TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS EMPAT
"Aku sendiri tidak tahu." Nathalie menepis tangan yang masih melingkar di pergelangan tangannya. "Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalani pernikahan dan pengkhianatan di waktu yang bersamaan."
Rahardian meredup tatapannya.
"Andai kau jadi aku. Kau akan tahu, Dian, aku kosong meski aku banyak menyewa jasa pria muda untuk menemani ku minum. Bisingnya kelab malam, tidak mampu menyemarakkan kesepian ku, pembalasan perselingkuhan yang pernah aku lakukan tidak cukup mampu mengembalikan reruntuhan dinding- dinding hati yang hancur olehmu."
Nathalie terkekeh samar. "Selain pilihan orang tua mu. Aku bukan wanita yang baik. Aku sudah banyak mengumpulkan pemuda hanya demi menepiskan kesakitanku. Rasanya gelas yang sudah pecah hingga menjadi ribuan serpihan debu tidak akan pernah bisa utuh kembali, Dian."
"Aku masih berharap, bisa." Rahardian yakin mereka hanya terlambat untuk memulai, tapi, tidak ada kata terlambat untuk memulai.
Ponsel yang berdering di atas ranjang lekas pria itu raih, ponsel milik Nathalie, yang mendapatkan panggilan dari Sergey.
Gegas Rahardian angkat, suara berat yang dia dengar di sana. "Kau baik-baik saja?"
Nathalie pikir, seharusnya Rahardian tertonjok oleh kecemasan Sergey. Rahardian bahkan tak pernah menanyakan kabar Nathalie sejauh mereka menikah.
Akan tetapi, agaknya Rahardian serius ketika dia mengatakan untuk mendaur ulang pecahan kaca pernikahan yang retak bahkan sudah remuk menjadi bubuk.
"Jangan pernah berpikir untuk menjadi malaikat untuk istriku," cetusnya. Nathalie sempat terdiam menyelami rautnya.
📞 "Jadi apa kau sedang merasa menjadi setan yang jahat untuk istrimu sendiri sampai kamu bisa menyimpulkan aku malaikatnya?"
Ada kekehan yang terkesan meremehkan dan kini menunjuk kepadanya. Namun, Rahardian sedang tidak ingin menjawabnya, dia hanya sanggup mematikannya secara sepihak.
Matanya kembali pada Nathalie yang diam di depan tubuhnya. "Dia yang kamu bilang lebih baik dariku kah?"
"Namanya Sergey."
Nathalie lalu melangkah ke kamar mandi, sepertinya tangan Rahardian mulai ingin terangkat, Nathalie berusaha menghindari itu.
"Kau mau hidup dengannya?"
Nathalie menoleh, keduanya kembali saling menatap untuk beberapa saat. "Aku tidak bisa karena kau tidak mau menceraikan aku."
"Aku memang tidak akan pernah menceraikan mu meski selama ini kamu berkhianat."
Nathalie tersulut. "Kau pikir karena siapa aku berkhianat?" tukasnya.
Lihat, tangan pria itu sampai pada kedua pipinya yang diremas. "Aku hanya dekat dengan satu wanita dan kau berhubungan dengan banyak pria selama ini, Nathalie!"
"Sekarang kamu tahu kan, seberapa hancurnya seorang Nathalie karena pengkhianatan mu?!" sergah Nathalie.
"Aku bahkan hanya wanita biasa sebelum menerima sakitnya penghianatan mu, Dian."
Nathalie kemudian tepis tangan besar itu dari rahangnya. "Bercerai diam- diam jalan terbaik."
Rahardian menghela. "Kita bisa menjalaninya dengan baik, Nathalie. Trust me, aku yakin kita masih bisa meski kita pernah saling mengkhianati."
"Do you love me?"
"Of course!" sela Rahardian.
"Dari kapan?" Nathalie tertawa mencibir untuk lelaki yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir. "Ini terlalu mendadak, Dian!"
"Tidak mendadak sama sekali. Sadar atau tidak, I have loved you since before we got married."
