Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.
"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."
Aisha langsung menghentikan langkahnya.
Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih?
Alvian melangkah memasuki Rumah Sakit dengan tergesa-gesa, sementara Aisha mengikuti dari belakangnya.
Mereka akhirnya sampai di sebuah ruangan, disambut oleh sang ibu yang langsung memeluk putra dan menantunya bergantian.
"Kata dokter, ayahmu terkena serangan jantung ringan."
Alvian langsung menghampiri ayahnya yang berbaring lemah di atas ranjang. Dia melihat jika ayahnya sedang tertidur.
"Kata dokter keadaannya sudah lebih baik," ucap ibu menghampiri putranya.
"Aku akan bertemu dengan dokternya dulu Bu, aku ingin tahu lebih detail keadaan ayah sebenarnya" ucap Alvian berpamitan.
Alvian pergi meninggalkan ruangan, sementara Aisha menghampiri ayah mertuanya dan duduk di sampingnya.
Aisha memijat perlahan kaki Ayah, sambil berbincang dengan ibu mertuanya.
***
"Kamu dimana?" tanya Anita di ujung telepon.
"Tiba-tiba ayahku sakit, jadi aku pulang," jawab Alvian seusai dirinya bertemu dengan dokter yang menangani ayahnya.
Anita terdiam.
"Kenapa?" tanya Alvian heran.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Anita dengan serius.
"Soal apa?"
"Ini penting."
"Aku tidak bisa meninggalkan ayahku yang sakit, jadi aku mengajukan cuti barusan, kira-kira tiga hari lagi aku akan kembali ke kota."
"Baiklah. Aku saja yang akan kesana."
Alvian terdiam sejenak tidak segera mengiyakan.
"Memangnya masalah apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Hubungan kita," jawab Anita pelan.
"Kenapa dengan hubungan kita?" tanya Alvian penasaran.
"Tunggu saja aku. Kita bicara langsung."
"Baiklah."
Alvian segera menutup teleponnya sambil bertanya-tanya apa sebenarnya yang ingin Anita bicarakan dengannya.
Akhir-akhir ini dia melihat jika sikap Anita memang sedikit berubah padanya, cenderung lebih diam bahkan menghindarinya. Alvian ingat pasti jika perubahan sikap Anita terjadi setelah dia menemui Aisha.
Alvian yang berjalan sambil setengah melamun tak menyadari jika dirinya telah sampai di kamar perawatan sang ayah, dia langsung melihat Aisha yang sedang duduk di samping ayahnya.
Ayahnya yang rupanya sedang bangun, sedang diberi minum oleh Aisha.
Alvian segera menghampiri keduanya. Dia langsung menanyakan kondisi ayahnya yang dijawab oleh sang ayah jika kondisinya sudah lebih baik.
"Dimana ibu?" tanya Alvian melihat Aisha.
"Beliau pulang dulu, ada beberapa barang yang harus diambil," jawab Aisha sambil mengelap sudut bibir ayah mertuanya yang basah. Setelah itu Aisha tampak memijat kembali kaki mertuanya dengan perlahan.
"Terima kasih Nak," Ayah merasa terharu Aisha merawatnya dengan sangat baik. Begitu juga dengan Alvian kaget melihat Aisha merawat ayahnya dengan sepenuh hati, mengingat jika dirinya tak pernah memperlakukan Aisha dengan baik.
"Aku sudah menemui dokter yang merawat ayah, katanya jika kondisi ayah terus membaik ayah bisa kembali ke rumah dua atau tiga hari lagi."
"Dokter juga mengatakan jika penyakit jantung ayah kambuh lagi, karena itu mulai sekarang ayah harus lebih menjaga kesehatan."
Tiba-tiba pintu di ketuk.
Aisha langsung bangun ketika melihat jika yang datang adalah kedua orang tuanya juga Kak Ahmad, kakak laki-lakinya yang paling tua. Mereka segera datang ketika tahu jika besannya tengah sakit dan dirawat di rumah sakit.
Aisha yang begitu bahagia segera mencium tangan dan memeluk Ummi dan Abah, begitu juga dengan kakaknya. Kerinduannya akan kedua orang tuanya karena sudah hampir dua bulan tidak bertemu, dia luapkan dengan memeluk keduanya erat.
Setelah itu, Abah segera menghampiri sahabatnya dan menanyakan keadaannya.
Mereka semua terlibat percakapan, ditambah dengan kedatangan Ibu, semakin menambah hangat perbincangan mereka.
"Jujur saja, aku takut jika aku keburu meninggal sebelum bisa menggendong cucuku," ucap Ayah seketika membuat semua orang menghiburnya.
