Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Narsis.
Seperginya Alsya dan Arya honeymoon, Keindra semakin protektif pada putranya. Rasa tanggung jawab dan rasa bersalah karena merasa telah menelantarkan anaknya selama ini membuatnya ingin menjadi Ayah terbaik.
"Anak Daddy, udah siap nih pergi sekolah. Daddy nanti jemput, terus kita main ke tempat Ammar belum pernah kesana. Okay?"
Keindra tidak ingin disamakan dengan Arya dipanggil Papa oleh Ammar, jadilah dia meminta anaknya itu memanggil dengan sebutan Daddy.
Di awal-awal Ammar masih belum sepenuhnya menerima jika Keindra benar-benar ayah kandungnya saat sang Bunda mengatakan tentang kebenaran nya. Sebab anak itu mengira jika Keindra meninggalkan dirinya dan sang Bunda karena menikah dengan wanita lain selain Bundanya. seiring waktu anak itu bisa mulai menerima, sebab Ammar pintar dalam mencerna dan mengerti banyak hal. Jika bahwasanya selama ini Keindra tidak tahu menahu tentang keberadaan dirinya dan bukan bermaksud menelantarkan, akhirnya anak itu mulai menerima Ayah kandungnya itu.
"Daddy, Ammar mau main ke Ancol."
"Siap, Tuan muda kecil nya Daddy!"
Keindra mengecup kepala anaknya, ia sedang menyisir rambut Ammar. "Oke, selesai. Lihat! Gantengnya anak Daddy ini... siapa dulu dong Daddy nya! Hot Daddy!"
Ammar terkikik mendengar narsisnya sang Ayah, tapi memang tidak salah Keindra memang lah tampan.
"Lebih ganteng Ammar, Daddy. Itu kata kakek..."
Keindra tiba-tiba tertawa, ternyata anaknya lebih narsis darinya. "Iya! Iya! Ammar paling ganteng di rumah ini!"
Ammar tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapinya, ia sangat bahagia dimanja dan disayangi oleh seluruh keluarga meski ada seseorang yang selalu membuatnya takut yaitu Belinda.
Sang Nenek tak pernah mengajaknya bicara bahkan saat menatap dirinya, Belinda seolah membencinya.
"Ayok sarapan!"
Keindra menggandeng tangan putranya menuju ruangan makan.
"Waduh, ponakan Aunty ganteng nya!" ujar Zahira.
"Lebih ganteng dari Daddy kan, Aunty?" tanya Ammar masih butuh validasi dari orang-orang sekitarnya.
"Hahahaha... Daddy mu malah nggak ada apa-apanya dibandingin kamu, Nak! You're so very handsome!" jawab Zahira dengan tergelak.
"Ck!" Keindra mencibir.
"Apa? Benar kan, anakmu ini lebih tampan darimu! Lihat matanya, besar bersinar! Lah mata Kak Kei sipit, lagi ngomong aja kayak lagi merem!" ledek Zahira.
"Sudah! Sudah! Ayo mulai sarapan." Tuan besar Adiguna melerai candaan mereka.
"Oh iya, Pah. Pulang sekolah, Ammar minta pergi ke Ancol, jadi... dia akan terlambat pulang nanti." Ijin Keindra pada Tuan besar Adiguna.
"Hm, hati-hati. Ingat! Kamu bertanggung jawab besar dengan keselamatan Ammar! Jangan khianati atau menyia-nyiakan kepercayaan Alsya padamu. Jika terjadi sesuatu pada cucuku, jangankan Alsya yang akan marah padamu... Papa juga akan sangat kecewa!"
"Baik, Pah. Percaya pada Kei!"
Tuan besar Adiguna hanya mengangguk, ia juga tak serta merta mempercayakan Ammar pada Keindra.
.
.
.
Di perusahaan Keindra selesai meeting, ia melihat sudah waktunya menjemput Ammar ke sekolah lalu akan mengajak putranya itu ke salah satu tempat bermain.
Setelah sampai di sekolah, seperti biasa Keindra berdiri bersandar di samping pintu mobil. Ia dengan tubuh dibalut pakaian mahal, dengan wajah wow selalu membuat orang-orang yang menjemput anak mereka terpesona.
Ada salah satu wanita yang menjemput anaknya, anehnya ia selalu ilfil melihat betapa narsis nya Keindra.
"Dasar sok ganteng! Tiap hari pamer outfit mahal dan juga pamer wajah! Dia kira, dia itu boy band atau aktor gitu?! Iyuhhh... nggak banget!" gumam wanita janda yang sedang menunggui anaknya di salah satu mobil.
Sekolah Ammar adalah sekolah elit, jadi anak-anak yang sekolah disana adalah dari kalangan menengah ke atas.
Tak jauh dari sana, Gina juga berada di dalam salah satu mobil. Dia melihat beberapa bodyguard yang selalu mengikuti Keindra berada tak jauh dari mobil mantan suaminya itu, Gina sudah tau celahnya.
Seseorang menelepon wanita itu.
"Halo? Ya, Tante. Aku udah siap asalkan Tante berjanji akan menerima ku lagi jadi menantumu dan membantuku menjadi istri Kei lagi."
Gina mendengarkan jawaban dari si penelepon, wanita itu tersenyum puas. "Baik, Tante."