Nathalie sempat beku. Sebelum dia mengeluarkan tawa samar. "Lucu sekali. Selama ini kau bahkan sudah menyelingkuhi aku sedari kita menikah. And then, kamu suruh aku percaya bualan mu?"
Rahardian cukup tercekik. Diamnya membuat Nathalie menghela napas. "Oh my God! Inikah bulan madu kita?" tanyanya.
Nathalie melanjutkan masuk ke dalam kamar mandi, ponsel yang berdering kembali gegas Rahardian banting hingga hancur di lantai.
...----°°••°°----...
Nathalie membuka mata sembab yang menjadi jawaban atas kekecewaannya terhadap Rahardian. Semalam, ponsel telah rusak oleh kecemburuan Rahardian.
Entah sejak kapan dimulainya, Rahardian menjadi posesif dan bersikap seperti seseorang yang amat sangat mencintainya.
"Mau ke mana?" Rahardian memeluk kembali perutnya, membenamkan wajah di telinganya seolah takut untuk ditinggalkan.
"Aku bosan di kamar." Nathalie menepis tangan Rahardian, lalu berlanjut bangkit untuk melangkah ke arah pintu hingga keluar.
Rahardian termenung menatap tenggelamnya punggung wanita itu, sebelum ia lantas meraih ponsel demi menghubungi nomor salah satu pengawalnya. "Ikuti Nyonya kalian."
Nathalie hanya berjalan tanpa tujuan, dress tipis masih dikenakannya. Rambut yang terurai acak- acakan mengiringi langkahnya.
Wajah muram Nathalie membuat seseorang bertanya- tanya peduli. Hingga, seseorang mau meminjamkan ponsel ketika dia berani mengutarakan permintaan pertolongan.
"Terima kasih sebelumnya. Saya harus menghubungi teman saya."
Wanita itu mengangguk. "Silahkan pakai saja ponsel ku selagi kami masih di sini."
Nathalie tersenyum, lalu duduk di sisi wanita dengan dress pantai itu. Menelepon Patricia, itu hal yang kemudian dilakukannya.
Tak ada jawaban hingga lama, membuat Nathalie urung melanjutkan, dia jadi harus menelepon Allura yang saat ini tengah berbulan madu di Jawa Tengah.
Emosionalnya begitu tersulut ketika saja Allura menyuarakan sapaan. Nathalie sampai harus menangis sesenggukan tak terkendali.
📞 "Kenapa menangis lagi?" Nathalie jarang menangis, tapi saat menangis, Allura tahu bagaimana suaranya yang bergetar.
"Dian said, he loves me," lirihnya.
📞 "Setelah sekian lama?"
"Aku juga tidak tahu." Nathalie menghela napas lalu mengembuskannya. Semalaman suntuk Rahardian tidak tidur, ia menjaga Nathalie seperti suami yang setia.
"Aku tidak tahu dengan perubahan yang tiba- tiba saja ... bagiku ini terlalu mendadak untuk ku, Allura, aku bingung."
Baru menoleh ke kiri, pria utusan Rahardian berdiri dengan titah bawaan. "Tuan memanggil mu, Nyonya."
"Aku sudahi dulu." Nathalie mematikan teleponnya. Kemudian mengembalikan ponsel pada wanita di sebelah kanannya.
"Terima kasih ponselnya, semoga kebaikan Anda dibalas yang maha kuasa."
"Sama- sama, cantik."
Nathalie pamit untuk pulang, diiringi dua pengawal suruhan Rahardian. Kota sudah cukup ramai meski matahari baru saja terbit.
Nathalie diam di depan pintu karena satu pengawal membukanya. Di atas meja kamar sewaan Rahardian, paper bag bertuliskan brand terkenal menyambut kedatangannya.
Dian yang duduk di sofa dengan pakaian rapi, lantas bangkit saat Nathalie kembali. Bicara seperti suami yang begitu peduli padanya.
"Itu ponsel baru mu. Aku mau kamu melupakan Sergey seperti aku melupakan Dira. Dan kita akan mulai sama- sama."
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks