasakan hatinya berdebar kencang, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia membalas ciuman Romi, membiarkan dirinya terhanyut dalam kehangatan yang ditawarkan oleh pria yang begitu ia cintai, meski telah berkali-kali menyakitinya.
Ciuman itu berlanjut, semakin intens. Romi melumat bibir Vherolla dengan lembut, sementara tangannya menyentuh wajah Vherolla dengan kasih sayang yang seolah tulus. Vherolla merasa terlena, seolah semua keraguan yang sempat ia rasakan hilang begitu saja.
Setelah beberapa saat, Romi melepaskan ciumannya dan tersenyum pada Vherolla. "Aku sayang banget sama kamu, Vhe," katanya lembut.
Vherolla hanya bisa mengangguk pelan. Meskipun dalam hatinya masih ada rasa ragu, ia tak bisa menyangkal perasaan kuat yang ia miliki untuk Romi. "Aku juga sayang kamu, Rom."
Dan kedua insan itu kembali berpagutan, bibir mereka saling melumat lembut. Vherolla merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa. Ada yang basah di bawah sana!
Kemudian mereka saling tatap, "Rom, aku ingin," bisik Vherolla.
Seketika Romi paham apa yang Vherolla maksud. Pria itu tersenyum kemudian meniduri Vherolla. Menghimpit tubuhnya dan mencumbui setiap inci tubuh Vherolla.
Tubuh Vherolla menggelinjang keenakan. "Rom, kenapa kamu selalu membuatku bergairah?" bisik Vherolla melingkarkan tangannya pada leher Romi.
Romi tidak menjawab pertanyaan Vherolla, dia langsung melumat bibir gadis itu. Lidah mereka bermain di dalam sana, menciptakan sensasi yang memabukkan.
Karena tak dapat menahan lagi, Romi memasukkan wortel andalannya yang mengeras ke dalam milik Vherolla, dan menggerakkannya berkali-kali ke kanan ke kiri, maju dan mundur membuat Vherolla melayang.
"Ah ... Rom, enak sekali," bisik Vherolla sembari matanya merem melek.
"Nikmatilah sayang," jawab Romi.
Romi dan Vherolla mencapai puncak secara bersamaan disertai hentakan keras Romi. Lenguhan panjang terdengar bersahutan. Dan malam itu berlalu dengan penuh kehangatan. Mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, seolah hal lain tak lagi penting. Vherolla merasa tenang, nyaman, dan terhibur. Meski ada banyak pertanyaan yang masih belum terjawab, ia memilih untuk menikmati momen ini, momen di mana ia bisa merasa bahagia bersama Romi.
Dan untuk saat ini, Vherolla memilih untuk memejamkan mata dan membiarkan dirinya terbuai dalam kehangatan cinta yang ia rasakan untuk Romi.
Malam terus berlanjut dengan damai. Vherolla masih terbaring di samping Romi, mendengarkan napas teratur pria itu yang sudah tenggelam dalam tidur lelap. Namun, pikiran Vherolla tetap terjaga, berputar-putar dengan segala rasa cinta dan kebingungan yang terus berkecamuk di dalam dirinya.
Di satu sisi, ia merasa begitu nyaman berada di dekat Romi. Setiap sentuhan, setiap kata-kata manis yang diucapkan Romi, selalu berhasil membuat hatinya luluh. Namun di sisi lain, bayangan tentang semua perempuan yang diblokir Romi, hutang-hutang yang ia dengar dari para mantan Romi, membuatnya gelisah. Apa sebenarnya yang sedang Romi sembunyikan darinya?
Vherolla mencoba menenangkan hatinya dengan meyakinkan diri bahwa Romi tidak mungkin berbohong. "Dia mencintaiku. Kalau tidak, dia nggak akan terus di sini, bersamaku," batinnya.
Sebelum tertidur, Vherolla kembali memandangi wajah Romi yang tenang dalam tidur. "Aku berharap kamu nggak menyakitiku lagi, Rom," gumamnya pelan. Kemudian, dengan segala kebingungan yang masih menghantui pikirannya, ia membiarkan dirinya perlahan hanyut dalam tidurnya.
Yuk dukung author terus....