BIP!
Panggilan terputus, tatapan Gina kembali teralih pada gerbang sekolah dimana Ammar keluar seraya berlari untuk memeluk Keindra.
"Anak itu akan lenyap dan aku akan kembali jadi istrimu, Kei sayang... hahahaha!"
.
.
.
Paris.
Sepasang pengantin tengah berbahagia, Alsya begitu dicintai dengan dalam. Dengan penuh cinta, Arya memberikan segalanya pada Alsya.
Alsya dibawa ke tempat-tempat indah di Paris seperti ke Menara Eiffel, Museum Louvre, Katedral Notre Dame, Arc de Triomphe, Palais Garnier, Montmartre, Le Marais.
Bahkan Arya membawa Alsya berkuliner, menikmati makanan yang belum pernah Alsya rasakan. Membelikan pakaian-pakaian dan barang mahal meski Alsya menolak. Bahkan tak lupa, perhiasan-perhiasan indah.
"Mas, udah cukup kamu beliin aku barang-barang. Mubazir kalo aku nggak pake nantinya..." Alsya terus saja mengingatkan suaminya.
"Gapapa, Sya. Kamu bisa menjualnya suatu hari nanti! Anggap aja, ini invest untuk masa depan kamu. Hidup nggak ada yang tau, mungkin saja aku akan meninggal lebih dulu... setelah kepergian ku, Mas ingin kamu jadi wanita mandiri yang sukses tanpa bergantung pada siapapun."
Tiba-tiba wajah Alsya memerah, ia marah lalu berdiri meninggalkan Arya yang duduk di meja sebuah restoran dengan menu makanan prancis tentunya.
"Sayang!!!" Arya gegas memangil pelayan dan membayar bill meskipun makanan belum dimakan, lalu pria itu gegas mengejar Alsya.
"Alsya!"
Alsya tak memperdulikan panggilan Arya yang meneriakkan namanya, baginya suaminya telah menyakiti hatinya.
"Sya! Tunggu! Sayang, ada apa?!"
Arya akhirnya berhasil mengejar istrinya, ia membalikan tubuh Alsya lalu mengusap wajah sang istri yang berwajah merah menahan amarah.
"Mas ada salah?"
Mata Alsya melebar, lebih tepatnya melotot pada suaminya. "Mas nggak merasa bersalah?"
"Enggak, dimana letak salah nya Mas?"
"MAS....!!!" Alsya geram, ia bahkan meninggikan suaranya padahal mereka berdua berdiri di antara orang-orang yang berlalu lalang.
"Oke! Jika Mas mu ini ada salah, maafin ya. Ayok kembali ke hotel... kita makan di kamar aja. Cuaca dingin," Arya merapatkan mantel di tubuh Alsya.
"Katakan dulu apa salahnya Mas sama aku? Jawab!?" Alsya tak membiarkan Arya menyudahi masalah.
"Jadi, apa salah Mas sayang?" dengan sabar Arya membujuk Istrinya itu, sebab dia tetap merasa tak mempunyai kesalahan.
"Mas tadi bilang... Mas akan meninggalkanku lebih dulu karena meninggal! Mas pikir ucapan Mas nggak membuatku sakit? Aku udah jatuh cinta sama kamu, Mas! Membayangkan hidup tanpamu, membuat jantungku sesak! Tega kamu, Mas!" Tubuh Alsya luruh ke bawah, ia berjongkok seraya menangis dengan keras.
Arya melirik ke arah beberapa pejalan kaki yang berhenti, mereka menatap tajam ke arah Arya apalagi pejalan kaki wanita. Mereka menganggap Arya sedang menjahati Alsya.
"Je me disputais juste avec ma femme (Saya hanya sedang bertengkar dengan istri saya)."
Arya menjelaskan dengan bahasa Prancis, dia lalu menatap Alsya yang masih menangis. Tanpa aba-aba, Arya mengangkat tubuh istrinya menggendong Alsya mendekap ke dalam pelukan.
"Maafin Mas suami mu ini ya, sayang. Mas salah udah ngomong kayak gitu, kamu boleh menghukum Mas."
Alsya akhirnya mulai berhenti menangis, ia pun tersadar jika banyak orang sedang melihat mereka berdua membuatnya seketika malu dengan polahnya yang seperti anak kecil. Setelah bersama suaminya, Ia benar-benar selalu di Ratu-kan oleh Arya. Sampai-sampai Alsya lupa, jika sebelum bertemu Arya dia adalah wanita mandiri dan bukan wanita manja seperti saat ini.
"Aku juga minta maaf, Mas. Ayok kembali ke hotel."
Arya mengangguk sambil tersenyum, tiba-tiba dia menundukkan kepala dan menautkan bibirnya dengan Alsya di hadapan semua orang.
.
.
Sementara di Indonesia, Keindra sedang kelimpungan mencari keberadaan Ammar yang hilang dari pengawasannya di taman hiburan.
___
Maaf ya kemarin gk up, lg sakit 😘
amar dan Zaki bakal punya adik nih....
ngakak banget... baru aja berantem tapi langsung mendesh....
Duda dan janda yg sama" pengalaman mah dah jelas jam terbangnya ....😃