Lain halnya dengan Aisha dan Alvian yang malah saling berpandangan mendengar perkataan ayah.
"Ane berdoa semoga Allah tidak memanggilmu dulu sebelum kamu merasakan repotnya mengurus cucu," jawab Abah bercanda.
Semua orang tergelak, kecuali Aisha dan tentu saja Alvian.
"Jadi. Apa sudah ada tanda-tandanya?" tanya Kak Ahmad melihat Aisha.
"Iya. Ini sudah dua bulan kalian menikah loh." Ummi memegang tangan Aisha.
Aisha hanya menggelengkan kepala sambil berusaha tersenyum.
"Belum Ummi," jawab Aisha pelan.
Alvian hanya bisa menundukkan kepalanya. Ibu yang mengetahui keadaan rumah tangga mereka yang sebenarnya hanya bisa terdiam.
"Sabar. Abah berdoa semoga secepatnya kalian berdua di berikan amanah berupa keturunan yang shalih dan shalihah."
Semua orang mengaminkan. Semakin membuat hati Aisha pilu.
***
"Setelah ayah mertuamu sembuh, menginaplah di rumah satu malam saja, adikmu Maryam sangat merindukanmu," ucap Ibu sambil mereka berjalan menuju parkiran mobil.
"Iya ibu, aku harus meminta izin pada suamiku dulu."
"Ajaklah suamimu juga menginap disana," ucap ibu lagi sambil menaiki mobil.
Aisha mengangguk. Setelah menyalami semuanya, Aisha melambaikan tangan melihat mobil yang melaju meninggalkan parkiran.
Aisha berjalan kembali memasuki lobi Rumah Sakit, sambil sedikit melamun memikirkan banyak hal, terutama sang ayah mertua yang rupanya sudah mengharapkan kehadiran seorang cucu.
Dia berjalan menyusuri koridor demi koridor masih dengan banyaknya hal yang dia pikirkan, hingga tak sengaja di ujung koridor yang sepi, dia melihat Alvian yang tengah berdiri bersama seorang wanita.
Aisha kemudian tahu jika wanita itu adalah Anita. Keduanya tampak sibuk berbicara dengan serius.
Aisha tak ingin mengganggu, dia segera membalikkan badannya namun terlambat karena kehadirannya sudah diketahui oleh Anita.
"Aisha. Tunggu dulu, kebetulan kamu ada, kita harus bicara bertiga." Anita memanggil Aisha sambil berjalan kearahnya.
Alvian segera memegang tangan Anita, memintanya untuk tidak mengajak serta Aisha dalam permasalahan mereka.
Aisha sekilas melihat tangan sang suami di lengan Anita, segera dia memalingkan wajahnya.
Anita menepis tangan Alvian, kembali berjalan mendekati Aisha lalu memegang tangannya dan menariknya mendekati Alvian.
"Sekarang kamu harus memilih. Dia atau aku." Anita menatap wajah Alvian dengan sangar.
"Kamu tahu jika dia telah menyebutku seorang perebut suami orang, aku sangat tersinggung karena kenyataannya dialah yang telah merebutmu dariku," Anita menunjuk Aisha dengan sangat marah.
Aisha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Anita.
"Dia. Dia ini hanya badan dan mulutnya saja yang ditutupi tapi mulutnya tidak dijaga, kamu tahu beberapa hari ini aku memikirkan semua perkataannya yang telah menghinaku."
Alvian terdiam, dia tahu jika saat ini Anita sedang sangat emosi, dia tahu jika seperti itu hal yang harus dilakukannya adalah mendengarkan semua perkataannya tanpa harus menyelanya.
Begitu juga dengan Aisha yang terdiam santai ketika Anita berulang kali menghina dan menunjuk dirinya.
"Jadi sekarang saatnya kamu harus memilih, pilih dia atau aku."
"Kalau kamu pilih dia, hubungan kita hanya sampai disini, jangan pernah hubungi dan temui aku lagi, tapi kalau kamu pilih aku. Cepat ceraikan dia!" Anita lagi-lagi menunjuk Aisha.
"Anita aku ..." Alvian tampak bingung.
"Kalau anda bingung memilih antara dia atau aku, aku akan membantu anda. Aku akan bantu dengan mengundurkan diri karena aku bukan pilihan. Apalagi jika harus disejajarkan dengannya. Maaf level kami berbeda."
Anita langsung membelalakkan matanya.
"Meminta suami orang untuk memilih antara dirinya dan istri sah, sudah jelas jika hanya wanita tak bermartabat yang bisa melakukannya,"
kayaknya Andre yg bakal jadi jodoh kak Siti...